KLIKLABUANBAJO.ID | Praktik-praktik politik uang masih acap mewarnai perjuangan oknum peserta pemilu sebagai cara instan untuk membeli kemenangan agar lolos ke kursi parlemen atau menjadi orang nomor satu di daerahnya.
Hasil kajian Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan, praktik politik uang telah begitu membudaya dan mengonstruksi proses demokrasi di tanah air.
Baca Juga: Jus Anggir Produk Ekonomi Kreatif Kuliner dari SMKN, Minuman dari Buah Jeruk Purut
Seturut hal itulah, berdasarkan hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2018, soal politik uang, diketahui bahwa 72 persen pemilih mengaku menerima politik uang, dilansir dari Indonesia.go.id.
Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardiana berujar, “Politik uang yang dikenal juga sebagai "serangan fajar" menjadi sumber masalah sektor politik dan berujung kepada tindak pidana yaitu terjadinya korupsi.
Baca Juga: Pinisi Pertama Hadir di Danau Toba, Menawarkan Paket Wisata Berkeliling serta Bermalam di Atas Kapal
Oleh sebab itu, lembaga antirasuah tersebut pada 14 Juli 2023 mencanangkan kampanye "Hajar Serangan Fajar" untuk menghadapi Pemilu 2024. Kampanye ini sebagai seruan kepada seluruh lapisan masyarakat terutama yang akan menjadi bagian dari Pemilu 2024 untuk menolak, menghindari, dan membentengi diri dari godaan politik uang dalam kontestasi pesta demokrasi.
KPK meyakini, pemilu merupakan hajatan demokrasi milik rakyat Indonesia. Demokrasi merupakan kedaulatan rakyat dan suara rakyat adalah suara Tuhan. Oleh karenanya, melalui pemilu, bangsa ini akan menentukan arah nasibnya untuk lima tahun ke depan.
Baca Juga: Babak Baru Ikan Pindang, Salah Satu Bentuk Hilirisasi
Alhasil, kampanye pemilu jujur, bersih, dan adil ini merupakan pendekatan kebudayaan yang bagus sebagai antisipasi terhadap kejahatan pemilu seperti politik uang. Pihak Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sendiri menyebutkan, titik kerawanan politik uang sudah terjadi sejak fase kampanye, pencalonan, masa pemungutan hingga perhitungan suara.
Hasil kajian KPK di 2018, terkait potensi korupsi pada pemilu ditemukan fakta bahwa sebanyak 95 persen pemilih menjatuhkan pilihan kepada peserta pemilu lebih kepada faktor banyaknya uang yang dimiliki, 72,4 persen karena aktivitasnya di media sosial (medsos), dan 69,6 persen lantaran popularitasnya. Sejak 15 tahun terakhir, kontestan peserta pemilu banyak memilih berkampanye dan "memasarkan" visi-misi mereka lewat medsos. Selain memiliki jangkauan lebih luas, berkampanye di dunia maya tentu jauh lebih terjangkau.
Baca Juga: Mendorong Penguatan Pelaku Ekonomi Kreatif di Kabupaten Toba
Apalagi masyarakat Indonesia sudah sangat melek internet. Melansir data hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di akhir 2022, ada sebanyak 215.626.156 orang Indonesia memakai internet di kehidupan sehari-harinya. Artinya, ada sekitar 78,19 persen dari total 275.773.901 penduduk Indonesia adalah pengguna jasa internet yang didominasi oleh usia 18--34 tahun atau masuk dalam jajaran para pemilih muda. Anggota KPU August Mellaz seperti diberitakan Antara menyebutkan, ada sebanyak 107 juta orang dikategorikan sebagai pemilih muda atau dengan rentang usia 17--40 tahun.
Baca Juga: Aplikasi untuk Konten Kreator Diluncurkan, Kemenparekraf Dukung Penuh
Bertolak pada hal itu, Kementerian Kominfo yang turut digandeng oleh lembaga antirasuah menyambut baik kampanye "Hajar Serangan Fajar" tersebut. Bahkan seperti dinyatakan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong, pihaknya akan mengerahkan seluruh kanal informasi yang dimiliki.
"Kita akan kerahkan videotron seluruh kementerian/lembaga/ pemerintah daerah. Kita akan bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi untuk mengirimkan pesan Whatsapp blast kepada masyarakat, sehingga kita bisa mengampanyekan dengan masif ke seluruh masyarakat di pelosok Indonesia," kata Dirjen IKP.
Baca Juga: Festival Kembali Digelar di Labuan Bajo, Pilot Project untuk Pengembangan Ekosistem Event
Semua itu dilakukan demi tetap tegaknya demokrasi dan mewujudkan pesta demokrasi lima tahunan yang jujur, bersih, dan adil serta tanpa embel-embel politik uang.
