Ayah dan ibu kemudian sepakat bahwa gadis mereka baik-baik saja. Selama enam bulan, Mawar jarang sekali menghubungi ayah.
Walaupun bertelponan itu hanya menyita beberapa menit saja. Sampai setengah jampun tidak.
Baca Juga: Camat Alfons Minta Masyarakat Sano Nggoang Waspadai Potensi Bencana Alam di Lingkungannya
Beda sekali pada hari-hari kemarin. Kata Mawar, ia sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Ayah hanya bisa mengiyakan saja terhadap jawaban Mawar.
Dalam perjalanan waktu Mawar samasekali tidak berkomunikasi dengan ayah apalagi dengan ibu.
Sekarang pikiran ayah sudah terlihat semakin kacau dan berantakkan. Hari itu Mawar genap dua tahun berada di kota.
Ayah sangat gelisah dengan gadisnya. Ayah membayangkan yang tidak-tidak.
Tak mau larut dalam pikiran, ayah langsung pergi ke kota untuk menemui gadisnya yang lentik-cantik dan lugu itu.
Sebelum memasuki kota, ayah mantap harap bahwa gadisnya tidak seperti yang ada dalam benaknya. Tidak seperti gadis-gadis yang melarat dalam kamar.
Baca Juga: Pesan Camat Sano Nggoang Bagi Kades yang Baru Dilantik Bupati Edi Endi
Kota saat itu penuh kabut. Ayah susah untuk menemui Mawar. Namun tak berhenti di situ saja. Karena sayang yang dalam ayah harus tabah.
Pada saat itu ayah berjalan kaki di depan Katedral kota. Ayah mengaminkan segala doanya untuk Mawar. Untuk kebaikan Mawar.
Malam itu adalah malam yang penuh sialan. Ketika ayah berjalan melintasi penginapan kota, ia melihat Mawar dari jarak sedang berada dalam pelukan yang ganas.
Artikel Terkait
Puisi-Puisi Helena Danur, Mahasiswi Universitas Flores-NTT
Ibu, Sebuah Puisi
Puisi Ista Meo, Aku Diam
Puisi Malam Minggu
Cemas Yang Nyata, Puisi Ista Meo
PUISI UNTUK PUISI
Sudahkah Kau Mencintaiku, Sebuah Puisi
Mencintai Dalam Diam, Puisi Fareliana Hardianti
Putus Asa, Sebuah Puisi
Hati Yang Rapuh, Puisi Fareliana Hardianti
Ata One, Cerpen Karangan Fransiskus Erick Saputra Pantur