KLIKLABUANBAJO.ID | Perkembangan teknologi yang semakin canggih, secara perlahan menggusur tenaga kerja manusia, mengakibatkan punahnya lapangan kerja.
Punahnya lapangan kerja akibat teknologi, diperkuat hasil survei World Economic Forum (WEF).
Dalam rilisnya, WEF menemukan, jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta pada 2027 sebanyak 69 juta posisi. Namun pada periode yang sama ada 83 juta pekerjaan dipangkas.
Baca Juga: Ada 4 Hal yang Harus Diperhatikan Masyarakat dalam Transisi Pandemi Covid-19 ke Endemi
Artinya, terdapat selisih pengurangan pekerjaan sebanyak 14 juta posisi atau setara dua persen tingkat pengangguran saat ini.
Dilansir dari Indonesia.go.id, menurut laporan tersebut, banyak faktor yang mendorong pemenuhan tenaga kerja ke depan. Seperti penggunaan teknologi artificial intelegence (AI) yang memberikan dampak positif dan negatif.
Baca Juga: Deretan Bintang Level Dunia di Timnas Argentina yang Tiba di Indonesia, ini Daftar Nama-namanya
Imbas positifnya, perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja baru untuk mengimplementasikan dan menjalankan perangkat AI.
"Pekerjaan seperti analisis data, machine learning (pengembangan algoritma), hingga keamanan siber akan tumbuh 30 persen secara rata-rata pada 2027," demikian laporan WEF.
Baca Juga: Lima Rekomendasi Tempat Nongkrong Akhir Pekan Paling Baik di Labuan Bajo NTT
Seiring dengan munculnya sejumlah profesi baru berbasis artificial intelligence, sejumlah pekerjaan lain yang selama ini kita kenal bersifat administratif pun terpangkas, bahkan ada yang punah.
Jumlah lapangan pekerjaan administrasi, masih merujuk catatan WEF, akan merosot atau berkurang hingga lebih dari 26 juta. Pekerjaaan entri data dan sekretaris eksekutif, termasuk yang terancam hilang.
Baca Juga: Jadwal Tiba Kapal Pelni KM Tilongkabila di Labuan Bajo Juni Akhir 2023
Organisasi atau perusahaan yang disurvei WEF memperkirakan bahwa 34 persen porsi yang menyangkut kerja bisnis kini sudah dijalankan oleh mesin.
Angka itu hanya sedikit di atas tahun 2020. Artinya terdapat perlambatan dibandingkan awal dekade sejak teknologi sejenis dikembangkan, pada tahun 1980-an.
Baca Juga: Kapal Nelayan dari Sape Mati Mesin di Perairan Pulau Komodo Labuan Bajo, Satu Orang Dievakuasi
Ke depan, ekspektasi laju kegiatan yang mengadopsi teknologi otomatisasi, juga direvisi menurun. Pada 2020, sebanyak 47 persen pekerjaan diprediksi akan melakukan otomatisasi pada 2025. Namun proyeksi teranyar, angkanya baru akan menyentuh 43 persen pada 2027.***
Baca Juga: Ada Ajakan yang Menyentuh Hati untuk Generasi Muda Konten Kreator TikTok di Indonesia
Baca Juga: Mendorong Penyebaran Wisatawan Melalui Penyusunan Peta Perjalanan Menuju 30 Desa Wisata
Baca Juga: Kisah Menarik Seorang Gubernur dari Indonesia saat Makan di Brasil, Sayang Sambalnya Salah
Baca Juga: Ada 2 Kuliner Khas Indonesia yang Diperkenalkan ke Para Pemuda Australia Peserta Pertukaran Pemuda
Baca Juga: Panorama Alam Ini Menjadi Bonus Bagi Para Wisatawan yang Datang ke Labuan Bajo NTT
Baca Juga: Ini Alasannya Kenapa Ada Larangan Mendaki Gunung di Bali
Baca Juga: Mengenal Komodo Merah yang Merupakan EMU, Berikut ini Penjelasannya
Baca Juga: Tradisi Sambut Baru yang Disertai dengan Pesta Keluarga di Manggarai Barat NTT