Indonesia akan kembali menggelar pemilihan umum pada tahun 2024 sebagai pesta demokrasi lima tahunan. Menariknya, selain memilih wakil rakyat untuk duduk di parlemen pusat dan daerah atau dikenal sebagai pemilihan legislatif (pileg) serta memilih presiden dan wakil presiden (pilpres) untuk memimpin bangsa lima tahun berikutnya, di 2024 juga digelar pemilihan kepala daerah (pilkada).
Baca Juga: Valentino Rossi ke Labuan Bajo Setelah Jorge Lorenzo, Destinasi NTT Dikunjungi 2 Orang itu di Waktu Lalu
Ada sebanyak 271 daerah menggelar pilkada, terdiri atas 24 provinsi mengadakan pemilihan gubernur-wakil gubernur, 56 kota memilih wali kota-wakil wali kota, dan 115 kabupaten melakukan pemilihan bupati-wakil bupati.
Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan, terdapat 205.853.518 orang penduduk Indonesia tercatat dalam daftar pemilih sementara (DPS) di Pemilu 2024.
Baca Juga: Camat di NTT ini Gelar Rapat di Tengah Sawah Bahas Persiapan HUT RI, Lalu Makan Bersama Pakai Daun Pisang
Mereka tersebar di 514 kabupaten/kota, 7.277 kecamatan, 83.860 kelurahan/desa, dan siap memadati 823.287 lokasi tempat pemungutan suara baik yang terdapat di dalam negeri atau di luar negeri dan suara mereka akan diperebutkan oleh ribuan peserta pileg, dan para kontestan pilpres serta pilkada dalam pesta demokrasi serentak terbesar sepanjang sejarah pemilu di tanah air.***
Baca Juga: Mendorong Milenial dan Gen-Z Berkolaborasi Mengembangkan Ide Usaha
Baca Juga: Ini yang Dibutuhkan Saat ini di Kampung Adat Waerebo Flores NTT
Baca Juga: Piala Presiden Esports 2023, Hadirkan 2 Game Lokal dan Mempertandingkan 2 Game Populer Mancanegara
Baca Juga: Kejayaan Gasing, Permainan Tradisional yang Sempat Redup Tetapi Kini Mulai Tumbuh Kembali
Artikel Terkait
Daftar Bacaleg DPC Gerindra Kabupaten Manggarai Barat Sudah Diverifikasi oleh DPD Provinsi NTT
Bawaslu Manggarai Barat Siap Jalankan Pengawasan Verifikasi Tahap Dua terhadap Bakal Calon DPD RI
Putra Manggarai Timur NTT di California Amerika Serikat Berbagi Gagasan untuk Kemajuan Matim
Tawaran Beasiswa S2 Dalam dan Luar Negeri, Berikut Persyaratannya
Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun 2023 Diproyeksikan Turun Jadi 2,7 Persen
Mendagri Ingatkan Pemda Waspadai Hal ini, Hati-hati dan Sigap Menyiapkan Strategi
Program Penggunaan Sosial Media untuk Perdamaian, Berikut ini Penjelasannya
Peningkatan Status Bandara Komodo Menjadi Bandara Internasional, Anggota DPRD Mabar yakin Kunjungan Meningkat
Sayembara Gelang di Labuan Bajo Menuju Kota Petualang
Ajang International Tourism Investment Forum Digelar di Bali Mendorong Realisasi Investasi Hijau
Pariwisata Labuan Bajo, Pater Marsel Prihatin Pengelolaan Padar dan Loh Liang Tidak Melibatkan Pemda Mabar
Ada Pulau Kecil di Denpasar yang Asri dan Berkesan, Tempat Penangkaran Penyu Hijau
Daftar Makanan Khas Denpasar yang Miliki Cita Rasa Spesial
KPU Mabar Sedang Lakukan Verifikasi Administrasi Perbaikan Dokumen Persyaratan Bakal Calon Anggota DPRD
Berwisata di Labuan Bajo Jangan Lupa ke Pusat Sei yang Menyediakan Berbagai Menu Lezat
Mempesona, Ini Tempat Terbaik di Indonesia Menyaksikan Matahari Terbit dari Laut
Daftar Desa-Desa Wisata di Sulawesi Selatan yang Dapat Penghargaan dari Menparekraf, Tembus 75 Besar ADWI 2023
Pengguna Internet di Indonesia 212,9 Juta dengan Tingkat Penetrasi 77,0 Persen dan Nilai Ekonomi 77 M Dolar
Bioenergi dengan Produk Bioetanol untuk Kendaraan Bermotor di Juli 2023, Berikut Sumber Bahan Bakar Alternatif
Tebu jadi Bensin dalam Tahap Uji Coba Pasar, Transisi dari BBM ke Bioenergi dan Perkuat Ketahanan Energi
Tompo Bulu di Sulawesi Selatan Dipenuhi Pesona Alam Indah, Desa Wisata yang Dicari di Masa Depan
Puteri Toraja Stevia Salah Satu Pelajar yang Terpilih Jadi Calon Paskibraka Wakili Sulsel ke Tingkat Nasional
Ini Dia Areal Persawahan di Indonesia yang Telah Menggaet Sejumlah Wisatawan Internasional