Puisi Ista Meo, Aku Diam

photo author
Feliks Janggu
- Jumat, 22 Juli 2022 | 14:47 WIB
Ista Meo, Mahasiswi Unika Santo Paulus Ruteng (Ista Meo )
Ista Meo, Mahasiswi Unika Santo Paulus Ruteng (Ista Meo )

AKU DIAM

Diam dalam rindu
Diam dalam belenggu
Diam dalam risau
Diam dalam luka

Aku diam,
Diam meratap kau yang liar dan bingar,
Aku gagap menangkap maksudmu
Lebih baik diam seperti air, batu, dan tanah yang tak pernah berkeluh-kesah.

Diamku telah beranak-pinak
Meregang menahan sendu,
Ada mata yang berkaca-kaca di celah diam yang terjaga,
Menyimpan sabar yang ingin lekat.

Baca Juga: Fery Adu: Kenaikan Harga Tiket ke Komodo dan Padar Diduga Politik Bisnis

Aku diam,
Bukan karena hatiku yang getas oleh remah-remah harapan yang luntur,
Tetapi hatiku terlalu banyak lembur untuk menunggu hatimu yang tak kunjung datang.

Aku diam,
Sampai subuh rekah, beranjak ke siang bolong dan kembali lagi pada malam pekat.
Aku akan tetap diam diantara rintikan hujan sekalipun.

Baca Juga: Labuan  Bajo Trending Topik Twitter, Bahas Kunjungan Presiden dan Kenaikan Harga Tiket ke TNK

 

Puisi: SAJAK BIBIR

Setiap kali ada yang bertanya, mengapa bibirmu hambar?
Kau hanya terdiam sambil mengigit bibirmu yang pucat
Hampir saja bibirmu enggan beranjak dari kesendirian, barangkali dia tak suka keramaian laksana bar, lampu diskostik dan mabuk sejenak.
Bibirmu menangis kesakitan, hari-hari yang lambat, namun tak ada yang melihatnya
Kulihat bibirmu lari terbirit-birit, pergi dengan duka yang lebat
Lebih buruk dari kemarin
Tidak menemukan rumah bahkan melewati malam tanpa cahaya.
Matamu yang buta ataukah bibirmu yang terlalu malang?
Cukup bibir jangan yang lainnya,
Kuyup dan menggigil,
tak lagi rimbun, kering dan mati.
Biarkan yang lain berbuah sedangkan bibir hanya bayang-bayang.

Baca Juga: Ayu Aulia Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Dugaan Penganiayaan

By: Ista Meo, mahasiswi Unika Santo Paulus Ruteng, NTT

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Feliks Janggu

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ibuku Penopang Hidupku, Cerpen Fareliana Hardianti

Selasa, 24 Januari 2023 | 16:21 WIB

Bayang, Puisi Karangan Charlesy Setiawan Jemaon

Sabtu, 7 Januari 2023 | 21:12 WIB

Gadis Desa yang Salah Langkah

Selasa, 3 Januari 2023 | 09:34 WIB

Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti

Rabu, 14 Desember 2022 | 10:13 WIB

Putus Asa, Sebuah Puisi

Kamis, 8 Desember 2022 | 11:09 WIB

Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti

Minggu, 13 November 2022 | 15:00 WIB

Aku dan Kamu

Sabtu, 17 September 2022 | 19:49 WIB

Apakah Aku Gadismu?

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 17:53 WIB

Bahagia Nasib di Kumbang

Rabu, 17 Agustus 2022 | 00:39 WIB

Humor, Misteri Sepatu Acara Nikah Sang Ibu Muda

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 13:24 WIB

Humor, Lonceng Sekolah

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 11:00 WIB

Humor, Anak Muda

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 09:12 WIB

Humor, Penjudi Takut Mobil

Sabtu, 6 Agustus 2022 | 09:19 WIB

Terpopuler

X