KLIKLABUANBAJO.ID | Di tempat ini kuda harus miliki surat keterangan kesehatan, selain itu posturnya berkisar antara 150 - 165 sentimeter atau seukuran orang dewasa.
Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dinas pertanian dan peternakan setempat harus dikantongi saat kuda hendak dijual.
Tempat ini merupakan pasar kuda terbesar di Indonesia yang digelar setiap Hari Sabtu, ratusan kuda beraneka warna jual di pasar ini.
Baca Juga: Pasar Kuda Terbesar di Indonesia Jual Kuda Asal NTT Didatangkan dari Flores, Harga Rp30 Juta
Ratusan kuda di pasar ini ada yang berwarna putih, cokelat pekat, cokelat kehitaman, hitam pekat, dan abu bintik hitam, atau cokelat.
Pasar kuda terbesar yang terletak di Indonesia Timur ini mulai difungsikan sekitar tahun 1983 oleh Pemerintah Kabupaten setempat. Tujuannya untuk menampung hasil peternakan masyarakat terutama kuda yang akan diperdagangkan.
Desain awalnya, pasar itu dibangun untuk menampung maksimal 1.000 ekor kuda. Tetapi dalam perkembangannya saat ini, lokasi itu seperti tak mampu menampung banyaknya hewan bernama latin Equus caballus yang dibawa pemiliknya.
Baca Juga: Pasar Kuda Terbesar Hanya Ada di Indonesia Timur Setiap Sabtu, Dipadati Ratusan Kuda Beraneka Warna
Pasar hewan berukuran panjang 125 meter dan lebar 80 meter serta berdiri di atas lahan seluas sekira 1 hektare ini letaknya berdekatan dengan pasar rakyat yang baru selesai dibangun beberapa tahun lalu.
Dilansir dari Indonesia.go.id, pasar ini namanya Pasar Hewan Tolo yang berada di Kelurahan Tolo, Kecamatan Kalara, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Pasar kuda terbesar di Indonesia yang berlangsung setiap Hari Sabtu itu ternyata juga turut menjual kuda asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca Juga: Tempat Meeting Terbaik di Labuan Bajo Ada di sini
Kuda asal NTT itu berjenis kuda poni Sandel (Sandalwood pony) atau dikenal sebagai Kuda Sumba.
Selain kuda asal NTT, di lokasi pasar kuda terbesar Indonesia ini juga menjual kuda asal NTB yaitu Kuda Sumbawa serta ada pula Kuda Bugis.
Inilah hasil persilangan antara Kuda Arab dengan kuda poni lokal dan menjadi andalan untuk pacuan kuda. Ciri khasnya, memiliki bentuk lebih kecil dari kuda pada umumnya meski larinya tak kalah cepat.
Baca Juga: Sebanyak 20.038 Orang Berangkat dari Labuan Bajo, Ikuti Informasi Berikut ini
Rentang harganya berkisar antara Rp6 juta sampai Rp30 juta tiap ekornya. Sebagian kuda didatangkan ke Pasar Hewan Tolo langsung dari Flores dan Sumbawa oleh sejumlah pedagang besar melalui Pelabuhan Bungeng di Kecamatan Batang, Jeneponto.
Rata-rata transaksi yang berhasil dibukukan setiap pekan oleh para pedagang antara 150 hingga 200 ekor dengan nilai total mencapai Rp2 miliar atau sekitar Rp104 milair per tahun.
Demikian diungkap dari penelitian Handayani Indah Susanti dan kawan-kawan, mahasiswa Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dalam Pola Pemasaran Ternak Kuda di Pasar Hewan Tolo Kabupaten Jeneponto pada 2021.
Baca Juga: Bagi Anda yang Suka Naik Kapal, Ada Aturan Baru Mulai 1 Juli 2023
Tidak ada patokan khusus soal harga tiap kuda, semua bergantung kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli. Umumnya, kuda yang didatangkan dari luar Jeneponto seharga jutaan rupiah per ekor, akan laku terjual di angka belasan juta rupiah per ekor dalam satu kali transaksi.
Penjual kuda di sana tidak didominasi oleh orang dewasa. Di lokasi komersial itu, terdapat pula remaja serta anak-anak, yang tak kalah lincah dalam menawarkan kuda dagangannya kepada calon pembeli.
Keriuhan suasana turut menjalar hingga ke luar Pasar Kuda Tolo. Belasan mobil bak terbuka yang terparkir di tepi jalan menjajakan beragam dagangan, sebagian berupa produk vitamin dan suplemen untuk ternak kuda. Sebagian lainnya menjual buah, makanan dan minuman, serta bumbu dapur.
