Dava menatap mata Lala dan memberikan senyuman yang tulus. Bukan tatapan mata seorang lelaki kepada seorang perempuan, tetapi kasih sayang seorang kakak kepada adik perempuannya.
Baca Juga: Perumda Bidadari Sukses jadi EO HUT Mabar ke-20 Berkolaborasi dengan Dinas terkait
Tatapan Dava membuat hati Lala hancur berkeping-keping. Lala merasa tatapan mata Dava sudah berbeda. Dava sudah berubah.
"Dava bukan milikku lagi," batin Lala sambil mengurai air mata yang membanjiri pipinya.
Lala merasa hidupnya tak berarti lagi. Ia ingin menangis keras di hadapan Dava. Tapi batinnya melarang, agar Lala jangan mengemis cinta pada seorang lelaki.
Namun sebagai seorang perempuan juga, ada dorongan kuat untuk menangis untuk memperlihatkan kepada Dava bahwa Lala tidak kuat tanpa Dava.
Baca Juga: Ada Komodo Merah Bulan Juni 2023 Mendatang, Kecepatannya 350 Km per Jam
"Dava,. aku tau memang aku tak begitu penting bagimu. Tapi bagiku kamu sangat berarti. Kau harus tau itu," Lala mulai tenang mengutarakan hatinya.
"Iya La aku mengerti dan aku sangat menghargai perasaanmu. Tapi aku tetap tak bisa bersamamu," jawab Dava.
Lala menyerang Dava dengan pertanyaan," Apa yang membuatmu tidak bisa bersamaku Dava? Apa aku tidak bisa membahagiakanmu?,".
Baca Juga: Banjir Kikis Jalan Tani, Badan Jalan Berubah Jadi Drainase
"Atau aku tidak seperti cewek lain yang setiap saat harus menemanimu. Apa sih kekuranganku dalam hidupmu hingga akhirnya seperti ini," kata Lala tidak bisa membendung lagi tangisannya.
Ia berteriak histeris, tetapi Dava langsung memeluk dan menenangkan Lala. Dava meyakinkan Lala bahwa ia masih sayang pada Lala, tetapi tidak seperti dulu lagi.
"Suatu saat kelak, kamu akan tahu mengapa aku mengambil keputusan ini. Untuk saat ini aku pergi, tetapi kita pasti akan kembali bersama tetapi tidak seperti yang kau bayangkan," kata Dava.
Baca Juga: Dapatkan Obat Herbal Sarang Semut di Spot Wisata Sano Asmara Lerem Labuan Bajo NTT
Artikel Terkait
Cemas Yang Nyata, Puisi Ista Meo
PUISI UNTUK PUISI
Sudahkah Kau Mencintaiku, Sebuah Puisi
Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti
Putus Asa, Sebuah Puisi
Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti
Kisah Kasih, Sebuah Puisi
Bayang, Puisi Karangan Charlesy Setiawan Jemaon