KLIKLABUANBAJO.ID --Waktu terus berlalu. Hari-hari ku-lewati begitu saja. Namun hari itu tiba dan tak seperti biasanya. Aku sangat takut. Cemas. Tidak mampu untuk melakukan sesuatu.
Aku berpikir tentang hidupku yang tak tentu arah. Takut dengan keadaan dunia sekarang yang semakin bergejolak.
Suasana rumah begitu hening. Sedangkan Aku sendiri berdiri di teras rumah sambil menatap bulan yang hendak mendengar curahan hatiku.
Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Rabu 25 Januari 2023
Malam begitu dingin, meng-isyaratkan-ku untuk masuk ke dalam rumah. Jam di dinding terus berdetak. Sementara aku tak kunjung berubah.
Aku masuk ke kamar dan berusaha menenangkan diri sambil menggoresi impianku di kertas putih di atas meja belajar.
Jam menunjukkan pukul 12.00, malam akan segera pamit dan pagi akan datang. Dalam hening malam, tiba-tiba terdengar derap langkah di depan pintu kamar.
Baca Juga: Nasi Legendaris Mengandalkan Daging Kerbau di Daerah ini, Salah Satu Kuliner Populer Indonesia
Aku mendekati pintu dengan perasaan takut. Ingin memastikan siapa yang lewat di depan kamar. Langkah itu berhenti, hening.
Perasaanku makin tak karuan, siapa gerangan yang baru saja lewat di depan kamar. Saat telingaku mendekati daun pintu, aku kaget suara ketokan.
"Itu suara mama," aku menghela nafas dan berlangkah pelan kembali ke tempat tidur, dan dengan tenang kembali ke dalam selimut.
Baca Juga: Istimewa Acara Penyambutan 210 Wisatawan Tiongkok saat Tiba di Bali
Kehadiran mama sebetulnya membuat hatiku lega. Aku merasa sendiri. Tetapi aku tidak mau mama tahu apa yang sedang aku pikirkan saat ini.
Aku berpura-pura tidak mendengar panggilan mama. Tetapi mama rupanya tahu bahwa aku belum juga tidur.
Artikel Terkait
Puisi Ista Meo, Aku Diam
Puisi Malam Minggu
Cemas Yang Nyata, Puisi Ista Meo
PUISI UNTUK PUISI
Sudahkah Kau Mencintaiku, Sebuah Puisi
Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti
Putus Asa, Sebuah Puisi
Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti
Ata One, Cerpen Karangan Fransiskus Erick Saputra Pantur
Kisah Kasih, Sebuah Puisi
Bayang, Puisi Karangan Charlesy Setiawan Jemaon