Baca Juga: Perekrutan Tenaga Kerja di Golo Mori, Hasan Beri Apresiasi kepada ITDC
Kuda yang dijual di Pasar Kuda Tolo dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu untuk diternakkan atau sebagai indukan, dijadikan hewan pacuan, atau sebagai bahan dasar gantala jarang yakni sejenis masakan berkuah kaya rempah mirip coto yang dipadu daging kuda.
Masakan itu umumnya disajikan ketika ada acara hajatan atau saat upacara adat. Coto, konro, dan bakso yang dijual di Jeneponto pun tak sedikit yang berbahan olahan daging kuda. Handayani dkk menyebutkan, kuda berpotensi menjadi alternatif penyedia daging sebagai salah satu sumber pangan.
Baca Juga: Berikut ini Daftar Maskapai Penerbangan yang Melayani Bandara Komodo Labuan Bajo
"Kadar protein hewaninya hampir sama dengan sapi yakni 18,1 persen atau mendekati sapi yang 18,8 persen. Kadar lemak daging kuda lebih rendah dari sapi, yakni 4,1 persen berbanding 14 persen. Potensi ternak kuda secara teknis tidak jauh berbeda dengan sapi. Karkas kuda mencapai 125 kilogram dengan jeroan mencapai 20 persen dari karkas dibandingkan sapi yang mencapai rata-rata 156,4 kg," tulis Handayani dkk yang meneliti pada September 2020.
Di Pasar Kuda Tolo yang beroperasi di hari Sabtu mulai pukul 7.00 sampai 13.00 WITA itu, kuda-kuda tidak hanya didatangkan dari sekitar Kecamatan Kalara, melainkan juga dari daerah lain di seputar Jeneponto. Calon pembeli pun bukan hanya datang dari sekitar Jeneponto. Sebagian besar justru berasal dari luar kabupaten, seperti Bantaeng, Bulukumba, dan Kota Makassar, sekitar dua jam perjalanan darat dari Jeneponto.
Baca Juga: Penerbangan Anda Makin Mudah, Ada yang Baru di Bandara Komodo Labuan Bajo
Jeneponto memang dikenal sebagai lumbung kuda Sulsel serta salah satu di tingkat nasional bersama Sumbawa dan Sumba. Seperti dilansir dari laporan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Kementerian Pertanian, Sulsel pada 2019 menempati urutan teratas dalam jumlah populasi kuda secara nasional yakni mencapai 166.086 ekor diikuti NTT (109.549 ekor), dan NTB (47.300 ekor). Kabupaten berjuluk Bumi Turatea tersebut berkontribusi besar terhadap populasi kuda di seantero Sulsel dan dikenal pula sebagai Kota Kuda.
Mengutip laporan Jeneponto Dalam Angka 2023 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, ada sebanyak 75.390 ekor kuda sepanjang 2022 lalu. Angka tersebut mengalahkan populasi sapi (28.905 ekor) dan kerbau (3.86 ekor), meski masih belum bisa menandingi banyaknya kambing yang mencapai 249.185 ekor.
Baca Juga: Punahnya Lapangan Kerja Akibat Teknologi, Berikut Hasil Survei tentang itu
Pada 2017, populasi hewan yang sering menjadi simbol status sosial seseorang tersebut bahkan pernah menyentuh angka 86.366 ekor. Bangkala menjadi kecamatan dengan populasi ternak kuda terbanyak di 2022, yakni sebesar 12.140 ekor.
Banyaknya populasi kuda di Jeneponto tak lepas dari sejarah masa lampau kabupaten seluas 749,79 kilometer persegi karena dulunya terdapat enam kerajaan di sini seperti Kerajaan Garassi, Bangkala, Binamu, Tarowang, Sapanang, dan Kerajaan Arungkeke. Seluruhnya berada di bawah kendali Kerajaan Gowa dan Tallo.
Baca Juga: Ada 4 Hal yang Harus Diperhatikan Masyarakat dalam Transisi Pandemi Covid-19 ke Endemi
Masyarakat di keenam kerajaan menjadikan kuda sebagai hewan serbaguna. Bukan saja sebagai alat transportasi, kuda juga dimanfaatkan untuk membantu membajak sawah dan ladang, mengangkut hasil pertanian dan perkebunan, penarik pedati, dan salah satu artileri perang.
