Oleh: Ervas Ketua.
Berpuluh-puluh tahun lalu para ahli menyimpulkan, bahwa kemarahan adalah ekspresi Optimisme. Namun, kesimpulan itu kemudian diragukan, setelah Zajenkowski dkk, (psikolog universitas warsawa) melakukan penelitian dan membantah temuan sebelumnya.
Dalam laporannya, Zajenkowsky menemukan " Emosi marah berbeda dengan emosi negatif lain seperti sedih, cemas, atau depresi".
Orang yang sedang marah, cenderung merasa lebih benar, merasa lebih Pintar, melebih-melebih-lebihkan kecerdasannya.
Kenapa orang yang sedah marah cenderunng melebih-lebuhkan kecerdasannya? Padahal kemarahan tdk berkaitan erat dgn kecerdasan; walaupun ada sedikit saling berhubungan, namun tdk bisa dibuktikan bahwa kemarahan dengan kecerdasan memiliki hubungan sebab-akibat.
Anda pernah Marah?
Jika pertanyaan ini ditujukan kepada saya maka jawabannya adalah iya, bukan saja pernah tetapi sering".
Dari pengalaman pribadi, jika sesuatu dimulai dengan satu kemarahan maka akan diikuti banyak kemarahan, dan cenderung melebar kemana-mana, sehingga menjadi marah-marah.
Jika marah tidak ada hubungan sebab akibatnya dengan kecerdasan, maka marah-marah semakin menjauhkan kesan cerdas itu.
Saat saya mulai menulis ini, saya semakin sadar bahwa setiap kali saya marah dan marah-marah maka saya semakin terlihat bego dan itu menggelikan. Bagaimana dengan anda?