Sehingga praktek nepotisme tak terhindarkan dan ayah Nino termasuk korban dari praktek itu.
Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Rabu 14 Desember 2022
***
Nino kini duduk di bangku sekolah dasar. Penampilannya sangat beda dengan teman sekolahnya. Sebab Nino mengenakan seragam pemberian anak tetangga yang baik hati.
Karena pakaian bekas, seragam Nino sudah tampak usang. Tidak seperti kawan-kawannya yang mengenakan seragam baru masuk sekolah.
Hal itu membuatnya tidak percaya diri. Seragam putih merah tidak bisa menutupi menutupi kesan kurus tubunya. Wajahnya pucat pasi.
Baca Juga: Daftar Nama Calon Anggota PPK Kecamatan Welak yang Ikut Wawancara Senin 12 Desember 2022
Meski menghadapi kenyataan pahit itu, semangat belajar Nino membara. Ia berjuang menjadi yang terbaik di kelasnya.
Karena seringkali juara kelas, Nino cukup dikenal di kalangan guru. Beberapa kali ia mendapat perhatian beasiswa dari yayasan karena prestasinya itu.
Seiring berjalannya waktu, kepercayaan diri Nino semakin besar. Ia tampak bersemangat tampil setiap ada kesempatan di sekolahnya.
Baca Juga: 7 Poin Masukan dari IHGMA NTT untuk Pemkab Mabar terkait Pariwisata Super Premium
Namun suatu ketika Nino berubah murung dan menyendiri di sudut kelas. Perilakunya itu terekam salah seorang gurunya.
Ibu gurunya mendekati Nino dan mengobrol dengannya. Keduanya duduk berdampingan sambil menatap jauh ke arah teman-teman Nino yang lagi bermain.
Ibu guru Nino lalu bertanya kepada Nino tentang cita-citanya kalau besar nanti.
Baca Juga: Permudah Harga ke Pulau Padar Bisa Meningkatkan Wisatawan ke Labuan Bajo
"Nino kamu kalau tua nanti mau jadi apa?", tanya gurunya.
Artikel Terkait
Puisi-Puisi Helena Danur, Mahasiswi Universitas Flores-NTT
Ibu, Sebuah Puisi
Puisi Ista Meo, Aku Diam
Puisi Malam Minggu
Cemas Yang Nyata, Puisi Ista Meo
PUISI UNTUK PUISI
Sudahkah Kau Mencintaiku, Sebuah Puisi
Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti
Putus Asa, Sebuah Puisi
Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti