Sekarang Banyak yang Penasaran Ingin Lihat Hiu Paus di Tempat ini Sepanjang 20 Meter dan Berat 15 Ton

- Senin, 22 Mei 2023 | 14:10 WIB
Sekarang banyak orang yang penasaran ingin melihat Hiu Paus sepanjang 20 meter dan berat 15 ton, berikut ini informasinya. (Foto ilustrasi: Pixabay)
Sekarang banyak orang yang penasaran ingin melihat Hiu Paus sepanjang 20 meter dan berat 15 ton, berikut ini informasinya. (Foto ilustrasi: Pixabay)

KLIKLABUANBAJO. ID | Keberadaan Ikan Hiu Paus di tempat ini membuat banyak orang penasaran, ingin melihat ikan itu yang memiliki ukuran badan mencapai panjang 18-20 meter dan berat maksimal sekitar 15 ton, meski rata-rata beratnya sekitar 12 ton.

Setidaknya, ada sekitar 71 spesies ikan yang dapat ditangkap nelayan di tempat ini. Tongkol, Tuna, Baronang, Kerapu, dan Kakap Merah adalah ikan paling banyak ditangkap nelayan setempat. Selain ikan-ikan tersebut, tempat ini juga menjadi tempat favorit bagi Hiu Paus (Rhincodon typus) untuk berkembang biak.

Baca Juga: Primata Terkecil Dunia ada di Indonesia, Ukurannya Tak Lebih dari Genggaman Tangan Orang Dewasa

Tempat ini merupakan salah satu dari sedikit perairan di tanah air yang menjadi lokasi favorit ikan megafauna ini untuk berkembang biak selain Teluk Cenderawasih dan Teluk Triton.

Masih terjaganya Hutan Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun di ketiga teluk ini menjadi alasan kuat bagi Hiu Paus hidup nyaman.

Ini karena selalu tersedianya plankton dan ikan-ikan sebagai pasokan makanannya sepanjang tahun.

Baca Juga: Keindahan Desa Wisata Labuhan Lombok di NTB, Menikmati Bukit Kayangan dan Pemandangan Selat Sumbawa

Dilansir dari Indonesia.go.id, keberadaan Hiu Paus yang membuat banyak orang penasaran ingin melihatnya itu berada di Teluk Saleh NTB.

Pulau Sumbawa adalah satu dari dua nusa terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selain Lombok. Obyek wisata perairannya sangat memikat, salah satunya di Teluk Saleh.

Teluk seluas sekitar 2.000 km2 itu masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa. Ekosistem perairan dengan keanekaragaman hayatinya lengkap terdiri atas terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.

Baca Juga: Pencinta Kopi Harus Tahu Ada 2 Jenis Kopi Pamungkas Asli Flores, Turut Disajikan untuk Tamu Negara saat KTT

Menurut data Universitas Mataram, terumbu karang Teluk Saleh luasnya sekitar 31.000 hektare dengan kondisi terbaik ada di sekitar Pulau Liang. Kemudian padang lamun di kawasan ini luasnya mencapai 3.200 ha menutupi seluruh pesisir dengan tutupan terluas ada di kawasan Santong.

Masih ada sekitar 2.700 ha berupa hutan mangrove dengan 31 jenis Mangrove dari 20 famili didominasi jenis rhizopora. Situasi itu membuat perairan Teluk Saleh sebagai kawasan paling disukai untuk berkembang biaknya beraneka jenis ikan.

Menurut World Wildlife Fund, Hiu Paus menjadi yang terbesar ukurannya dalam keluarga Rhincodontidae.

Baca Juga: Nada Gugatan terhadap Eksistensi Media Jelang Pemilu 2024

Ia juga menjadi salah satu makhluk laut paling besar. Tak seperti keluarga Hiu lainnya, bagian kepala Hiu Paus cenderung datar mengikuti bentuk tubuhnya dengan mulut yang besar. Tak seperti Hiu lainnya seperti Hiu putih (white shark) yang bersusunan gigi tajam dan menjadi andalan untuk merobek mangsa, Hiu Paus justru sebaliknya.

Ikan berbintik-bintik pada seluruh tubuhnya itu memiliki susunan gigi yang kecil dan tidak diandalkan untuk memakan mangsanya. Untuk memakan mangsa, sambil berenang ia cukup membuka lebar-lebar mulut superbesarnya, dan dalam hitungan menit, ribuan ikan-ikan kecil dan jutaan plankton sudah langsung bisa ia lahap.

Baca Juga: Ingin Punya Sepeda Motor Listrik Bersubsidi? Berikut ini Persyaratannya

Teluk Saleh adalah satu dari sedikit perairan di tanah air yang menjadi lokasi favorit ikan megafauna ini untuk berkembang biak selain Teluk Cenderawasih dan Teluk Triton.
Ini karena selalu tersedianya plankton dan ikan-ikan sebagai pasokan makanannya sepanjang tahun.

Kehadiran pakek torok, sebutan masyarakat setempat untuk Hiu Paus, sudah diketahui sejak puluhan tahun silam dan tidak masuk dalam daftar tangkapan nelayan setempat karena ukurannya yang besar.

Baca Juga: Konferensi Internasional Media Asia Pasifik di Bali Dihadiri 300 Peserta

Namun, sejak ramainya publikasi mengenai kehadiran fauna berjuluk Raksasa dari Teluk Saleh, membuat banyak orang penasaran dan tertarik berkunjung ke Teluk Saleh untuk sekadar menyaksikan dari dekat hewan dilindungi tersebut. 

