pariwisata

Wae Woang, Sumber Air yang Dipenuhi Nilai Budaya di Kampung Nobo Manggarai Barat NTT

Kamis, 5 September 2024 | 06:52 WIB
Wae Woang, sumber air yang dipenuhi nilai budaya di Kampung Nobo, Desa Tondong Belang, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. (Foto: Epy)

Wae Woang bukan hanya menjadi sumber air bagi warga di Kampung Nobo, Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi NTT, tetapi juga menjadi tempat terpenting dalam budaya menjalani ritual adat oleh masyarakat setempat.

 

KLIKLABUANBAJO.ID | Kepala Desa Tondong Belang, Fransiskus Severius Vedi, menjelaskan bahwa Wae Woang selain digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari juga digunakan untuk ritual adat yang dikenal dengan nama Wa’u Wae.

Disampaikannya, apabila ada seorang pria warga Kampung Nobo yang menikah, maka kedua mempelai harus mandi bersama dan disaksikan warga setempat, sebagai bentuk penerimaan mempelai wanita oleh warga kampung dan para leluhur.

Baca Juga: Menparekraf Bangga Penerbangan Internasional Mulai Berlangsung di Bandara Komodo Labuan Bajo

“Daya tarik dari Wae Woang ini adalah cerita atau sejarah yang dipelihara secara turun-temurun dan ini berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat. Di kampung ini ada namanya Wa’u Wae, sekitar dua hari setelah sang mempelai perempuan sudah dibawa ke kampung ini. Acara Wa’u Wae itu mandi bersama kedua mempelai disaksikan oleh masyarakat setempat, itu menunjukkan bahwa sang perempuan ini sudah diterima sepenuhnya di Kampung Nobo ini, baik oleh masyarakat yang masih hidup maupun oleh para leluhur,” kata Fransiskus.

Wae Woang kata dia menjadi sumber air dan tempat yang bernilai budaya bagi masyarakat.

“Wae Woang itu merupakan sumber air kehidupan dari masyarakat Kampung Nobo. Bisa dikatakan bahwa air dan Kampung Nobo ini sama-sama ada, adanya air ini maka ada Kampung Nobo,” kata Fransiskus.

Baca Juga: Air Asia Tiba di Labuan Bajo dari Kuala Lumpur, Penerbangan Internasional Perdana

Dia menambahkan, keunikan lain terkait Wae Woang yaitu tentang jenis kelamin anak dari mempelai yang dapat diketahui dari ritual adat Wa’u Wae yang dijalankan. 

“Acara Wa’u Wae tadi di dua pancuran, sebelahnya untuk pengantin perempuan dan sebelahnya lagi untuk laki-laki. Jadi, mereka mandi bersama di sini disaksikan oleh seluruh warga, dilanjutkan dengan pemecahan satu buah kelapa, kelapa akan dilempar di air. Kalau kelapa itu dari dua bagian tadi posisinya kebalik, bagian yang ada isinya ke atas, maka nanti anak pertama yang lahir berjenis kelamin perempuan, tetapi kalau dia tengkurap itu berarti laki-laki dan itu terjadi,” kata Fransiskus.

Baca Juga: Perayaan Perdana Jumpa Pedagang Pasar Usai Pelantikan Wakil Rakyat

Pada kesempatan yang sama, tokoh adat di Kampung Nobo, Maksimus Hambur menjelaskan bahwa warga setempat biasa mendapat pertanda terkait adanya berita duka dengan terdengarnya suara gendang atau gong yang dipercaya bersumber dari Wae Woang.

“Air ini sejak Kampung Nobo ini dibuka air ini sudah ada, selain kegunaan juga keajaibannya. Keajaibannya seperti kalau nanti ada berita kematian di kampung ini, di sini ada bunyi gendang, gong berarti tau bahwa dalam waktu dekat ada yang akan meninggal,” kata Maksimus Hambur.

Baca Juga: Sari Toga Komodo Ikut Entredev Kementerian Koperasi dan UKM

Halaman:

Tags

Terkini

Bajo Dance Festival 2025 Disambut Hangat Warga

Rabu, 22 Oktober 2025 | 17:01 WIB

1.731 Wisatawan Mancanegara Kunjung GBC Labuan Bajo

Jumat, 10 Oktober 2025 | 06:39 WIB

Wisatawan Peminat Burung Meningkat di Labuan Bajo

Sabtu, 4 Oktober 2025 | 16:17 WIB

1.345 Wisman Berkunjung ke GBC Labuan Bajo

Senin, 11 Agustus 2025 | 07:39 WIB