Mengapa Kita Harus Bersatu

photo author
- Jumat, 26 Februari 2021 | 10:51 WIB
Screenshot_20201005-205847-1
Screenshot_20201005-205847-1

Oleh: Largus Tamur. Judul tulisan ini bersifat imperatif kategoris sekaligus necessary. Ia terbaca sebagai sebuah keharusan karena realita sosial kita saat ini nampaknya masih terkooptasi dalam sekat-sekat pilihan politik pilkada yang sebenarnya telah usai. Fragmentasi sosial seperti ini bukanlah sebuah social capital yang konstruktif baik untuk pemimpin Mabar yang pada tanggal 26 Februari ini dilantik maupun untuk kepentingan pembangunan Mabar. Kurangnya kohesi sosial akan menciptakan balkanisasi kepentingan yang akan mendevaluasi seluruh potensi yang selama ini mengharumkan nama kabupaten ini terutama sektor pariwisata dan keramahan masyarakatnya. Belajar berdamai dengan realita Pilkada telah usai. Kita semua tahu bagaimana hasilnya. Walau demikian ada pelajaran penting yang harus kita petik dari peristiwa ini. Keretakan sosial terjadi pada semua lapisan. Karena itu, pilkada Mabar 2020 ini telah menjadi ‘critical juncture’/ persimpangan krusial sekaligus paradox ‘berbahaya tetapi sekaligus diperlukan’. Ada empat (4) sikap yang bisa diambil di posisi persimpangan pasca-perhelatan Pilkada. Yang pertama, ‘laissez-faire/ letting go’ atau ‘biarkan saja berlalu as if nothing happened’. Yang kedua, remorse/ penyesalan atau kekecewaan sangat dalam karena merasa tidak cukup berjuang untuk memenangkan pertandingan. Atau kecewa karena merasa dicurangi dalam persaingan. Sikap ketiga, retaliation atau perasaan dendam terhadap orang lain yang dianggap telah menghancurkan kita. Dan sikap keempat adalah reconciliation atau berdamai dengan realita at all cost. Sikap pertama nampaknya baik dan positif, tetapi sikap ini mengandung kelemahan, karena ia tidak memberikan nilai lebih dari peristiwa penting yang telah terjadi. Sikap kedua bisa menimbulkan ‘perasaan bersalah berlebihan dan depresi’ dan sikap ketiga bisa melahirkan violent behaviour tidak hanya dalam perbuatan fisik tetapi juga dalam perkataan. Sikap keempat bukanlah sebuah utopia. Rekonsiliasi adalah sebuah sikap yang lahir dari kesadaran bahwa pilkada dan apapun aktivitas manusia hanyalah salah satu jalan realisasi diri, dan karena itu Pilkada Mabar 2020 per se bukanlah tujuan. Ia hanyalah salah satu episode dalam rentang jalan pengalaman hidup. Kekalahan atau kemenangan dalam Pilkada tidak serta merta melekat secara inheren dalam identitas kita. Kita bisa belajar dari liga-liga sepak bola di seluruh dunia. Pekan ini misalnya Barcelona mengalahkan Real Madrid, tetapi pekan depan el Blaugrana bisa saja dikalahkan oleh Huelva. Kalah dan menang dalam sebuah kompetisi bagaikan dua sisi mata uang. Orang bijak biasanya selalu menyisakan 50% ruang dirinya untuk menerima kegagalan dalam apapun yang dikerjakannya, dan hanya memberikan 50% ruang dirinya untuk euforia atas kemenangan apapun yang diraihnya. The Paradox of Plenty Kabupaten Manggarai Barat memiliki hamparan padang masa depan yang begitu luas dan cerah. Potensinya tak tertandingi. Tetapi seperti kisah ‘the paradox of plenty’ yang terjadi di banyak negara kaya namun gagal seperti Venezuela, Irak, Lybia, Korea Utara dan beberapa negara lainnya, potensi alam melimpah tidak menjamin kesejahteraan warganya. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah ‘the curse of plenty’. Negara-negara itu seolah dikutuk karena memiliki terlalu banyak SDA. Pelajaran apa yang bisa dipetik? Negara-negara kaya sumber daya alam seperti di atas memiliki keunggulan potensial dibandingkan yang lain. Tetapi mereka memiliki kelemahan akut yang meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan bernegara mereka. Apa itu? Porositas. Fenomena ini muncul sebagai konsekuensi dari lemahnya kesadaran akan ‘human interdependency’ artinya manusia bahkan sebagai individupun tidak bisa hidup seperti sebuah batu yang soliter dan tertutup dalam dirinya sendiri. Demikianpun sebagai realita sosial, kelompok sosial yang satu membutuhkan kehadiran kelompok sosial yang lain. Negara/ masyarakat yang hidup dalam bingkai porositas ini sulit mendapatkan soliditas atau kesatuan yang bertindak sebagai sebuah kesadaran kolektif. Soliditas inilah yang tidak dimiliki oleh negara-negara di atas. Soliditas dalam kesadaran kolektif bahwa semua potensi alam ini adalah milik kita bersama dan karena itu digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan bersama. Kesadaran ini harus melahirkan kehendak untuk memajukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas karena kita tidak bisa hanya mengandalkan SDA sementara pengelolaannya kita biarkan jatuh ke tangan sekelompok orang apalagi asing ‘tamak’ . Negara Venezuela persis jatuh dalam jebakan porositas ini. Faksi-faksi terbentuk dan secara diametral membelah masyarakat ke dalam kategori pendukung dan oposisi. Konflik tercipta dan berlangsung berkepanjangan bahkan sampai sekarang. Dan inilah yang membuat mereka jatuh ke dalam kubangan kemiskinan. Masa Depan Membentang Walau Kabupaten Manggarai Barat tidak memiliki cadangan mineral seperti negara-negara di atas atau beberapa daerah lain di Indonesia, namun kabupaten ini memiliki sumber daya pariwisata yang melimpah. Potensi pariwisata yang luar biasa inilah yang menjadi sumber potensi ekonomi kita. Potensi ini tidak akan habis, karena pariwisata tidak menghasilkan income dari proses ekstraksi perut bumi tetapi menikmati suguhan permukaan bumi atau sightseeing economy. Potensi ini menuntut tanggung jawab kita warga Mabar untuk memelihara dan mengembangkannya secara berkelanjutan. Karena itulah, kita dituntut untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang handal dan tangguh. Ia handal untuk memanfaatkan potensi-potensi pariwisata yang ada. Di sisi lain, ia tangguh dalam kesadaran sosial serta lingkungan sehingga tidak tergoda untuk mengeruk dan merusak alam. Inilah pekerjaan kita bersama. Pemerintahan daerah di bawah komando duo pimpinan yang baru, didukung oleh semua komponen masyarakat, cita-cita ini bisa kita wujudkan. Mulai saat ini, tidak ada lagi sekat-sekat sosial. Semua kita adalah rakyat Mabar. Karena itu, peran sekecil apapun yang kita mainkan, semuanya diarahkan untuk kesejahteraan dan kemajuan bersama. SALAM MABAR

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Redaksi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Komodo: Antara Konservasi dan Ekonomi

Sabtu, 10 Agustus 2024 | 07:58 WIB

Pornografi dan Pelecehan Seksual Terhadap Anak

Jumat, 24 November 2023 | 22:43 WIB

Ketika Perempuan Enggan Terjun dalam Politik

Selasa, 6 Juni 2023 | 08:04 WIB

Sistem Proporsional Tertutup Ibarat Pasar Gelap

Minggu, 4 Juni 2023 | 19:12 WIB

Opini: Cegah Politik Uang

Sabtu, 3 Juni 2023 | 17:52 WIB

Patronasi Sepak Bola di Kabupaten Ngada NTT

Selasa, 31 Januari 2023 | 04:00 WIB

Beasiswa LPDP dan Ikhtiar Membangun SDM Lokal NTT

Senin, 5 Desember 2022 | 14:43 WIB

Qui Scribit, Bis Legit

Kamis, 22 September 2022 | 17:22 WIB

Terpopuler

X