Ketiganya telah memilih jalur politik sebagai media untuk memperjuangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mereka anut. Keputusan mereka untuk memasuki dunia politik menunjukkan komitmen mereka dalam mewujudkan perubahan sistemik dan berupaya memberikan dampak positif secara langsung melalui kebijakan dan keputusan politik.
Sementara itu, kader-kader PMKRI lainnya mungkin memilih jalur berbeda, seperti pengabdian dalam bidang pendidikan, sosial, atau usaha mandiri. Pilihan ini mencerminkan keragaman cara dan strategi dalam menerapkan nilai-nilai Kristiani. Masing-masing jalur, baik dalam politik maupun di luar politik, memiliki perannya sendiri dalam memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan perubahan positif dalam masyarakat.
Baca Juga: Bertemu Insan Pers di Sekber JMSI NTT, Melki Laka Lena Berharap Pers Tetap Kritis
Di tengah tantangan kemiskinan, spirit "Option for the Poor" sebagai suatu identitas kader menjadi relevan dan penting. PMKRI mengejawantahkan visi-misi dan identitas kadernya dalam bentuk Tiga Benang Merah yaitu Intelektualitas, Kristianitas dan Fraternitas.
Intelektualitas menanamkan kepada kadernya tentang penguasaan ilmu pengetahuan harus diabdikan bagi kesejahteraan umat manusia (visi etis). Kader PMKRI didorong untuk menjadi intelektual yang berkomitmen menggunakan ilmu dan pengetahuan mereka demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, terutama kaum miskin.
Baca Juga: Relawan Garda Deklarasi Dukung Edi Weng, Edi Endi: Jangan Lukai Perasaan Orang Lain
Kristianitas mendorong kadernya untuk menunjukan keberpihakan kepada kaum miskin (Preferential Option for the Poor) dengan Yesus sebagai teladan gerakan. Kader PMKRI berusaha meneladani keberpihakan pada kaum miskin dalam tindakan nyata untuk membela dan memperjuangkan hak-hak kaum miskin dan yang tertindas.
Fraternitas menguatkan kadernya akan penghargaan yang sama kepada sesama umat manusia sebagai wujud persaudaraan sejati dalam solidaritas kemanusiaan yang menembus batas-batas primordialisme. Kader PMKRI diajarkan untuk menjunjung tinggi persaudaraan dan solidaritas, tanpa memandang suku, agama, atau golongan.
Baca Juga: Ketua Tim Relawan Mario-Richard, Elson Albertus: Deklarasi Diselenggarakan di Setiap Kecamatan
Dari semangat ini, terbentuklah sikap-sikap yang mencerminkan prinsip-prinsip yang mendalam yang terkandung di dalam enam identitas; Sensus Catholicus, Man of Others, Sunsus Hominis, Pribadi yang Menjadi Teladan, Universalitas dan Magis Semper. Sensus Catholicus muncul sebagai kesadaran dan pemahaman mendalam tentang tantangan sosial dan moral termasuk berupaya untuk memperjuankan keadilan, perdamaian, dan kebaikan bersama.
Semangat Man of Others menggambarkan kepedulian yang mendalam terhadap kebutuhan dan kesejahteraan orang lain. Suatu sikap yang selalu berupaya menempatkan kepentingan dan kebutuhan orang lain di atas kepentingan pribadi, menunjukkan rasa empati dan solidaritas yang tinggi.
Baca Juga: Jadwal Pelantikan Anggota DPRD Terpilih di Kabupaten Mabar NTT 2024-2029
Sensus Hominis adalah rasa empati dan penghargaan terhadap kemanusiaan yang mendorong mereka untuk bersikap inklusif dan solidaritas terhadap semua orang, tanpa memandang latar belakang atau perbedaan yang ada.
Pribadi yang Menjadi Teladan adalah tentang menjadi contoh yang baik dalam menjalani nilai-nilai Kristiani. Melalui tindakan dan perilaku mereka, mereka menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak yang sama dan menerapkan ajaran agama dalam kehidupan mereka.
Universalitas mengajarkan penerimaan dan penghargaan terhadap keberagaman. Ini mendorong mereka untuk bekerja menuju keadilan dan kesejahteraan secara menyeluruh, melebihi batas-batas etnis, budaya, dan sosial.
Baca Juga: BBM di Labuan Bajo dan Penantian di Ruas Jalan hingga Malam Menyambut Pagi
Artikel Terkait
Peserta dari Labuan Bajo Harumkan Nama Provinsi NTT di Duta Remaja Pariwisata Indonesia
Tasya Homestay Labuan Bajo Sudah Beroperasi, Berada di Tengah Kota dengan Harga Terjangkau
Penerbangan Internasional Perdana Kuala Lumpur - Labuan Bajo Tinggi Peminat
BPOLBF Koordinasi dengan Keuskupan di Flores untuk Destinasi Religi Katolik
Bawaslu Temukan Permasalahan dalam Pemetaan TPS pada 14 Desa di Kabupaten Manggarai
Mendukung Suksesnya Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2024
Camat Komodo Imbau Warga Tidak Buang Puntung Rokok di Lahan Kering
Umat Katolik di NTT Banyak ke Timor Leste Hadir Misa Agung Paus Fransiskus
Peluang Bisnis Cuci Mobil dan Sepeda Motor Menjanjikan, Berikut ini Panduannya
Pasar Werang dan Noa Berpeluang Besar jadi Pasar Harian, ini Penjelasan Pemkab Mabar
Pasar Noa jadi Pasar Harian, Anggota DPRD Terpilih Sardi Jeramat: Geliat Ekonomi Masyarakat Semakin Positif
Camat Sano Nggoang Sambut Baik Rencana Peningkatan Status Pasar Werang Menjadi Pasar Harian
Semangat Kebangkitan Musik Tradisional Indonesia Melalui Lokovasia 2024
Kapolres Mabar Minta Dukungan Tokoh Agama, Bersinergi Menjaga Keamanan
Universitas Terbuka Di Bawah Naungan Kemdikbudristek Tawarkan Fleksibilitas Belajar dengan Biaya Terjangkau
Kerja Keras IWP Tangani Sampah di Labuan Bajo Masuk Babak Baru, Environment Learning Center Diresmikan
Investor yang Memiliki Lahan di Golo Mori Labuan Bajo, Jangan Biarkan Lahannya Terlantar
Pilgub NTT 2024, Edi Hamsi: Melki Laka Lena Semakin Menguat
Koordinasi Antar Lembaga Jelang Pilkada Serentak 2024, Kapolres Manggarai Barat Kunjung KPU dan Bawaslu
Saran dari Politisi Senior Mabar: Anggota DPRD yang Baru Terpilih Harus Banyak Membaca
Miris, 7,4 Persen Perokok di Indonesia Berusia 10 sampai 18 Tahun
APAC DNS Forum 2024: Bangun Masa Depan Internet dengan Kolaborasi