Miris, 7,4 Persen Perokok di Indonesia Berusia 10 sampai 18 Tahun

photo author
- Selasa, 23 Juli 2024 | 07:02 WIB
7,4 persen perokok di Indonesia berusia 10 sampai 18 tahun. (Foto: KLIKLABUANBAJO.ID)
7,4 persen perokok di Indonesia berusia 10 sampai 18 tahun. (Foto: KLIKLABUANBAJO.ID)

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif terus bertambah. Saat ini jumlahnya diperkirakan telah mencapainya 70 juta orang, mirisnya sebanyak 7,4 persen di antaranya adalah perokok di rentang usia 10-18 tahun.

 

KLIKLABUANBAJO.ID | Anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019 menunjukkan, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13--15 tahun naik dari 18,3 persen pada 2016 menjadi 19,2 persen di 2019.

Pada data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15--19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5 persen), diikuti usia 10--14 tahun (18,4 persen).

Baca Juga: Kerja Keras IWP Tangani Sampah di Labuan Bajo Masuk Babak Baru, Environment Learning Center Diresmikan

Dilansir dari Indonesia.go.id, pesatnya pertumbuhan perokok aktif tak lepas dari masifnya industri rokok di tanah air memasarkan produk mereka di masyarakat melalui media sosial terutama dampaknya kepada anak dan remaja. Tak jarang, industri rokok menjadi sponsor berbagai event yang melibatkan remaja, seperti festival musik dan olahraga.    

"Kita dihadapkan pada bahaya pertumbuhan perokok aktif di Indonesia, terutama pada anak remaja," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti dalam diskusi daring Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024) lalu.

Baca Juga: Investor yang Memiliki Lahan di Golo Mori Labuan Bajo, Jangan Biarkan Lahannya Terlantar

Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Amurwarni Dwi Lestariningsih pun turut berkomentar. Dia mengatakan, iklan di media luar ruang dan internet berpengaruh besar terhadap peningkatan perilaku anak untuk merokok.

“Industri selalu membuat hal-hal yang menarik untuk mengajak anak-anak sebagai pengguna atau konsumen. Nah, bagaimana kita bisa melindungi anak-anak tidak menjadi pengguna rokok ini,” katanya.

Dokter spesialis kejiwaan Fitri Dona Nainggolan menyebutkan, perokok umumnya kesulitan menghentikan kebiasaannya itu lantaran telah merasa nyaman ketika merokok dan menjadi gelisah saat tidak melakukannya. Dengan kata lain telah menjadi sebuah adiksi.

Baca Juga: Universitas Terbuka Di Bawah Naungan Kemdikbudristek Tawarkan Fleksibilitas Belajar dengan Biaya Terjangkau

Memulai untuk berhenti merokok menjadi langkah tepat guna memberi kesempatan kepada organ-organ vital untuk melakukan pemulihan seperti jantung, paru, dan ginjal. Berhenti merokok juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Selain itu, manfaat dapat memberikan perubahan positif kepada tubuh.

Mengutip Hindustan Times, ada tujuh manfaat berhenti merokok seperti diulas oleh pakar kesehatan Yashoda Hospitals Hyderabad, Viswesvaran Balasubramanian. Pertama adanya peningkatan sirkulasi karena dalam 20 menit ketika berhenti merokok, tekanan darah dan detak jantung perlahan turun. Ini memberi kesempatan lebih banyak kepada oksigen masuk ke organ lainnya.

Baca Juga: Kapolres Mabar Minta Dukungan Tokoh Agama, Bersinergi Menjaga Keamanan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Servatinus Mammilianus

Sumber: Indonesia.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Jumlah Puskesmas Meningkat di Manggarai Barat Menjadi 26

Sabtu, 21 September 2024 | 07:28 WIB

21 Orang Dokter Spesialis Bertugas di RSUD Komodo

Selasa, 17 September 2024 | 18:11 WIB

Terpopuler

X