Wisata Budaya Unik di Labuan Bajo NTT, Usai Bulan Madu Tiga Hari Pengantin Baru Wajib Mandi di Mata Air Umum

photo author
- Senin, 26 September 2022 | 18:22 WIB
Dua pengantin baru saat ikuti adat Wau Wae di mata air Kampung Warsawe Senin (26/9/2022) (Feliks Janggu )
Dua pengantin baru saat ikuti adat Wau Wae di mata air Kampung Warsawe Senin (26/9/2022) (Feliks Janggu )

Tetapi masyarakat yang hidup di era sebelum tahun 2000-an, masih cukup akrab dengan Wae Teku sebagai tempat pemandian umum masyarakat.

Keempat kebun, sebagai lahan mencari makan, salah satu yang menjadi pusat aktivitas masyarakat dulu. Hal itu terjadi karena sistem gotong royong yang begitu kental.

Baca Juga: Perumda Bidadari Mabar NTT Siap Kelola Obyek Wisata Gua Batu Cermin

Semua pengolahan lahan, dikerjakan secara bersama. Sehingga ketika ada yang membersihkan ladang, maka di sana menjadi pusat keramaian.

Apalagi saat panen jagung, atau padi, maka sebagian besar warga akan berkumpul di sana. Semua dikerjakan bersama.

Pusat perkumpulan yang terakhir di Compang, yakni tempat masyarakat menggelar upacara doa adat. Di sini tempat mereka bisa berkomunikasi dengan Tuhan dan para leluhur.

Baca Juga: Raih Penghargaan sebagai Publik Figur Inspiratif, Najwa Shihab : Jurnalisme adalah Menggaungkan Suara Publik

Hanya tradisi gotong royong saja yang masih terlihat jelas sampai saat ini. Sementara halaman kampung sebagai pusat hiburan masyarakat sudah tidak terpusat pagi.

Dengan sistem layanan air minum dengan Pipa ke rumah penduduk, juga turut menggerus tradisi mandi di mata air. Apalagi untuk pergi ambil air minum, mata air tua belum lagi menjadi sandaran masyarakat.

Tetapi dengan upacara Wau Wae, generasi muda senantiasa diingatkan bahwa mata air itu harus dijaga kelestariannya.

Baca Juga: Raih Penghargaan sebagai Publik Figur Inspiratif, Najwa Shihab : Jurnalisme adalah Menggaungkan Suara Publik

Mata air lambang kehidupan, kesuburan. Menjaga mata air, menjaga kehidupan. Mereka yang minum air dari mata air, akan sehat tubuh dan jiwanya, dan akan melahirkan keturunan yang banyak.

Mata air juga dalam tradisi Manggarai simbol kekerabatan dalam hubungan keluarga. Ada ungkapan, bahwa membangun hubungan perkawinan sama seperti membangun jalan menuju mata air kehidupan (Wae Teku Tedeng).

Baca Juga: Harga Coklat di Tingkat Petani Masih Stabil di Kisaran Rp 25 ribu Perkilogram

Sebagaimana merawat mata air menentukan kehidupan masyarakat kampung, demikian merawat keluarga yang baru dibangun juga menentukan kelanjutan generasi suku. ***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Feliks Janggu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X