Hewan ini turut menghiasi lambang resmi kabupaten dan dibuatkan patungnya di pusat kota. Pasar Hewan Tolo dengan segala keunikannya telah menjadi salah satu objek wisata di Jeneponto.
Baca Juga: Lima Rekomendasi Tempat Nongkrong Akhir Pekan Paling Baik di Labuan Bajo NTT
Di sekitar pasar mulai bertumbuh usaha-usaha penunjang seperti kedai makan yang menyajikan coto, konro, dan gantala jarang dari olahan daging kuda. Terdapat pula toko penjualan obat dan vitamin ternak kuda. Pemkab Jeneponto ditantang untuk memanfaatkan potensi pasar yang dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat itu dengan menyediakan fasilitas penunjang yang memadai.***
Artikel Terkait
Lebih dari Seribu Wisatawan ke Danau ini per Bulan, Ada Pulau Kecil di Tepiannya
Raup Miliar Rupiah dari Unggahan Konten Musik ke Medsos hingga Miliki Penggemar Lintas Negara
Salah Satu Pasar Tertua di Manggarai Barat Masih Jadi Pasar Mingguan Paling Ramai
Fantastis, Harga Kerbau di Daerah ini Rp50 Juta sampai Rp1 Miliar
Daftar Nama-nama Kabupaten di NTT Tempat Hidup Komodo, Bukan Hanya Labuan Bajo Manggarai Barat
Anda yang Berjiwa Petualang Perlu Tahu, Tempat ini Menyimpan Fosil Berusia Lebih Tua dari Pulau Sumatra
Ternyata Bali tak Hanya Populer karena Pariwisata, Ada Kekuatan Lainnya
Daftar Nama-nama Provinsi Peringkat 5 Besar Penghasil Rumput Laut di Indonesia, Ada NTT dan NTB
Salah satu Provinsi di Indonesia Mengekspor Ikan ke 6 Negara, Ada Amerika Serikat dan Filipina
Pantai Pasir Putih Repi Salah Satu Pesona Pantai Selatan Manggarai Barat NTT
Panorama Alam Pantai Pasir Putih dan Ganas Gelombang Pantai Selatan Manggarai Barat NTT
Spot Wisata Pantai Repi Dipotret dari Atas Bukit, Pesonanya Luar Biasa Indah
Gara-gara Jahe, Guru Honor di Labuan Bajo ini Dipanggil Makan Bersama Menteri Pariwisata
Jahe Merah dari Labuan Bajo Mabar NTT Diminati Pelanggan di Malaysia
Terbaik, Desa Wisata Pekunden di Banyumas Jawa Tengah Berbasis Kreatif Ada Edukasi Buah Naga
Patut Diteladani, Desa ini Terbatas Sumber Daya Alam tetapi Sabet Juara Terbaik Desa Wisata
Ini Rahasianya, Desa ini Raih Juara sebagai Desa Wisata Terbaik Walaupun Terbatas Sumber Daya Alam
Cerita Suka Cita Seorang Guru Honorer di Labuan Bajo NTT Duduk Semeja Makan dengan Menteri Sandiaga Uno
Tradisi Sambut Baru yang Disertai dengan Pesta Keluarga di Manggarai Barat NTT
Mengenal Komodo Merah yang Merupakan EMU, Berikut ini Penjelasannya
Ini Alasannya Kenapa Ada Larangan Mendaki Gunung di Bali
Bertemu Bunda Maria di Wisata Gua Maria Wae Lia di Tepi Jalan Trans Flores Labuan Bajo NTT
Setahun Mengikuti Kelas Bahasa Inggris dari Sudamala Resort Komodo, Murid SDN Gorontalo Terima Sertifikat
Ada 2 Kuliner Khas Indonesia yang Diperkenalkan ke Para Pemuda Australia Peserta Pertukaran Pemuda
Turunnya Harga Tiket Pesawat Jelang Libur Sekolah Akselerasi Kebangkitan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Tentang Kerinduan Menonton Indonesia vs Argentina
Kisah Menarik Seorang Gubernur dari Indonesia saat Makan di Brasil, Sayang Sambalnya Salah
Mendorong Penyebaran Wisatawan Melalui Penyusunan Peta Perjalanan Menuju 30 Desa Wisata
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat NTT Gencar Lakukan Vaksinasi Terhadap Ternak Anjing di Desa
Mentan Syahrul Yasin Limpo Menyerahkan Penghargaan Satyalencana Wira Karya kepada Bupati Bone Bolango