Aku lalu mengambil tangan mama, mengecupnya untuk pamit ke sekolah, setelah aku pakai seragam, tas dan sepatu.
Aku senang dan bangga karena kali ini aku menjadi orang pertama yang tiba di sekolah. Dalam keheningan, aku memandangi lingkungan sekolah yang asri.
Aku baru sadar ternyata lingkungan sekolahku sangat indah dan cantik. Selama ini aku terlalu berpikir tentang diriku sampai lupa menikmati segala keindahan yang ada di lingkungan sekitarku.
Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Sabtu 21 Januari 2023
Apalagi ketika memandangi satu per satu teman-temanku memasuki pintu gerbang sekolah dengan penuh semangat. Ada tawa dan canda, menambah semarak lingkungan sekolah.
Di sela menikmati pemandangan dan suasana yang riuh, seketika kesepian menguasai hatiku. Tapi kali ini aku dapat menghadapinya dengan senyum.
Aku bahkan melihat serpihan ketakutan, kecemasan, kegelisahan itu sebagai harta yang paling berharga. Dan aku tidak ingin itu hilang begitu saja.
Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Jumat 20 Januari 2023
Kuambil buku catatan harianku, dan mengabadikan semua ceritaku di atas kertas putih. Agar semua cerita itu kelak menjadi kenangan berharga.
Hari itu menjadi sangat berharga dalam hidupku. Menjalani hari dengan penuh antusias. Apalagi ketika pulang ke rumah, aku dijemput senyuman mama yang setia menunggu di depan rumah.
Aku mencium tangan mama, dan bergegas ke kamar mengganti seragam sekolah. Lalu menatap foto keluarga, di mana ada foto opa dan Oma menggendong aku saat masih kecil.
Baca Juga: Pembelian Pakaian Bekas sedang Tren, Menjadi Wisata Belanja yang Diminati Terutama Kalangan Muda
Dulu aku tak pernah sendiri dan bersedih. Kini memasuki usia dewasa, semua keceriaan itu kerap hilang. Aku dilanda rasa takut.
Aku bergegas ke kamar makan, sebab mama terus memanggil. Di sana aku dicecar mama dengan pertanyaan tentang cita-citaku.
"Nailah cita-citanya jadi apa yah," tanya mama padaku.
Artikel Terkait
Puisi Ista Meo, Aku Diam
Puisi Malam Minggu
Cemas Yang Nyata, Puisi Ista Meo
PUISI UNTUK PUISI
Sudahkah Kau Mencintaiku, Sebuah Puisi
Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti
Putus Asa, Sebuah Puisi
Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti
Ata One, Cerpen Karangan Fransiskus Erick Saputra Pantur
Kisah Kasih, Sebuah Puisi
Bayang, Puisi Karangan Charlesy Setiawan Jemaon