"Maaf aku sempat hadir dalam hidupmu, dan saat ini aku butuh jawabanmu tentang hubungan kita," Lala mendesak jawaban Dava sambil berurai air mata.
Lala berharap segera mendapatkan jawaban Dava. Ia menatap mata Dava tajam tetapi Dava mengelak menatapnya balik.
Baca Juga: Ini yang Membuat Bambu NTT Sangat Diperhitungkan di Tingkat Nasional
Dava duduk termangu. Sementara Lala menunggu untuk segera mendapat jawabannya.
"La... sebelumnya aku bingung dengan perkataanmu. Mungkin ada yang aneh di pikiranmu hingga kau mengatakan itu kepada aku. Aku tak seburuk yang kau pikir La," jawab Dava.
"Aku sudah dewasa kok! Aku tahu bagaimana menghargai perasaan orang yang telah mencintaiku," Dava meyakinkan Lala.
Baca Juga: Kabupaten Ngada NTT Beri Kontribusi Signifikan di Tingkat Nasional, Pertama di Indonesia
"Apa yang kau inginkan dari padaku," Dava balik menanyai Lala.
Lala tidak mempedulikan pertanyaan Dava. Sebab Dava belum menjawab pertanyaannya. Justru Lala merasa sakit karena cintanya digantung Dava.
"Kapan kaka Dava bisa memberi jawaban yang tepat padaku. Aku tak tahan dengan keberadaan yang aku rasakan saat ini," Lala mendesak Dava.
Baca Juga: NTT jadi Sentra Industri Bambu Nasional, Berikut ini Penjelasannya
Sambil menunggu jawaban David, Lala menunduk kepala. Ia ingat Dava selalu baik padanya. Namun batinnya yakin, hal itu bukan jaminan Dava benar-benar mencintainya.
"La kenapa kau bengong? Waktu kita tinggal sedikit. Jangan memikirkan hal yang aneh, itu yang membuatmu berpikir buruk tentang orang lain," Dava menasihati Lala.
"Maaf kak, kalau aku sudah membuat kaka marah. Ya udah, tidak apa-apa ngomong aja, jangan lama-lama," timpal Lala dan duduk menjauhi Dava.
Baca Juga: Longsoran Jalan Tani Ganggu Arus Transportasi Wisata Menuju Cunca Wulang