Kopi Salah Satu Daerah di Indonesia Dibawa ke Spanyol dan Brasil serta Serbia, Rasanya Khas Cita Rasa Tinggi

photo author
- Sabtu, 26 November 2022 | 13:25 WIB
Kopi dari salah satu daerah di Indonesia dibawa ke Spanyol dan Brasil serta Serbia, rasanya khas cita rasa tinggi.  (Foto ilustrasi: Pixabay)
Kopi dari salah satu daerah di Indonesia dibawa ke Spanyol dan Brasil serta Serbia, rasanya khas cita rasa tinggi. (Foto ilustrasi: Pixabay)

Di antaranya, ada kopi  Sota, Jagebob, Muting, Bupul, dan kopi Ulilin. Nama-nama kopi itu menunjuk asal daerah atau lokasi tanam kopi. Daerah lokasi kopi ini tidak jauh dari jalan trans Papua, Meruake-Pegunungan Bintang. Yang paling dekat adalah daerah Sota, yang titik terjauhnya hanya 78 km dari Merauke. Sedangkan jarak Sota-Bupul sekitar 111 Km dan Bupul-Muting berjarak sekitar 40 km. Kopi Ulilin berasal dari Kampung Ulilin yang terletak antara Muting-Boven Digul. 

Baca Juga: Berikut ini Daerah yang Menjadi Provinsi Terbahagia di Indonesia

Kopi Muting, berasal dari Distrik Muting yang terletak di timur laut Merauke. Kopi Sota berasal dari Sota, begitu pula kopi Bupul berasal dari Kampung Bupul dan kopi Jagebob berasal dari Distrik Jagebob.

Kopi asal Papua juga menyedot perhatian dunia karena memenangkan lelang dengan harga Rp5,3 juta per kilogram green bean tahun 2018 yakni Kopi Tiom. Green bean adalah biji kopi pascaolah dan siap disangrai.

Kopi-kopi itu berasal dari ketinggian lebih dari 1.500 dpl. Bahkan Kopi Tiom berasal dari ketinggian 2.150 dpl. Sehingga jangan heran banyak orang mencari kopi-kopi dari pegunungan tengah Papua.

Baca Juga: Di NTB Ada Destinasi Eksklusif yang Sangat Menarik, Pesohor Dunia Datang Diam-Diam

Ada cerita bahwa tanaman kopi di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini merupakan peninggalan Belanda. Tetapi beberapa saksi lain yakin bahwa bibit kopi ini ada bersamaan dengan kedatangan transmigran pada 1995.

Bahkan di Jagebob, misalnya, adalah kopi yang ditanam petani atas bimbingan Dinas Pertanian Kabupaten Merauke. Hanya saja sempat tak terurus karena harga kopi tak menarik.

Baca Juga: Fenomena Langka, Ratusan Pohon Pinus di Hutan Berikut Ini Tumbuh dengan Bentuk yang Aneh

Tetapi setelah booming kopi beberapa tahun belakangan, pelan-pelan kebun kopi yang berumur sekitar 25 tahun itu kembali diurus pemiliknya. Masyarakat bergairah kembali menanam dan memelihara kopi-kopi tersebut, setelah tampak muncul minat orang untuk menikmati kopi lokal. Sejak saat itu sejumlah peminat kopi asal Merauke mau membeli hasil panenannya.

Para pengusaha kopi itu ikut membina para petani kopi di perbatasan Merauke, agar produksi kopi stabil dan dapat dipasarkan ke wilayah lain di Papua atau luar Papua. Misalnya tentang penanaman, perawatan, pemanenan, dan kegiatan pascapanen.

Baca Juga: Ramalan Asmara Kesehatan hingga Karir Zodiak Leo Sabtu 26 November 2022 Dianjurkan Berpikir Positif

Kedai Koplink dan Rumah Kopi D’Waroeng (RKD) adalah dua dari belasan kedai kopi di Kota Merauke yang setia menyajikan kopi-kopi lokal dari Papua Selatan sebagai menu utama. Pemilik kedai memanfaatkan jasa petani kopi di perbatasan negara ini, sebagai olahan produksi kopi lokal. Kedai-kedai itu juga menjual biji kopi yang disangrai atau yang sudah digiling sebagai buah tangan.

Jasman Tristanto, pemilik Rumah Kopi D’Waroeng (RKD) Merauke, mengakui kopi-kopi terutama di Muting adalah kopi dari hasil tanam transmigran pada kurun 80--90-an yang datang ke Merauke. Hanya saja kopi-kopi itu sempat ditelantarkan oleh pemiliknya karena dipandang tidak ekonomis.

Baca Juga: Ada yang Berbeda di Bali, Ada Kabupaten Tak Punya Pantai tetapi Panorama Kabut Tebal dan Danau Tenangkan Hati

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Servatinus Mammilianus

Sumber: Indonesia.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Menggali 'Emas' di Warloka Pesisir di HPN 2025

Minggu, 9 Februari 2025 | 15:02 WIB

Terpopuler

X