Puisi-Puisi Helena Danur, Mahasiswi Universitas Flores-NTT

photo author
Feliks Janggu
- Minggu, 3 Juli 2022 | 10:04 WIB
Helena Danur (Helena Danur)
Helena Danur (Helena Danur)

Perih yang bermakna

Apa yang sebenarnya terjadi ?
Dalam keheningan malam nalar menjalar mencari arti
dari pertanyaan yang bukan sebuah ujian penentu
tetapi pemuas dahaga dari pikiran yang tak ingin tidur.
Bermula dari hati pilu yang dimaknai sebagai sebuah perih
tanpa wujud dan tanpa darah.
Si isi kepala bertanya kepada sang sumber perih, yang bersembayam
dalam hati, mencari makna dari arti perih itu.
Sejauh mana hati menjelaskan , isi kepala sulit untuk memaknai
arti yang sesungguhnya. Berdiamlah perih,
dengan makna yang hanya dimengerti oleh sumberNya.
Yang hadirnya akan dimusnahkan oleh pahlawan HATI IKHLAS.

Ruang Ekspektasi
Diciptakan oleh hampa yang tak berwujud
Diciptakan dari keheningan yang tanpa makna
Dihadirkan oleh Ego yang bergejolak
Datang tanpa di undang dan hadirNya tak dijadwalkan.
Menjadi penuh di saat Hasrat tiba.
Menciptakan perih saat hadirnya di batalkan
Menanamkan luka saat ruangnya di runtuhkan.
Hadirnya Cahaya saat tidur di dalam ruangan kosong
Yang dipenuhi ekspektasi tetapi di bangunkan oleh
Kenyataaan yang merobohkan ruang-ruang yang terbangun.
Dan akupun tersadar aku adalah aku yang berdiri saat ini
Bukan aku yang berbaring di ruangan ekspektasi itu.

Aku dan sang pembuat Karya

Aku mencari ruang untuk bertemu dengannya,
Mengejarnya dengan lari marathon untuk mendapatkannya
Piala tak ku dapat hadirnya tak ku temui.
Cakrawalapun tersenyum geli dengan tingkah bodohKu
Awh,,,,,,,,,,,,,,,gelinya aksi heroik manusia gila itu.
Owh,,,,,,,,,,,,Cakrawalah bersamaMu kah dia sang pembuat karya
Luar biasa itu. Ku jadikan segala penghuni cakrawala untuk dijadikan
Narasumber mencari arti tentang sang pembuat karya itu, Wujud tak ku dapat
Makna tak ku temui.
Terdiamlah dia yang adalah aku, dalam keheningan dan kegelapan malam
Sebelum Mata memutuskan untuk melepaskan Lelah.
Hei…..PutriKu.
Suara lembut yang terngiang di telinga mungilku, Aku disini dalam hatiMU, Aku bersemayam.

Potret itu
Mereka bercerita dengan berbagai ekspresi
Kupandang dan ku-di-tatapi dengan arti yang tajam.
Aku-kah kalian ?
Kalian-kah aku ?
Mereka merayap di dinding itu.
Selalu terdiam dengan menyimpan seribu makna
Hadirnya mereka ku-ciptakan.
Keberadaan mereka ku-berikan arti.
Awh……potret itu.
Ternyata mereka adalah Aku.
yang merupakan manifestasi dari aku-aku yang lain.
Aku yang bukan di cermin itu, yang menjadi cerminan aku.
Tetapi mereka yang terdiam dengan ekspresi yang abadi.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Feliks Janggu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ibuku Penopang Hidupku, Cerpen Fareliana Hardianti

Selasa, 24 Januari 2023 | 16:21 WIB

Bayang, Puisi Karangan Charlesy Setiawan Jemaon

Sabtu, 7 Januari 2023 | 21:12 WIB

Gadis Desa yang Salah Langkah

Selasa, 3 Januari 2023 | 09:34 WIB

Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti

Rabu, 14 Desember 2022 | 10:13 WIB

Putus Asa, Sebuah Puisi

Kamis, 8 Desember 2022 | 11:09 WIB

Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti

Minggu, 13 November 2022 | 15:00 WIB

Aku dan Kamu

Sabtu, 17 September 2022 | 19:49 WIB

Apakah Aku Gadismu?

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 17:53 WIB

Bahagia Nasib di Kumbang

Rabu, 17 Agustus 2022 | 00:39 WIB

Humor, Misteri Sepatu Acara Nikah Sang Ibu Muda

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 13:24 WIB

Humor, Lonceng Sekolah

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 11:00 WIB

Humor, Anak Muda

Sabtu, 13 Agustus 2022 | 09:12 WIB

Humor, Penjudi Takut Mobil

Sabtu, 6 Agustus 2022 | 09:19 WIB

Terpopuler

X