Studio Rekaman Legendaris di Salah Satu Kota di Indonesia ini Dijadikan Sentra Kreativitas

photo author
- Rabu, 26 Juli 2023 | 16:46 WIB
Studio rekaman legendaris di salah satu kota di Indonesia ini dijadikan sentra kreativitas. (Foto: tangkapan layar video YouTube ipm)
Studio rekaman legendaris di salah satu kota di Indonesia ini dijadikan sentra kreativitas. (Foto: tangkapan layar video YouTube ipm)

KLIKLABUANBAJO.ID | Tempat ini direvitalisasi. Studio rekaman legendaris itu dijadikan sebagai sentra kreativitas bagi para musisi, seniman, serta UMKM.

Letaknya di Solo, tepatnya di Jl Ahmad Yani nomor 387, Surakarta, Jawa Tengah, atau sekitar dua kilometer dari Stasiun Purwosari, kita akan menemukan bangunan cagar bertuliskan "Lokananta". Lokananta merupakan sebuah studio rekaman musik legendaris yang berada di Solo, Jawa Tengah.

Baca Juga: Dorong Penguatan Keberlangsungan Lingkungan dalam Pengembangan Pariwisata Kawasan Kintamani

Nama studio Lokananta tidak asing lagi bagi penggemar musik era 1960 hingga 1990-an. Di dalam gedung Lokananta terdapat sebuah ruangan yang menyediakan penjualan CD (compact disk) dan kaset hasil alih media dari piringan hitam.

Sederet rekaman lagu-lagu artis top seperti Koes Plus, The Steps, Waldjinah, dan lain-lainnya tersedia di sana. Di dalam gedung itu juga terdapat ruang koleksi mesin-mesin yang pernah digunakan untuk rekaman di Lokananta.

Baca Juga: Babak Baru Ekonomi Kreatif di Kabupaten Buleleng Bali

Dilansir dari Indonesia.go.id, di dalam ruangan selanjutnya, tampak berjajar beragam mesin. Seperti, mesin quality control keluaran 1980, pattern generator keluaran tahun 1980, mesin pemotong pita keluaran tahun 1980, VHS Video Recorder keluaran tahun 1990, pemutar piringan hitam keluaran tahun 1970, dan power amplifier keluaran 1960.

Beberapa kaset VHS (Video Home System) berisi rekaman pertunjukan seni ketoprak yang disiarkan di TVRI pada masa lalu, berjajar di sebelah televisi bermerek Sony dan di atas pemutar VHS bermerek National. Aneka macam piringan hitam berserta alat pemutarnya keluaran London dan Swiss bahkan masih dapat diputar dan digunakan.

Baca Juga: 707 Ton Porang dari Manggarai Raya NTT Kirim ke Pabrik di Surabaya dan Makassar, Berikut Daftar Harganya

Saat ini, terdapat 53 ribu keping piringan hitam yang tersimpan di Lokananta. Awalnya, koleksi itu merupakan produk piringan hitam yang belum laku terjual. Sedangkan saat ini benda-benda itu menjadi koleksi yang memang tidak akan dijual.

Upaya pelestarian terhadap isi dari koleksi Lokananta dilakukan dengan melakukan perekaman ulang dalam bentuk digital. Sejak awal berdiri Lokananta mempoduksi dan menduplikasi piringan hitam, lalu berkembang menjadi audio kaset.

Baca Juga: Daftar Agenda Festival Maritim Labuan Bajo dan Kekuatan Venue sebagai Daya Tarik

Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama dan terbesar di Indonesia yang didirikan pada 1956. Sebagai “Titik Nol” musik Indonesia, Lokananta sempat mengalami kejayaan di tahun 1970-1980-an dengan mengorbitkan sejumlah legenda musik Indonesia, seperti Gesang, Waldjinah, Bing Slamet, Titiek Puspa, dan Sam Saimun.

Lokananta dibangun atas usul Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI) R Maladi bersama dengan Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero pada 1956. Lokananta dibangun dengan tujuan untuk merekam materi siaran yang akan disiarkan RRI dalam bentuk piringan hitam.

Baca Juga: Penjelasan Menparekraf tentang Standar Prosedur Kapal Wisata di Labuan Bajo

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Servatinus Mammilianus

Sumber: Indonesia.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Menggali 'Emas' di Warloka Pesisir di HPN 2025

Minggu, 9 Februari 2025 | 15:02 WIB

Terpopuler

X