KLIKLABUANBAJO.ID | Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) menerapkan sistem evaluasi mingguan terhadap ibu hamil dan bayi beresiko tinggi serta stunting.
Sistem itu bernama Simabaresti yang sudah mulai diterapkan pada Hari Selasa (30/4/2024).
Dalam evaluasi mingguan pada Selasa itu, petugas terkait di Dinas Kesehatan Mabar bersama petugas-petugas Puskesmas yang tersebar di wilayah Kabupaten Mabar melakukan evaluasi melalui zoom.
Evaluasi mingguan itu dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Mabar Adrianus Ojo.
"Simabaresti ini merupakan sistem evaluasi mingguan ibu hamil dan bayi beresiko tinggi. Tujuannya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi serta stunting," kata Adrianus.
Penerapan Simabaresti kata dia akan terus dikembangkan dan nantinya tidak hanya dengan Puskesmas tetapi akan melibatkan kepala desa, tokoh agama, serta forum komunikasi pimpinan kecamatan.
Baca Juga: SK Ketua DPW Nasdem NTT Diserahkan Julie Sutrisno ke Edistasius Endi
Dengan Simabaresti ini maka keberadaan ibu hami dan bayi beresiko tinggi akan terus dipantau dan ditangani secara baik setiap saat dan terus dievaluasi setiap minggu.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Simabaresti ini antara lain kesiapan petugas, ambulance, rumah tunggu kelahiran, jaminan kesehatan, dukungan dari keluarga dan desa, tentu juga kesiapan obat-obatan.
Disampaikan juga bahwa prinsip-prinsip kerja Simabaresti mengacu pada arti numerologi dari kata Sima dan Baresti, yaitu kepribadian yang bertanggungjawab, melindungi, merawat, bermasyarakat, seimbang, simpatik, tingkat spiritual tinggi, intuitif, tercerahkan, idealis, dan pemimpi/visioner.
Tahapan pelaksanaannya yakni
Puskesmas menyiapkan data by name by adress sasaran ibu hamil dan bayi beresiko tingi.
Baca Juga: 96 Orang Peserta Pelatihan di UPTD BLK Manggarai Barat Berakhir dan Siap Bekerja
Puskesmas melakukan identifikasi, sasaran prioritas mana dengan kategori "Yang Terutama dari Yang Utama" yang fokus intervensi dalam minggu berjalan.
Puskesmas nelakukan intervensi sasaran prioritas tersebut, jika memerlukan dukungan eksternal puskesmas, misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Petugas PKH, dll, lakukan komunikasi dan bisa melibatkan Dinas Kesehatan sebagai fasilitator atau pihak lain yang dianggap bisa membantu.
Pendekatan intervensi kalau terkait rujukan bisa menggunakan pendekatan BAKSOKUDOPN ( Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang , Donor, Posisi, Nutrisi). Intervensi lain adalah koordinasi dengan keluarga pasien, koordinasi dengan lintas sektor (camat, Forkompimcam, kepala desa, tokoh agama, BPKK, dan lainnya.
Baca Juga: Jelang Pilkada Mabar 2024, Edi-Weng Daftar di 2 Parpol dalam Sehari
Artikel Terkait
Plt Dirut BPOLBF Ajak Bangun Ekosistem Kepariwisataan di Labuan Bajo, Berikan Sentimen Positif
Pembangunan di Parapuar Labuan Bajo Bersandar pada Asas Keseimbangan Ekologi
BPOLBF Luncurkan 46 Event untuk Tahun 2024 di Wilayah Floratama
Harga Tiket ke Taman Nasional Komodo Diangkat dalam Diskusi di Prundi Labuan Bajo
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Mabar, Berikut ini 3 Poin Masukan Masyarakat
Buka Usaha di Kawasan TNK, Warga Mabar Dipersilakan Mengajukan Perizinan Berusaha Penyediaan Jasa Wisata Alam
Ada Tiket Gratis dari Labuan Bajo ke Makassar
AIC dan SMKN 3 Komodo Tanam 1.000 Anakan Pohon Merbau di HUT Kliklabuanbajo.id
ITDC Golo Mori Labuan Bajo dan Upaya Pelestarian Lingkungan
Sudah 40 Orang Digigit oleh Komodo, 5 Orang Meninggal Dunia