Lalu ditutup dengan latihan simulasi keselamatan di destinasi pariwisata serta pengukuhan kelompok wisata berbasis SAR.
Pelatihan tersebut juga diisi dengan praktik prosedur manajemen informasi krisis pariwisata, prosedur penanganan perdarahan dan cedera alat gerak, prosedur penanganan korban tidak sadarkan diri, prosedur penanganan luka bakar, dan prosedur evakuasi korban.
Fransiskus Sales Sodo, Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat pada kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi kepada Basarnas dan Kemenparkeraf yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut.
"Saya mewakili pemerintah daerah menyampaikan apresiasi kepada Basarnas dan jajarannya serta Kemenparekraf dan juga BPOLBF yang telah menginisiasi kegiatan hari ini. Ini adalah kegiatan yang sangat strategis terutama untuk menunjang Labuan Bajo sebagai DPSP yang aman dan nyaman, terutama mengingat destinasi wisata di Labuan Bajo mayoritas berada di kawasan perairan," kata Sekda Mabar.
Fadjar Hutomo, Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa pariwisata bersifat multisektor, sehingga penanganan krisis kepariwisataan tidak dapat diselesaikan oleh satu sektor saja, tetapi perlu kolaborasi lintas sektor.
Baca Juga: Disebut-Sebut Maju di Pilkada Mabar 2024, ini Kata Ovan Adu
"Pariwisata itu sangat multidimensi dan multisektor sehingga yang disebut krisis kepariwisataan adalah segala hal yang menimbulkan dampak negatif dan mengganggu kinerja pariwisata, jadi kesehatan, keamanan, cuaca, dan bencana, itu juga menjadi krisis dalam pariwisata," kata Fadjar.
Disampaikannya, berbagai PR dari krisis ini tentu tidak dapat diselesaikan oleh satu sektor saja, sehingga butuh kerja kolaborasi lintas sektor sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Baca Juga: Upaya Menekan Angka Kematian Ibu dan Anak serta Stunting di Mabar Melalui Simabaresti
Sementara itu, Plt Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh menjelaskan bahwa kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu merupakan bentuk nyata dari sinergi terpadu antar pemerintah dan lintas pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem manajemen krisis pariwisata termasuk dalam penganggulangan insiden-insiden kepariwisataan yang tidak diharapkan.
"Kegiatan workshop yang ditutup dengan simulasi di hari Kamis merupakan bukti nyata dari sinergi terpadu antara pemerintah dan lintas pemangku kepentingan dalam menciptakan destinasi Labuan Bajo Flores yang aman, nyaman, dan selamat bagi wisatawan," kata Frans.
Baca Juga: Jelang Pilkada Mabar 2024, Edi-Weng Daftar di 2 Parpol dalam Sehari
Dia menambahkan, berbagai pemaparan, diskusi panel dan praktek dalam kegiatan itu diharapkan bisa memberi gambaran kepada semua peserta terutama bagaimana respon cepat dan efektif jika terjadi insiden di destinasi sebelum aparat yang berwenang tiba di tempat.
"Karena tentu saja Basarnas dan Kemenparekraf dalam hal ini, tidak dapat berjalan sendiri," kata Frans.***