Catatan Reflektif Soal Kedekatan Pak Edy Endi dengan Generasi Muda (Bagian 2 dari 2 tulisan) Oleh Siprianus Jemalur Pada bagian pertama tulisan ini, kami telah mengulas tentang terobosan yang akan kami lakukan untuk memfasilitasi generasi muda Manggarai Barat terutama yang telah berpendidikan S1 atau S2. Terobosan itu dilakukan dengan upaya memfasilitasi generasi muda potensial melalui berbagai program beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat terutama melalui beasiswa LPDP, Pemerintah Australia dan negara-negara lain serta berbagai lembaga swasta yang menyediakan program beasiswa kepada generasi muda di NTT termasuk di Manggarai Barat secara khusus Melalui program beasiswa tersebut, generasi muda potensial Manggarai Barat dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan jaringan mereka untuk membangun Manggarai Barat ini ke depan. Pada bagian pertama artikel sebelumnya, kami juga telah mengulas fakta bahwa generasi muda Manggarai Barat bukanlah komunitas yang homogen tetapi sesungguhnya bersifat heterogen terutama dari segi tingkat pendidikan dan pekerjaan. Bagi generasi muda (laki-laki dan perempuan)yang telah menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) atau strata dua (S2), telah tersedia berbagai peluang beasiswa S2 dan S3 bagi mereka. Namun, bagaimana dengan generasi muda kita yang tamat SD, SMP, SMA dan bahkan drop out?Terhadap generasi muda ini, terobosan apa yang perlu dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat beberapa potensi besar yang dimiliki oleh Manggarai Barat baik dari segi sumber daya alamnya maupun potensi-potensi lainnya baik pada sektor pariwisata, pertanian, pertenakan, perikanan, jasa, dan sebagainya. Beberapa Peluang Strategis Pertama, sektor pertanian.Kita perlu bersyukur bahwa Manggarai Barat dianugerahi dengan lingkungan alam yang sangat luas dan subur terutama dalam sektor pertanian. Atas dasar itu,kiranya tidak mengherankan bahwa sebagain besar warga Manggarai Barat adalah petani baik sebagai petani lahan kering maupun sawah. Melalui sektor pertanian ini, orang tua kita dapat membiayai kebutuhan hidup sehari-hari termasuk membiayai pendidikan anak-anak mereka bahkan sampai ke perguruan tinggi.Itu berarti bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi bagi penghidupan sebagian besar masyarakat kita di Manggarai Barat. Harus diakui bahwa potensi pada sektor pertanian di Manggarai Barat sampai dengan saat ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal sehingga belum memberikan kontribusi yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat. Bahwa sebagian besar warga Manggarai Barat adalah masyarakat agraris, tetapi pada saat yang sama kita kita semacam berada dalam kondisi anomali.Secara umum, tampaknya bagi sebagian besar generasi muda kita memandang bahwa menjadi petani bukanlah sesuatu yang “menjanjikan” dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan lain seperti pegawai atau profesi lain. Menjadi petani sepertinya bukanlah sebuah profesi yang “keren”. Mungkin karena itu,sebagian besar generasi muda kita tidak menggeluti usaha dalam bidang pertanian dan memilih profesi lain yang kelihatannya lebih keren dan mudah mendapatkan uang. Akan tetapi,beberapa contoh inspiratif gerakan beberapa tokoh muda pertanian di NTT dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini justru bisa menjadi sumber inspirasi baru bahwa menjadi petani itu adalah sesuatu yang menjanjikan dan secara ekonomi sangat menguntungkan jika dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan. Kita bisa menyebut beberapa tokoh muda di NTT seperti Yance Maring di Maumere. Ia telah berhasil menciptakan usaha pertanian holtikultura dengan sistem irigasi tetes. Melalui sistem itu, lahan pertanian kering yang dikelolanya (sewa lahan orang) menjadi lahan potensial untuk berbagai jenis tanaman holtikultura (Kupang.Tribunnews.com 26 Juli 2020). Atas prestasinya itu, Gubernur NTT pun siap memfasilitasinya dengan mengalokasikan anggaran sebesar 7 miliar untuk mengelola lahan 100 hektar di Sikka, Maumere (Victory News, 27 Juli 2020). Selain Yance Maring, kita juga mengenal tokoh muda Gestianus Simo, petani muda milenial dari Kupang. Gestianus berhasil mengolah lahan kering dan berkarang menjadi lahan produktif pertanian. Pada lahan kering tersebut, Gestianus mengembangkan sistem pertanian terpadu yaitu usaha tanaman holtikultura dan ternak kambing, ikan, ayam, dan aquaponik dalam satu lahan. Dari hasil usaha pertaniannya tersebut,Gestianus meraup keuntungan ratusan juta rupaih dari hasil usahanya tersebut (Media Indonesia,18 April 2020).Yance dan Gestianus adalah dua tokoh muda dari sekian tokoh muda di NTT yang berhasil menginspirasi publik bahwa “menjadi petani” justru merupakan sebuah profesi yang sangat menjanjikan dan menguntungkan secara ekonomi. Kisah-kisah inspiratif dari beberapa tokoh muda kita di NTT dalam sektor pertanian tersebut di atas dapat dijadikan inspirasi atau model bagi kebangkitan generasi muda dalam sektor pertanian di Manggarai Barat. Usaha-usaha dalam sektor pertanian itu dapat berupa usaha dalam sektor holtikultura seperti sayur, cabai, tomat, kacang,kentang, buah dan sebagainya. Peluang usaha generasi muda dalam sektor pertanian tentu sangat menjanjikan di Manggarai Barat terutama di Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata superpremium. Jika usaha-usaha sektor pertanian ini dilakukan secara serius, maka pasokan kebutuhan hotel, restoran dan usaha-usaha pariwisata lainnya dapat disuplai dari hasil produk pertanian generasi muda kita tanpa didatangkan dari luar Manggarai Barat. Selama ini, kebutuhan sayur dan buah-buah terutama di Labuan Bajo masih cukup banyak dikirim dari luar Manggarai Barat seperti Ruteng dan Bajawa, Bima, Makasar, Lombok bahkan dari Bali. Kita tentu tidak ingin kaum generasi muda kita terpinggirkan dari pembangunan pariwisata di Labuan Bajo. Melihat peluang saat ini, kiranya sudah saatnya anak-anak muda Manggarai Barat perlu bangkit dan difasilitasi sehingga mereka dapat terlibat dalam usaha sektor pertanian secara maksimal. Saat ini, kemajuan informasi dan teknologi sangat memudahkan usaha generasi muda. Media sosial online baik facebook, whatsapp, twiter bisa digunakan sebagai sarana untuk mempromosikan produk-produk yang dihasilkan oleh generasi muda kita. Dengan kata lain, media sosial digunakan untuk hal-hal yang produktif dan menguntungkan ketimbang dimanfatkan untuk hal-hal yang tidak produktif. Selain media sosial, akses transportasi yang semakin baik saat ini juga memudahkan produk-produk yang dihasilkan dapat didistribuskan ke Labuan Bajo dengan mudah dan cepat.Jika usaha pada sektor pertanian ini dilakukan secara serius, maka generasi muda Manggarai Barat tentu mendapatkan keuntungan ekonomis yang sangat besar. Pemerintah saat ini baik Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementrian Pertanian sangat menaruh perhatian yang besar (concern) dalam sektor pertanian termasuk usaha-usaha pertanian anak-anak muda atau kelompok milenial. Karena itu,jika anak-anak muda ini berkelompok dan melakukan usaha pertanian secara serius maka peralatan dan sarana yang dibutuhkan pasti dengan mudah didapatkan untuk mendukung usaha pertanian mereka. Demikian pun dengan Pemerintah Provinsi NTT sangat menaruh perhatian pada sektor pertanian. Dengan peluang emas seperti itu, maka tidak ada alasan bagi generasi muda di Manggarai Barat untuk miskin tetapi justru sebaliknya yaitu sejahtera dan bangkit dari keterpinggiran. Kedua, Sektor Pariwisata dengan berbagai variannya.Selain sektor pertanian, sektor usaha yang sangat potensial untuk generasi muda Manggarai Barat adalah usaha dalam sektor pariwisata baik dalam bidang transportasi, kuliner, kerajinan tangan,laundry, pangkas rambut, salon, menjahit, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah beberapa sektor jasa seperti usaha jasa pangkas rambut. Usaha ini kelihatannya sederhana tetapi sesungguhnya sangat menguntungkan. Di Labuan Bajo, jasa cukur rambut sebagian besar masih didominasi oleh orang-orang Jawa, Bima atau Lombok sedangkan orang-orang lokal kita