KLIKLABUANBAJO.ID | Hewan ini merupakan satu-satunya jenis lumba-lumba yang ditemukan hidup di perairan tawar. Sesuai dengan namanya, habitat dari pesut ini berada di Sungai Mahakam yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Tapi, populasinya hanya terkonsentrasi di bagian tengah sungai.
Berdasarkan beberapa penelitian, dilaporkan bahwa populasi pesut Mahakam saat ini hanya tinggal sekitar 80 ekor. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan pesut Mahakam ke dalam daftar critically endangered (sangat terancam punah) dan masuk dalam Appendix I pada CITES.
Baca Juga: MHU Beri Bonus Umrah Puluhan Peserta Tablig Akbar Syiar Baitullah di Labuan Bajo NTT
Tapi ternyata beberapa sumber menyebut, habitat pesut Mahakam tidak hanya ada di Sungai Mahakam. Pesut itu juga ditemukan di perairan Danau Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Danau Semayang dan Danau Melintang, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sementara itu di luar negeri, lumba-lumba itu bisa ditemukan di daerah pantai di Asia Selatan dan Tenggara. Khususnya, di Sungai Ayeyarwady (Myanmar) dan Sungai Mekong di Kamboja dan Laos. Di Sungai Mekong, diperkirakan tersisa 78--91 pesut, ungkap laman Wilderness Classroom.
Baca Juga: Daftar 3 Keunikan di Geopark Maros-Pangkep, Ada 500 Gua yang Pernah Ditinggali Manusia Prasejarah
Dilansir dari Indonesia.go.id, kerabat terdekat pesut Mahakam adalah pesut Australia (Orcaella heinsohni). Lumba-lumba ini ditemukan di lepas pesisir utara Australia. Perbedaan antara keduanya tampak dari warnanya. Jika pesut Mahakam memiliki dua warna, pesut Australia memiliki tiga warna kulit.
Baca Juga: Salah Satu Kebun di Indonesia ini Dikunjungi 700 Ribu Orang Setiap Tahun
Selain itu, ada juga perbedaan pada bentuk tengkorak dan sirip kedua spesies itu. Bentuk kepala pesut Mahakam bulat seperti umbi dan matanya kecil. Tubuhnya polos tanpa motif khas, sementara itu sirip punggungnya kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung.
Sirip dada pesut Mahakam lebar dan membulat, lalu dahinya bundar serta tak memiliki moncong seperti lumba-lumba lainnya. Dikutip dari Animal Diversity, panjang pesut jenis itu berkisar antara 1,5--2,8 meter dan punya berat badan antara 114 kg sampai 133 kg.
Baca Juga: Uniknya Bali Tak Pernah Habis, Mari Mengenal Kebun Raya Terluas di Indonesia yang Berisi Tumbuhan Langka
Pesut Mahakam adalah karnivora yang memakan ikan, moluska, dan hewan krustasea. Hewan ini memiliki umur yang cukup panjang, yakni dapat hidup hingga usia 28 tahun. Bahkan, ada pula yang sanggup hidup hingga usia 30 tahun.
Musim kawin pesut Mahakam antara Desember sampai Juni. Pesut jantan akan bersaing dengan pejantan lainnya untuk betina. Lalu, pesut betina akan mengalami periode kehamilan antara 9--14 bulan. Jumlah anak yang dilahirkan hanya satu dalam setiap periode. Padahal, periode kehamilannya hanya setiap tiga tahun sekali.
Baca Juga: Perwakilan Travel Agent Singapura Puji Kuliner NTB saat Momen Famtrip ke Nusa Tenggara Barat
Organ reproduksi pesut Mahakam akan matang pada kisaran usia 3--6 tahun. Ketika lahir, anakan pesut memiliki panjang 96 cm dan berat badan 12,3 kg. Dalam periode tujuh bulan pertama, diungkap dalam laman Animal Diversity, anakan pesut akan mengalami pertambahan panjang 59 persen dan bertambah berat hingga 266 persen.
Sama halnya dengan spesies lumba-lumba lain, pesut Mahakam juga tinggal berkelompok. Satu kelompok berisi antara tiga hingga enam pesut. Meski hidup berkelompok, pesut ini juga bersosialisasi dengan kelompok lainnya. Sama halnya dengan lumba-lumba jenis lain, pesut Mahakam juga tergolong sebagai hewan yang cerdas.
Baca Juga: Daftar Stadion Terbaik Indonesia Persiapan Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 2023
Penurunan jumlah populasi pesut Mahakam disebabkan oleh beberapa ancaman. Ancaman yang utama yaitu terjadinya penyusutan habitat. Penyusutan habitat yang terjadi merupakan dampak dari adanya aktivitas manusia, di mana terjadinya perubahan penggunaan lahan sehingga mengakibatkan degradasi habitat dan hilangnya habitat bagi banyak spesies.
Masalah terkait perubahan kualitas air sungai akibat dari pembangunan secara langsung dan tidak langsung juga dapat mempengaruhi pesut Mahakam. Ancaman lain terhadap kelestarian pesut Mahakam adalah kematian yang disebabkan oleh jaring nelayan. Hal ini disebabkan pesut Mahakam memiliki kecenderungan untuk memangsa ikan-ikan yang terjerat di jaring nelayan.