Untuk menuju Teluk Saleh, kita dapat menempuh jalur darat dari Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, selama dua jam melintasi jalan nasional Sumbawa-Bima. Jika dari Jakarta, kita mesti menumpang pesawat yang transit di Bandar Udara Internasional Lombok dan melanjutkan penerbangan ke Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III Sumbawa dan menuju ke Teluk Saleh.

Baca Juga: Kolam di Atas Awan, Spot Foto Favorit Paling Diburu Para Gadis Muda Labuan Bajo NTT

Tak perlu khawatir soal di mana kita bakal menginap karena di sekitar pesisir Teluk Saleh sudah banyak bermunculan penginapan. Kita juga bisa menginap di rumah-rumah penduduk dengan harga sewa per kamar bervariasi, antara Rp200.000-Rp300.000, lengkap dengan sarapan pagi. Pemilik rumah umumnya merangkap sebagai penunjuk jalan menuju lokasi Hiu Paus mencari makan.

Waktu terbaik untuk bertemu Hiu Paus adalah saat mereka mencari makan di pagi hari, sekitar pukul 5.30 waktu setempat. Jadi, kita harus berangkat sekitar pukul 3.00 dini hari dan naik perahu sewaan seharga Rp350.000 per perahu dan menempuh perjalanan dua jam menuju ke sejumlah bagan atau tempat nelayan memancing ikan di tengah teluk. Biasanya pemilik bagan mematok biaya kunjungan sekitar Rp150.000 per rombongan.

Baca Juga: Kesaksian Gadis Muda Labuan Bajo NTT Pulang dari Cunca Plias Wae Lolos

Biasanya Ikan Hiu Paus yang berkelompok 4 sampai 7 ekor kerap muncul di sekitar bagan untuk mencari makan. Fauna ini cukup jinak dan tidak menyerang manusia. Pada beberapa bagan juga menyewakan pakaian menyelam kepada pengunjung. Namun, sebelum berinteraksi dengan mamalia besar ini, ada baiknya kita mengetahui dulu aturan mainnya.

Wisatawan tidak dibolehkan memakai lampu kilat saat mengambil gambar di bawah laut bersama Hiu Paus, tidak memakai aksesoris seperti gelang, kalung, dan perhiasan lain terutama terbuat dari logam, dan memakai tabir surya ramah lingkungan. Kemudian tidak melakukan kontak fisik dengan Hiu Paus seperti mengejar, menunggangi, menyentuh, dan menarik tubuhnya. Selain itu, tidak membuat gerakan mengagetkan atau bersuara keras.

Baca Juga: Air Terjun Cunca Plias, Spot Wisata Buruan Para Gadis Muda Labuan Bajo NTT

Saat berenang di dekatnya, wajib menjaga jarak minimal 3 meter dari sisi samping dan kepala ikan, 4 meter dari sisi ekor, serta tidak menghalangi arah Hiu Paus berenang.

Kegiatan menyelam dan snorkeling bersama Hiu Paus dibatasi hanya sekitar 60 menit. Sedangkan jika hanya ingin mengamati ikan ini dari atas perahu, pastikan bahwa mesinnya dalam kondisi mati dalam jarak 30 meter dari lokasi penampakan ikan. Nakhoda dan kru perahu dilarang mengejar Hiu Paus atau melego jangkar.

Baca Juga: Panorama Lembah dari Tepian Kolam di Atas Awan Desa Wae Lolos Labuan Bajo NTT

Semua aturan itu dapat dilihat pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan nomor 41 tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Wisata Hiu Paus. Beleid yang ditandatangani Dirjen PRL Victor Gustaf Manoppo pada 9 September 2022 itu diterbitkan untuk melindungi ikan yang telah masuk ke dalam Kategori Terancam Punah (Endangered/EN) pada Daftar Merah (Red List) dari Badan Internasional Konservasi Alam (IUCN) serta masuk pada Appendiks I CITES. 

Menurut penelitian Conservation International (CI) Indonesia pada September 2018--Mei 2019, Teluk Saleh dapat menjadi kawasan ekowisata berkelanjutan khusus Hiu Paus yang diminati wisatawan domestik dan mancanegara.

Baca Juga: Setelah KTT Ada Penerbangan Labuan Bajo ke Luar Negeri, ini Negara Paling Berpeluang

Aktivitas tadi bisa mendatangkan pemasukan minimal Rp600 juta per tahun untuk kas desa dari paket wisata khusus tersebut. Tentu diimbangi dengan upaya konservasi yang ketat termasuk menyisihkan dana dari pendapatan wisata untuk pelestarian Hiu Paus.

Peneliti CI Indonesia bernama Maulita Sari Hani menjelaskan, Indonesia dapat belajar dari kesuksesan Maladewa yang mampu mengelola ekowisata Hiu Paus secara baik dan mendatangkan devisa senilai Rp130 miliar.

Baca Juga: Pantai Pasir Putih Klumpang di Labuan Bajo NTT Tinggal Kenangan, Akses Publik ke Pantai Telah Ditutup

Pengembangan ekowisata Hiu Paus juga dapat menumbuhkan ekonomi setempat seperti bermunculannya toko-toko cenderamata, kedai makan, penginapan, jasa sewa perahu, penyewaan alat selam dan sebagainya. ***

Baca Juga: Ada Tiga Obyek Wisata Paling Laris di Labuan Bajo selama KTT ke-42 ASEAN

Baca Juga: Wisatawan Terpukau Menyaksikan Danding Manggarai Timur di GBC Labuan Bajo

Halaman:

Editor: Servatinus Mammilianus

Sumber: Indonesia.go.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X