Petugas SPBU, Imosensius Bandarmas, saat dikonfirmasi pagi itu menjelaskan bahwa ada beberapa penyebab yang sering menjadi faktor utama dalam pasokan BBM ke SPBU itu selama ini.
Pertama karena kapal tanker pengangkut BBM yang tiba di Reo terlambat sehingga distribusi ke Labuan Bajo juga terlambat.
"Kami mendapat informasi bahwa kapal tanker terlambat tiba di Reo," kata Oce, sapaan akrabnya.
Baca Juga: Miris, 7,4 Persen Perokok di Indonesia Berusia 10 sampai 18 Tahun
Pihaknya tidak mengetahui dari mana datangnya kapal pengangkut BBM yang ke Reo itu.
Penyebab kedua, armada angkutan BBM dari Reo ke Labuan Bajo kadang berkurang karena ada armada yang harus diperbaiki akibat rusak.
Penyebab ketiga, faktor cuaca atau iklim. Misalnya hujan deras yang menyebabkan longsor bisa membuat armada atau kendaraan pengangkut BBM lambat. Terakhir karena adanya perbaikan ruas jalan yang dilewati kendaraan pengangkut BBM tetapi hal ini bukan menjadi penyebab utama.
Baca Juga: Saran dari Politisi Senior Mabar: Anggota DPRD yang Baru Terpilih Harus Banyak Membaca
"Paling sering terjadi karena kapal tanker di Reo terlambat masuk," kata Oce.
Sedangkan antrean kendaraan yang panjang menunggu BBM di SPBU kata dia karena di SPBU itu menyediakan solar subsidi tetapi jumlah kendaraan yang membutuhkannya lebih banyak.
"Selain kendaraan di Labuan Bajo, juga dari Ruteng, Borong, bahkan kendaraan dari Bajawa. Antrean panjang itu kebanyakan kendaraan yang butuh solar, kalau pertalite tidak terlalu antre," kata Oce.
Dia menambahkan, untuk BBM subsidi, pihaknya mendapat pasokan 16 ribu liter solar dan 16 ribu liter pertalite per hari. Sedangkan non subsidi atau untuk industri per harinya tergantung permintaan yaitu pertamina dex dan pertamax, paling banyak 8.000 liter, masing-masing untuk kedua jenis BBM itu.
Warga berharap agar pemerintah perlu berkoordinasi dengan pihak pertamina agar pasokan kebutuhan BBM ke Labuan Bajo tidak tersendat-sendat.
Baca Juga: Pilgub NTT 2024, Edi Hamsi: Melki Laka Lena Semakin Menguat
Artikel Terkait
Babak Baru Bandara Komodo Labuan Bajo, Penerbangan Internasional Dimulai
Penerbangan Labuan Bajo-Kuala Lumpur Mulai September 2024, Berikut ini Jadwalnya
Sambut Penerbangan Internasional di Bandara Komodo, Anggota DPRD Ingatkan Masalah Sampah di Labuan Bajo
Peserta dari Labuan Bajo Harumkan Nama Provinsi NTT di Duta Remaja Pariwisata Indonesia
Tasya Homestay Labuan Bajo Sudah Beroperasi, Berada di Tengah Kota dengan Harga Terjangkau
Penerbangan Internasional Perdana Kuala Lumpur - Labuan Bajo Tinggi Peminat
BPOLBF Koordinasi dengan Keuskupan di Flores untuk Destinasi Religi Katolik
Bawaslu Temukan Permasalahan dalam Pemetaan TPS pada 14 Desa di Kabupaten Manggarai
Mendukung Suksesnya Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2024
Camat Komodo Imbau Warga Tidak Buang Puntung Rokok di Lahan Kering
Umat Katolik di NTT Banyak ke Timor Leste Hadir Misa Agung Paus Fransiskus
Pemkab Mabar Intens Turun Lapangan Ukur Batas 31 Desa Pemekaran Menuju Definitif
Peluang Bisnis Cuci Mobil dan Sepeda Motor Menjanjikan, Berikut ini Panduannya
Pasar Werang dan Noa Berpeluang Besar jadi Pasar Harian, ini Penjelasan Pemkab Mabar
Pasar Noa jadi Pasar Harian, Anggota DPRD Terpilih Sardi Jeramat: Geliat Ekonomi Masyarakat Semakin Positif
Camat Sano Nggoang Sambut Baik Rencana Peningkatan Status Pasar Werang Menjadi Pasar Harian
Semangat Kebangkitan Musik Tradisional Indonesia Melalui Lokovasia 2024
Kapolres Mabar Minta Dukungan Tokoh Agama, Bersinergi Menjaga Keamanan
Universitas Terbuka Di Bawah Naungan Kemdikbudristek Tawarkan Fleksibilitas Belajar dengan Biaya Terjangkau
Kerja Keras IWP Tangani Sampah di Labuan Bajo Masuk Babak Baru, Environment Learning Center Diresmikan