Cerita Kopi dari Perbatasan Negara dan Kejayaan Kopi Papua Seharga Rp5,3 Juta yang Menyedot Perhatian Dunia

- Sabtu, 26 November 2022 | 10:44 WIB
Cerita kopi dari perbatasan negara dan kejayaan Kopi Papua seharga Rp5,3 juta yang menyedot perhatian dunia. (Foto ilustrasi: Pixabay)
Cerita kopi dari perbatasan negara dan kejayaan Kopi Papua seharga Rp5,3 juta yang menyedot perhatian dunia. (Foto ilustrasi: Pixabay)

KLIKLABUANBAJO.ID| Cerita tentang kopi memang selalu ada yang menarik, termasuk kopi dari perbatasan negara.

Dari sejumlah jenis kopi di Indonesia, ternyata kopi asal Papua menyedot perhatian dunia karena memenangkan lelang dengan harga Rp5,3 juta per kilogram green bean tahun 2018 yakni Kopi Tiom. Green bean adalah biji kopi pascaolah dan siap disangrai.

Kopi-kopi itu berasal dari ketinggian lebih dari 1.500 dpl. Bahkan Kopi Tiom berasal dari ketinggian 2.150 dpl. Sehingga jangan heran banyak orang mencari kopi-kopi dari pegunungan tengah Papua.

Baca Juga: Ramalan Asmara Kesehatan hingga Karir Zodiak Cancer 26 November 2022 Dianjurkan Lebih Ramah dengan Kekasih

Ada cerita bahwa tanaman kopi di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini merupakan peninggalan Belanda. Tetapi beberapa saksi lain yakin bahwa bibit kopi ini ada bersamaan dengan kedatangan transmigran pada 1995.

Bahkan di Jagebob, misalnya, adalah kopi yang ditanam petani atas bimbingan Dinas Pertanian Kabupaten Merauke. Hanya saja sempat tak terurus karena harga kopi tak menarik.

Baca Juga: Berikut ini Daerah yang Menjadi Provinsi Terbahagia di Indonesia

Tapi setelah booming kopi beberapa tahun belakangan, pelan-pelan kebun kopi yang berumur sekitar 25 tahun itu kembali diurus pemiliknya. Masyarakat bergairah kembali menanam dan memelihara kopi-kopi tersebut, setelah tampak muncul minat orang untuk menikmati kopi lokal. Sejak saat itu sejumlah peminat kopi asal Merauke mau membeli hasil panenannya.

Para pengusaha kopi itu ikut membina para petani kopi di perbatasan Merauke, agar produksi kopi stabil dan dapat dipasarkan ke wilayah lain di Papua atau luar Papua. Misalnya tentang penanaman, perawatan, pemanenan, dan kegiatan pascapanen.

Baca Juga: Ini Tempat Terbaik di NTB untuk Olahraga Sepeda Gunung dan Motor Trail serta Wisata Berkuda

Kedai Koplink dan Rumah Kopi D’Waroeng (RKD) adalah dua dari belasan kedai kopi di Kota Merauke yang setia menyajikan kopi-kopi lokal dari Papua Selatan sebagai menu utama. Pemilik kedai memanfaatkan jasa petani kopi di perbatasan negara ini, sebagai olahan produksi kopi lokal. Kedai-kedai itu juga menjual biji kopi yang disangrai atau yang sudah digiling sebagai buah tangan.

Jasman Tristanto, pemilik Rumah Kopi D’Waroeng (RKD) Merauke, mengakui kopi-kopi terutama di Muting adalah kopi dari hasil tanam transmigran pada kurun 80--90-an yang datang ke Merauke. Hanya saja kopi-kopi itu sempat ditelantarkan oleh pemiliknya karena dipandang tidak ekonomis.

Baca Juga: Di NTB Ada Destinasi Eksklusif yang Sangat Menarik, Pesohor Dunia Datang Diam-Diam

Jasman membeli kopi-kopi masyarakat itu untuk dijual di kedainya. Bahkan sejumlah kafe di Jakarta juga sering mengorder kopi Jasman. Menurutnya, panenan kopi di Merauke belum terlalu besar, masih sekitar 500--800 kg per tahun. Tapi sekarang Jasman mengajak sejumlah petani untuk menanam kembali.

Belakangan ini pria yang keturunan Jawa (Jamer) ini menularkan pengetahuannya mengolah pascapanen kopi, yang tak lagi hanya dengan cara natural yakni petik jemur, tetapi juga washed dan semi washed. “Cuma kendalanya kami belum punya huller atau pengupas kulit. Sehingga menyulitkan untuk proses washed,” tuturnya.

Halaman:

Editor: Servatinus Mammilianus

Sumber: Indonesia.go.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X