Rohman menjelaskan Labuan Bajo tidak lepas dari Flores – pulau Cabo de Flores dalam bahasa Portugis.
Baca Juga: 9 Jenis Pertunjukan Seni Budaya Sanggar Kope Oles Todo Kongkol Kaper Labuan Bajo
Cabo de Flores bermakna Tanjung Bunga, diberikan oleh S.M. Cabot untuk menyebut wilayah timur Flores.
Sejak 1636, nama Flores kemudian dipakai secara resmi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer.
Nama asli dari Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular. Dari sudut antropologi, nama ini lebih baik karena bermakna filosofis dan kultural.
Catatan tertua yang menyebut nama Labuan Bajo terdapat dalam sebuah laporan berjudul Koloniale Jaarboeken Maandschrift tot Verspreiding van Kennis der Nederlansche en Buitenlandsche Overzeesche Besittingen oleh Jacques Nicolas Vosmaes di tahun 1862.
Baca Juga: Pesan-Pesan Pembukaan Pekan Orientasi OMK Gugus Labuan Bajo
Laporan tersebut menjelaskan dalam artikel tahun 1833 dilaporkan adanya sebuah perjalanan laut menuju ‘Laboean Badjo’.
Secara bahasa, Labuan Bajo memiliki arti tempat berlabuhnya suku Bajo.
Suku bangsa ini merupakan kelompok etnis nomaden di laut, sehingga banyak yang menyebutnya dengan Gipsi Laut.
Baca Juga: Jeruk Malang Kuasai Pasar Buah di Flores, Jeruk Lokal Makin Tak Produktif
Mereka berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina yang bermigrasi ratusan tahun lalu ke Sabah dan seluruh penjuru dunia, bahkan hingga ke Kepulauan Madagaskar.
Suku Bajo di Indonesia telah banyak yang beradaptasi budaya dengan masyarakat lain.
Sebagian besar tidak lagi hidup nomaden, mereka hidup dengan menetap di pesisir pantai dengan hunian yang sederhana.
Baca Juga: Terima BLT Tahap II, Masyarakat Cunca Wulang Antusias Datangi Kantor Desa
Artikel Terkait
Selamatkan Spesies Penyu dari Kepunahan, Pokmaswas Nanga Bere Gencarkan Penangkaran Tukik
Lestarikan Spesies Penyu Terancam Punah, Ternyata Ini Manfaatnya Bagi Ekosistem Laut
9 Jenis Pertunjukan Seni Budaya Sanggar Kope Oles Todo Kongkol Kaper Labuan Bajo