Tetapi masyarakat yang hidup di era sebelum tahun 2000-an, masih cukup akrab dengan Wae Teku sebagai tempat pemandian umum masyarakat.
Keempat kebun, sebagai lahan mencari makan, salah satu yang menjadi pusat aktivitas masyarakat dulu. Hal itu terjadi karena sistem gotong royong yang begitu kental.
Baca Juga: Perumda Bidadari Mabar NTT Siap Kelola Obyek Wisata Gua Batu Cermin
Semua pengolahan lahan, dikerjakan secara bersama. Sehingga ketika ada yang membersihkan ladang, maka di sana menjadi pusat keramaian.
Apalagi saat panen jagung, atau padi, maka sebagian besar warga akan berkumpul di sana. Semua dikerjakan bersama.
Pusat perkumpulan yang terakhir di Compang, yakni tempat masyarakat menggelar upacara doa adat. Di sini tempat mereka bisa berkomunikasi dengan Tuhan dan para leluhur.
Hanya tradisi gotong royong saja yang masih terlihat jelas sampai saat ini. Sementara halaman kampung sebagai pusat hiburan masyarakat sudah tidak terpusat pagi.
Dengan sistem layanan air minum dengan Pipa ke rumah penduduk, juga turut menggerus tradisi mandi di mata air. Apalagi untuk pergi ambil air minum, mata air tua belum lagi menjadi sandaran masyarakat.
Tetapi dengan upacara Wau Wae, generasi muda senantiasa diingatkan bahwa mata air itu harus dijaga kelestariannya.
Mata air lambang kehidupan, kesuburan. Menjaga mata air, menjaga kehidupan. Mereka yang minum air dari mata air, akan sehat tubuh dan jiwanya, dan akan melahirkan keturunan yang banyak.
Mata air juga dalam tradisi Manggarai simbol kekerabatan dalam hubungan keluarga. Ada ungkapan, bahwa membangun hubungan perkawinan sama seperti membangun jalan menuju mata air kehidupan (Wae Teku Tedeng).
Baca Juga: Harga Coklat di Tingkat Petani Masih Stabil di Kisaran Rp 25 ribu Perkilogram
Sebagaimana merawat mata air menentukan kehidupan masyarakat kampung, demikian merawat keluarga yang baru dibangun juga menentukan kelanjutan generasi suku. ***
Artikel Terkait
Pasar Akhir Tahun di Warsawe, Warga Berburu Rombengan
Disoroti Pelayanan Tutup di Hari Libur, Kapus Warsawe: Pasien UGD dan Persalinan tetap Dilayani
Waspadai Licin, Ruas Jalan Warsawe-Golo Menes sedang Diperbaiki
Katekese Komuni Pertama di Stasi Warsawe, Ini Pesan Pendamping Katekese Tarsisius Hasil
Budayakan Hidup Bersih, Sekami Stasi Warsawe Pungut Sampah di Lingkungan Gereja
Mahasiswa KKN Unika Santu Paulus Ruteng Dampingi Anak Sekolah Minggu di Gereja Stasi Warsawe
Mahasiswa KKN Unika Santo Paulus Ruteng Bantu Umat Warsawe Buat Jembatan Kayu Menuju Gereja
Merawat Tradisi Masyarakat Warsawe Memanggil Hujan Kepada Empo Penjaga Kolam di Spot Air Terjun Cunca Wulang
Reaksi Masyarakat Warsawe Melihat Lukisan Wajah Manusia Pada Dinding Batu di Air Terjun Cunca Wulang
Gola Malang Warsawe, Oleh-oleh Khas Desa Wisata Cunca Wulang Labuan Bajo NTT