Bahkan ada orang mengingatkan, mengatakan secara jelas dari wilayah mana gula ini berasal dengan menciptakan sebuah lagu berjudul Sale Kolang Kokor Gola. Lagu dalam Bahasa Manggarai yang terkenal itu hendak menjelaskan, kokor gola hanya dilakukan di Kolang.
Baca Juga: Begini Ternyata Jumlah PAD Sektor Pariwisata Disparbud Mabar di Labuan Bajo
Kolang dan Pacar merupakan wilayah yang hampir sama dalam banyak hal. Topografi, potensi ekonomi, tingkat kesuburan tanah, adat-istiadat dan dialeknya sama. Kedua wilayah ini terletak di bagian utara Labuan Bajo. Sekitar 3 sampai 4 jam perjalanan dari Kota Super Premium itu jika menggunakan kendaraan roda empat.
Ata Pante Gola/Ata Kokor Gola dan Proses Menghasilkan Gula
Donatus Nagut, warga Kampung Purek, Desa Pacar, Kecamatan Pacar telah menekuni kokor gola sejak 2003 silam.
Dalam istilah lokal, Ia menyandang status sebagai ata pante gola atau ata kokor gola yang berarti orang yang mengola air enau menjadi gula.
Baca Juga: Humor, Anak Muda
Donatus sudah menjalankan pekerjaan sebagai ata pante/kokor gola selama bertahun-tahun dan enggan untuk beralih ke pekerjaan lain. Termasuk ketika teman-teman sepekerjaan banting setir mengolah air Enau yang sama menjadi Tuak yang biasa disebut Sopi.
Air dari pohon yang oleh orang Manggarai menyebutnya raping itu memang bisa diolah menjadi Sopi. Saat ini ada cukup banyak yang melakukannya. Alasan mereka bervariasi. Secara umum mereka melakukan itu karena membuat Sopi lebih mudah ketimbang gula. Harganya juga lebih mahal serta gampang dipasarkan.
Donatus adalah salah satu dari sedikit orang lainnya yang menjadi pengecualian. Bertahan meski kadang harus meradang! Ya, meradang karena gula yang mereka hasilkan dihargai jauh di bawah harga Sopi, saudara beda rasa tapi satu sumbernya itu.
Baca Juga: Dari Cabai Pria ini Beli Harley Davidson, Ini Tips Sukses Menjadi Petani Darinya
Pukul 06.30 pagi itu, Rabu (9/3/2021) silam, sebagaimana di jam yang sama pada pagi hari-hari sebelumnya, Donatus sudah mulai menapaki jalan berkelok-kelok, menerjang kayu-kayu kecil yang menjulur ke ruas jalan dengan tangan kanannya yang legam dan kuat dan tidak peduli dengan embun pagi yang dingin yang membasahi kakinya hingga selutut.
Di pundak kirinya bertengger sebilah bambu kecil yang kuat. Pada ujung belakang bambu sepanjang satu meter itu tergantung satu buah hasil karyanya yang selama ini dipakai untuk menampung air Enau. Karya itu adalah tahang sederhana. Terbuat dari satu ruas bambu berukuran besar dengan panjang satu meter yang dirapikan sedemikian rupa sehingga bisa menampung air Enau yang menetes perlahan dari tongkol pohon berumah satu tersebut.
Benda itu disebut gogong. Gogong sudah dipakai sejak dulu. Bahkan sejak awal orang mengenal kokor gola. Ukurannya beragam, tergantung seberapa banyak air Enau yang menetes. Ukuran terpanjangnya adalah dua meter yang disebut gogong rudang. Gogong yang kini dipikul Donatus berisikan air bersih sekitar dua liter. Bunyi air yang berbenturan dengan dinding gogong menemani langkahnya yang kian cepat.
Baca Juga: Lima Hal yang Harus Anda Lakukan Supaya Dihargai Orang Lain