Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya menjadi salah satu norma yang ditekankan dengan cukup keras dilingkungan keluarga dan sekolah.
Hari Jumat setiap minggunya menjadi hari yang ditunggu, karena waktu mulai jam pelajaran akan sedikit diundur untuk memungut semua sampah yang ada dilingkungan sekolah.
Pulang ke rumah, setiap sore harus mengumpulkan sampah di sekeliling rumah dan membakarnya. Menyenangkan
Entah sejak kapan kebiasaan-kebiasaan baik itu hilang. Sepertinya semua orang saling mengharapkan untuk membuang sampah. Semua orang seperti berlomba untuk menghasilkan sampah dan di saat yang sama berharap sampahnya akan berjalan sendiri ke tempat pembuangan.
Tempat sampah saat ini sudah tersedia dimana-mana, pemerintah bahkan menyediakannya. Bandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, ketika prakarya adalah membuat tempat sampah atau gotong royong untuk membuat lubang sampah. Semakin banyak tempat sampah yang disediakan, semakin banyak sampah yang dibuang tidak pada tempatnya.
Seolah mempertontonkan paradoks yang aneh tentang ketersediaan.
Seharusnya tidak menunggu komando atau himbauan dari siapa-siapa untuk membuang sampah dengan tertib. Membuang sampah harus dilakukan dengan kesadaran dan niat untuk kehidupan yang lebih baik.
Kita ambil contoh ketika membuang kondom bekas.
Ketika membuang kondom bekas, bisa dipastikan kita akan melakukannya dengan cepat dan enteng. Tidak ada niat untuk berlama-lama menyimpannya apalagi membuangnya sembarangan.
Kondom bekas pakai biasanya tiba-tiba terlihat ditempat sampah umum tanpa tahu siapa pemiliknya dan kapan dibuangnya.
Kalau dibuang sembarangan maka akan berpotensi konflik, baik dalam skala kecil maupun besar.