Baca Juga: Ada Satu Kota Kecil di Papua yang Sejak 2006 Akrab dengan Kendaraan Listrik, Bahkan Dipakai untuk Ojek
Di balik status konservasinya yang terancam punah, keberadaan pesut Mahakam ini mempunyai peranan yang begitu penting terhadap lingkungan. Pesut Mahakam dapat berguna bagi nelayan dalam menentukan lokasi dan waktu untuk mencari ikan.
Baca Juga: Catat, Berikut ini Komponen Penting dalam Pengembangan Destinasi
Selain itu, secara ekologis pesut Mahakam juga dapat berperan sabagai indikator bagi kualitas lingkungan hidup. Pesut Mahakam akan mendiami daerah perairan dengan kedalaman yang sesuai untuknya, bila keberadaan pesut Mahakam tidak dapat ditemukan di perairan tersebut, maka menandakan perairan tersebut telah mengalami pendangkalan.***
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Terjaga, Berikut Penjelasannya
Baca Juga: Mengenal Maratua, Salah Satu Pulau Terluar Indonesia
Baca Juga: Ubud sebagai Destinasi Gastronomi Sudah Berjalan Sejak 2018, Tahun 2023 ini Tahap Ketiga
Baca Juga: Kabupaten Karawang Resmi Menjadi Bagian dari Jejaring Kabupaten Kreatif di Indonesia
Baca Juga: Festival Wolobobo Menjadi Penghubung Pariwisata Ngada dengan Dunia, Kopi Bisa jadi Andalan
Artikel Terkait
Ternyata Bali tak Hanya Populer karena Pariwisata, Ada Kekuatan Lainnya
Daftar Nama-nama Provinsi Peringkat 5 Besar Penghasil Rumput Laut di Indonesia, Ada NTT dan NTB
Salah satu Provinsi di Indonesia Mengekspor Ikan ke 6 Negara, Ada Amerika Serikat dan Filipina
Pantai Pasir Putih Repi Salah Satu Pesona Pantai Selatan Manggarai Barat NTT
Panorama Alam Pantai Pasir Putih dan Ganas Gelombang Pantai Selatan Manggarai Barat NTT
Spot Wisata Pantai Repi Dipotret dari Atas Bukit, Pesonanya Luar Biasa Indah
Gara-gara Jahe, Guru Honor di Labuan Bajo ini Dipanggil Makan Bersama Menteri Pariwisata
Jahe Merah dari Labuan Bajo Mabar NTT Diminati Pelanggan di Malaysia
Patut Diteladani, Desa ini Terbatas Sumber Daya Alam tetapi Sabet Juara Terbaik Desa Wisata
Mengenal Komodo Merah yang Merupakan EMU, Berikut ini Penjelasannya
Ini Alasannya Kenapa Ada Larangan Mendaki Gunung di Bali
Panorama Alam Ini Menjadi Bonus Bagi Para Wisatawan yang Datang ke Labuan Bajo NTT
Ada 2 Kuliner Khas Indonesia yang Diperkenalkan ke Para Pemuda Australia Peserta Pertukaran Pemuda
Kisah Menarik Seorang Gubernur dari Indonesia saat Makan di Brasil, Sayang Sambalnya Salah
Ada Ajakan yang Menyentuh Hati untuk Generasi Muda Konten Kreator TikTok di Indonesia
Lima Rekomendasi Tempat Nongkrong Akhir Pekan Paling Baik di Labuan Bajo NTT
Wah Keren, Kain dari Timor NTT Sambut Timnas Argentina di Indonesia
Ada 4 Hal yang Harus Diperhatikan Masyarakat dalam Transisi Pandemi Covid-19 ke Endemi
Penerbangan Anda Makin Mudah, Ada yang Baru di Bandara Komodo Labuan Bajo
Berikut ini Daftar Maskapai Penerbangan yang Melayani Bandara Komodo Labuan Bajo
Perekrutan Tenaga Kerja di Golo Mori, Hasan Beri Apresiasi kepada ITDC
Bagi Anda yang Suka Naik Kapal, Ada Aturan Baru Mulai 1 Juli 2023
Sebanyak 20.038 Orang Berangkat dari Labuan Bajo, Ikuti Informasi Berikut ini
Di Tempat ini Kuda Harus Miliki Surat Keterangan Kesehatan
Tingkatkan Kebersihan di Labuan Bajo, 100 Tong Sampah dari Kopdit Sangosay Disumbangkan kepada Pemkab Mabar
Apakah Anda Pencinta Komik, Berikut Dukungan Terhadap Seniman Komik di Tanah Air
Naik Impor dari Tiongkok Periode Mei 2023, Neraca Dagang Surplus
Ada 3 Komponen Penting dalam Pengembangan Destinasi
Ekspor Impor di Tengah Pemulihan Ekonomi
Daftar Bendungan yang Sudah Diresmikan, Termasuk di NTT