Baca Juga: Ada yang Istimewa dari Pohon Bunga Sakura di NTT, Indah dan Manjakan Mata
"Ma, Nailah tidak tau mau jadi apa-apa. Sekarang aku sedang bingung. Aku tidak bisa memilih yang terbaik dalam hidupKu," ceritaku pada mama.
Mendengar perkataan itu,mama mendekatiku, memelukku erat dan air matanya jatuh bercucuran.
"Ini semua kesalahan mama. Mama terlalu banyak menuntut Nailah sempurna seperti yang lain," kata mama.
"Mama minta maaf. Mama hanya ingin Nailah tidak direndahkan oleh orang lain. Sekarang mama hanya ingin Nailah bahagia," tambah Mama lagi.
Mendengar perkataan mama ,aku merasa hidupku penuh dengan ketenangan. Aku mencoba mengusap mata perlahan-lahan dan mulai berbicara.
"Ma, Nai tidak mau melihat mama cape bahkan sakit. Nai menginginkan mama untuk tetap kuat, karna dengan mama kuat hidup Nai juga akan tetap kuat menghadap dunia ini," aku menghibur mama.
Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Kamis 19 Januari 2023
"Nai akan berusaha untuk menjadi orang baik, seperti yang diharapkan oleh mama. Nai minta maaf karna tidak bisa membuat mama bahagia," aku meyakinkan mama.
"Nailah, dalam doa mama, aku selalu meyebutkan namamu nak. Aku akan selalu ada untukmu," timpal mama.
Tak terasa air mataku berguguran, dan dengan kuat aku memeluk mama. Berdoa semoga senja membawa kegelisahanku malam ini, dan besok pagi dan selamanya aku bangun dengan kekuatan senyuman mama. *
Baca Juga: Yang Terlupakan di Mbeliling Manggarai Barat NTT, Rusaknya Lintasan Jalan Kaca-Rempong
BY: Fareliana Hardianti, Pelajar SMAK Seminari Santo Yohanes Paulus II Labuan Bajo NTT
Artikel Terkait
Puisi Ista Meo, Aku Diam
Puisi Malam Minggu
Cemas Yang Nyata, Puisi Ista Meo
PUISI UNTUK PUISI
Sudahkah Kau Mencintaiku, Sebuah Puisi
Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti
Putus Asa, Sebuah Puisi
Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti
Ata One, Cerpen Karangan Fransiskus Erick Saputra Pantur
Kisah Kasih, Sebuah Puisi
Bayang, Puisi Karangan Charlesy Setiawan Jemaon