Berbagai Elemen Pemerhati Masalah Sosial di NTT Mendiskusikan Solusi Masalah Perdagangan Orang

photo author
- Senin, 31 Juli 2023 | 07:05 WIB
Para pemerhati masalah perdagangan orang di NTT Mendiskusikan masalah perdagangan orang di NTT Kamis (17/07/2023) di Hotel Harper Kota Kupang (Feliks Janggu )
Para pemerhati masalah perdagangan orang di NTT Mendiskusikan masalah perdagangan orang di NTT Kamis (17/07/2023) di Hotel Harper Kota Kupang (Feliks Janggu )

KLIKLABUANBAJO.ID -- Berbagai elemen masyarakat pemerhati masalah Perdagangan Orang berkumpul di Aula Hotel Harper Kota Kupang Kamis (27/07/2023).

Diskusi masalah perdagangan orang itu berlangsung sekitar 1,5 jam itu dipandu oleh Mulyadi, Project Manager Migrant Care Jakarta.

Beberapa pembicara mengangkat masalah perdagangan orang di NTT, antara lain Suster Laurentia Suharsih SDP dari JPIC Divina Prudentia Kupang, Wahyu Susilo dari Migrant Care.

Baca Juga: Artis Tertarik dengan Sepatu Unik Hasil Inovasi dari Bahan Bekas yang Dibuat 2 Orang Kakak Beradik

Kepala BP3MI Kupang, Pendeta Emmy Sahertian dari Komunitas Hanaf Kupang dan dihadiri pada pemerhati masalah perdagangan orang di NTT.

Ada begitu banyak masalah yang terungkap di dalam diskusi, dan mengungkapkan betapa persoalan perdagangan orang di NTT masih tinggi.

Satu di antara masalah itu yakni masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap para korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di NTT.

Baca Juga: Modal Rp100 Ribu, Kini Omzet Kakak Beradik ini Rp10 Juta Sebulan dengan Olah Bahan Bekas jadi Sepatu

Korban demi korban berjatuhan setiap tahun. Jumlahnya pun tidak memperlihatkan tren penurunan.

Terungkap dalam diskusi, bahwa para korban TPPO terbanyak yang bekerja di sektor Malaysia dan masuk ke sana secara ilegal atau inprosedural.

Masalah kemiskinan dan lemahnya pendidikan juga salah satu masalah yang disorot. Juga mempertanyakan manfaat penggunaan dana desa bagi terciptanya lapangan pekerjaan di desa.

Baca Juga: Dua Orang Kakak Beradik ini 'Sulap' Bahan Bekas jadi Sepatu Unik, Dapat Apresiasi dari Menparekraf

Forum diskusikan menggugat, andai dana desa mampu menciptakan pekerjaan bagi masyarakat, maka masyarakat tidak akan mencari nafkah di luar negeri.

Begitu berartinya Malaysia sebagai tempat bergantung pekerjaan mencari nafkah, sebagian orang NTT bahkan menyebut Malaysia itu rumah kedua mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Feliks Janggu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X