Romo Mathias menjelaskan bahwa konsep ekonomi berkelanjutan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia atau manusia-sentris, seementara ekonomi modern berorientasi pada produksi atau produksi-sentris.
Lebih lanjut, dosen filsafat di STF Ledalero itu menjelaskan esensi normatif dari ekonomi berkelanjutan. Mengutip filsuf Múller, keadilan yang dimaksud adalah keadaan di mana setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
"Ekonomi yang berkeadilan dan bermartabat mesti berorientasi pada kebutuhan pokok manusia (basic needs),”ujar Romo Mathias.
Karena itu lanjutnya, hal yang menentukan dan menguasai kegiatan ekonomi bukanlah aktivitas produksi, melainkan hak hidup manusia untuk mendapatkan akses pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Baca Juga: Indonesia Tuan Rumah Penyelenggaraan ATF di Yogyakarta, Berikut Agenda Acaranya
Viktor Selamet mengemukakan potensi pengembangan usaha pertanian dan peternakan di wilayah Manggarai Raya. Ia merekomendasikan sidang pastoral agar kelompok-kelompok umat paroki diarahkan menjadi kelompok usaha tani organik di bawah bimbingan gereja.
Ia menambahkan Paroki juga bisa menjalin kerjasama dengan pelaku usaha dan para petani terutama dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil produk pertanian organik.
“Lahan-lahan milik keuskupan yang belum dimanfaatkan bisa digunakan untuk pengembangan hortikultura dan peternakan sapi perah, ternak babi dan ayam buras,”harap Viktor Selamet.
Baca Juga: Uskup Ruteng: Makna Natal Bagi Umat Katolik adalah Meretas Jalan dan Hidup Baru
Fransiskus S. Sodo mengungkapkan gereja Keuskupan Ruteng selama ini telah membangun kerja sama dengan pemerintah daerah, termasuk dengan Manggarai Barat.
Kereja sama itu tentu saja dimulai dengan penandatanganan pernyataan kesepamahan oleh kedua pihak.
"MOU itu dilanjutkan dengan perjanjian kerja sama yang isinya hak-hak dan kewajiban dari kedua belah pihak,”jelas Frans Sodo.
Contoh kerja sama yang sudah dibangun antara Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan Gereja Keuskupan Ruteng, ungkap Frans Sodo yakni kerja sama mengenai pengelolaan aset wisata rohani Gereja Tua di Rekas.
Baca Juga: Pongkor Polo, Spot Wisata Gua Kristal Satu-Satunya di Labuan Bajo NTT
Artikel Terkait
Tiket Masuk Taman Nasional Komodo Labuan Bajo Rp 3,7 Juta, Keuskupan Ruteng Nilai Saatnya Belum Tepat
Gereja Keuskupan Ruteng Gelar Festival di Labuan Bajo NTT, Waterfront Marina Jadi Pusat Pameran Kerajinan
Bakti Sosial Gereja Keuskupan Ruteng, MGR Sipri Hormat Tanam Bambu di Sekitar DAS Nanga Nae Labuan Bajo
Festival Golo Koe, Vikjen Keuskupan Ruteng Kunjungi Pondok Pesantren Nurul Fatah Mburak
Pelantikan PUKAT Keuskupan Ruteng dan Labuan Bajo Berlangsung di Labuan Squere
Antusiasme Umat Katolik Keuskupan Ruteng Ikuti Prosesi Patung Maria Asumpta Nusantara di Labuan Bajo
Naskah Lengkap Sambutan MGR Siprianus Hormat Pr Pada Pembukaan Sidang Pastoral Gereja Keuskupan Ruteng 2023
Tahun Pastoral 2023 Keuskupan Ruteng Fokus Pada Pastoral Ekonomi Berkelanjutan, Sejahtera, Adil dan Ekologis