KLIKLABUANBAJO.ID | Mulai Bulan Februari 2024 atau di paruh kedua musim kompetisi 2023/2024, Liga 1 bakal memiliki asisten wasit berbasis tayangan video atau dikenal sebagai Video Assistant Referee (VAR).
Secara umum pada musim 2023/2024 ini PSSI memperkenalkan wajah baru Liga 1. Selain VAR, ada ketentuan pemain asing dari semula lima orang, kemudian ditambahkan jatah satu orang asal Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) atau 5+1. Klub peserta juga wajib membayar pajak dari semula statusnya pajak perseroan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Baca Juga: Ternyata Ada Satu Tempat di NTT yang Memiliki Waktu Paling Cerah Terbanyak dalam Setahun di Indonesia
Terkait penerapan VAR atau pengawasan pertandingan berbasis teknologi informasi dilakukan di 16 stadion.
Dilansir dari Indonesia.go.id, teknologi VAR tersebut berguna sebagai "mata elang" (hawkeye) korps hitam-hitam, julukan wasit sepak bola, terhadap potensi pelanggaran yang tak terlihat oleh pandangan mereka di lapangan dan hanya mampu diteliti lewat rekaman video yang diputar ulang dalam waktu sepersekian detik. Cara kerjanya, ketika ada keraguan dari para pengadil terhadap suatu tindakan apakah berpotensi pelanggaran atau bukan, maka mereka akan memberi kode khusus gerakan tangan membentuk kotak.
Baca Juga: NTT Makin Tenar, Pusat Pengamatan Antariksa Modern Pertama di Indonesia Timur Bangun di Kupang
Selanjutnya, wasit akan menuju ke sebuah monitor khusus yang ditempatkan di kursi pengawas pertandingan di tepi lapangan hijau. Wasit akan memperhatikan rekaman video dari tayangan ulang peristiwa potensi pelanggaran yang dimaksud. Tayangan ini telah disiapkan oleh para wasit dan asisten wasit VAR dari ruang kontrol di sisi lain dari stadion. Terdapat minimal delapan unit layar monitor ukuran 50 inci yang diawasi oleh empat orang berpakaian wasit di ruang VAR.
Baca Juga: Festival Musik dan Kebangkitan Industri Ekonomi Kreatif Setelah Pandemi, Menparekraf Apresiasi We The Fest
Setelah menyaksikan tayangan yang diulang beberapa kali dari monitor, wasit akan kembali ke lapangan untuk mengeluarkan keputusannya. Karena itu, VAR "memaksa" adanya sejumlah hal, mulai dari kesiapan infrastruktur penunjang seperti peralatan teknologi informasi dan tenaga pengendali. Kemudian pemasangan puluhan kamera sirkuit jenis hawkeye beresolusi sangat tinggi di beberapa sudut stadion, ruang monitor VAR, dan tentu saja wasit dan asisten wasit yang mampu mengoperasikan VAR, baik berlisensi PSSI atau FIFA.
Ini akan menjadi hal baru bagi sepak bola nasional kendati di kompetisi sejumlah negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, negara-negara Teluk, sudah diberlakukan sejak beberapa tahun lalu. Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memakai VAR sejak tahun 2018. Indonesia tidak sendirian menerapkan VAR karena mulai musim kompetisi 2023/2024, Vietnam dan Malaysia pun siap-siap menerapkan teknologi asisten wasit canggih ini.
Baca Juga: Dukung Depok Masuk Jaringan Kota Kreatif UNESCO, ini yang Disampaikan Kemenparekraf
"Teknologi VAR memang tidak murah, tetapi ini salah satu upaya kita membenahi persepakbolaan di tanah air. Semua pemangku kepentingan harus mau duduk dan belajar bersama untuk memajukan sepak bola termasuk meningkatkan kemampuan dan keahlian para wasit dalam memimpin sebuah pertandingan. Karena itu, selain menggandeng FIFA, PSSI juga mengikat kerja sama dengan JFA untuk ikut membantu membenahi wasit-wasit Indonesia," kata Ketua Umum PSSI Erick Thohir.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Pos Lintas Batas Negara Kita dan Upaya Pertumbuhan Ekonomi
Adanya VAR juga diikuti oleh kewajiban bagi setiap klub untuk memasang papan iklan elektronik berbasis LED di tepi lapangan atau dikenal dengan E-Board LED. Lewat pemasangan peralatan ini yang sudah 30 tahun dipakai oleh liga-liga di daratan Eropa, maka membuka potensi pendapatan lebih besar dari sektor iklan bagi klub-klub Liga 1. Menurut Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali, klub bertanggung jawab mengadakan sendiri E-Board LED tersebut bekerja sama dengan pengelola stadion kandang (homebase) kesebelasan.
Baca Juga: KM Dharma Rucitra Surabaya-Labuan Bajo Makin Diminati Penumpang
Pelaksanaan Liga 1 juga menjadi awal dimulainya penerapan transformasi menyeluruh terhadap sepak bola nasional seperti yang diminta oleh Presiden Joko Widodo pascakerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, 1 Oktober 2022 yang menewaskan ratusan penonton. Peristiwa itu menjadi momentum pemerintah turun tangan membantu PSSI membenahi infrastruktur 22 stadion di tanah air dan akan direnovasi mulai dari kategori ringan sampai berat termasuk Stadion Kanjuruhan.
Baca Juga: Pengemudi Ojek Online Bisa Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan, Para Pekerja Informal Masuk Program itu
Renovasi selama 18 bulan itu akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta menelan anggaran Rp1,9 triliun. "Pekerjaannya mulai dari sekadar merapikan ruang-ruang penting di stadion dan lapangan parkir, mengganti jenis rumput stadion, mengganti bangku penonton sampai membangun ulang stadion," ungkap Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Baca Juga: Kisah Dewi, Gadis NTT yang Sukses Dapat Beasiswa S2 ke Melbourne University
Pengamat sepak bola nasional Muhammad Kusnaeni menyambut baik penerapan wajah baru dalam kompetisi sepak bola nasional terutama membenahi stadion-stadion di tanah air. Namun demikian, pria yang akrab dipanggil Bung Kus itu mengharapkan agar PSSI dapat mengajak seluruh pendukung kesebelasan menjaga seluruh fasilitas stadion, tidak melakukan vandalisme dan aksi-aksi tak terpuji lainnya termasuk tindakan rasisme agar peristiwa kelam di Kanjuruhan tak terulang kembali.***
Baca Juga: 3 Desa Wisata Dapat Bantuan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Baca Juga: Event Merupakan Cara Promosi Paling Ampuh di 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas
Baca Juga: Top, Misi Dagang Jatim-Sulsel Ditindaklanjuti, Transaksi Ratusan Miliar
Baca Juga: Berkunjung ke Penjara Arnhem di Belanda, Tentang Banyaknya Penjara Kekurangan Tahanan
Baca Juga: Awal Mula Pantai Sanur di Pulau Bali, Pernah jadi Lokasi Pendaratan para Bala Tentara Belanda
Baca Juga: Awal Mula Pantai Sanur di Pulau Bali, Pernah jadi Lokasi Pendaratan para Bala Tentara Belanda