terutama generasi muda jumlahnya relatif kecil. Pada saat yang bersamaan, sebagian besar pengguna jasa pangkas rambut ini adalah warga lokal Manggarai Barat. Demikian juga dengan usaha jasa dalam bidang kuliner.Sebagian besar usaha dalam bidang kuliner di Labuan Bajo masih dikuasai oleh warga yang berasal dari luar Manggarai Barat seperti Jawa, Minang, Padang, Bali, Lombok dan sebagainya. Kalaupun ada warga Manggarai Barat yang ambil bagian dalam usaha kuliner ini, harus diakui bahwa jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan saudara/saudari kita yang berasal dari luar Manggarai Barat. Hal yang sama juga dalam usaha menjahit.Usaha Jasa menjahit di Labuan Bajo sebagian besar dikuasai oleh orang-orang dari luar Manggarai Barat seperti dari Jawa, Lombok, Bandung, Bima dan sebagainya. Demikian juga usaha dalam sektor laundry.Sebagian besar usaha laundry juga masih dikuasai oleh orang-orang di luar Manggarai Barat. Pada saat yang bersamaan, sebagian besar pengguna jasa menjahit tersebut di atas adalah warga lokal Manggarai Barat. Deskripsi singkat fakta di atas tidak mau menunjukkan sikap antipati terhadap saudara/saudari kita yang berasal dari Jawa, Bali, Lombok atau Bima tetapi mau menunjukkan bagaimana ketidakseimbangan proporsi jumlah pelaku usaha antara warga Manggarai Barat khususnya generasi muda dengan kelompok warga masyarakat yang berasal dari luar Manggarai Barat. Harus diakui bahwa proporsi jumlah generasi muda Manggarai Barat terutama anak-anak perempuan sesungguhnya sangat banyak tapi belum memanfaatkan peluang ini secara maksimal. Bila kondisi-kondisi konkrit seperti ini tetap diabaikan, maka kemungkinan besar generasi muda kita ke depan pasti akan tersingkir dengan sendirinya seiring dengan lajunya pembangunan di Manggarai Barat secara umum dan Labuan Bajo secara khusus. Karena itu, waktunya sudah tepat agar generasi muda Manggarai Barat mulai bangkit dan memanfaatkan berbagai peluang usaha ini sebagai sumber penghidupan mereka ke depan. Harapan seperti ini kiranya tidak berlebihan karena jumlah generasi muda usia produktif kita sangat banyak baik laki-laki maupun perempuan dan tersebar di berbagai wilayah di Manggarai Barat. Perlu Terobosan Terpadu Minimnya keterlibatan generasi muda Manggarai Barat dalam berbagai usaha dalam sektor pariwisata disebabkan oleh banyak hal dan beberapa diantaranya seperti keterampilan berusaha yang masih terbatas, daya juang masih terbatas, takut untuk merintis sesuatu yang baru, akses modal yang terbatas dan sebagainya. Jika demikian, apa yang perlu dilakukan?Untuk meningkatkan keterlibatan generasi muda dalam beeberapa bidang usaha tersebut di atas, pertama-tama generasi muda kita sudah seharus memiliki ketrampilan (skill) dalam bidang usaha tertentu seperti menjahit, laundry, panggkas rambut dan usaha jasa strateguis lainnya. Memiliki ketrampilan untuk berusaha tentu dapat dilakukan secara mandiri oleh generasi muda itu sendiri tetapi tampaknya metode seperti itu masih sulit.Karena itu, pilihan yang paling tepat adalah melalui keterlibatan dari pihak lain baik pemerintah, pihak swasta, lembaga masyarakat sipil, lembaga keagamaan dan sebagainya untuk memfasilitasi peningkatan ketrampilan dari generasi muda ini sesuai dengan peluang dan minat generasi muda kita. Memiliki skill saja tentu tidak cukup tetapi perlu didukung dengan peralatan atau infrastruktur dasar yang dibutuhkan untuk menjalan usaha. Dengan kata lain, keterampilan yang telah dimiliki oleh anak-anak muda ini perlu difasilitasi dan didukung dengan sarana dan prasarana yang mereka butuhkan serta modal usaha yang cukup. Satu hal yang sangat penting juga diperhatikan adalah perlu pendampingan secara berskala dan berkesinambungan terhadap progres usaha generasi muda ini. Dengan skema seperti itu, maka usaha-usaha yang dirintis kaum generasi muda ini pasti berjalan dengan baik dan sukses. Mereka tentu kelak menjadi pelopor bagi anak-anak muda lainnya untuk bergerak dalam berbagai usaha di Labuan Bajo dan Manggarai Barat secara umum. Pelopor Kebangkitan Generasi Muda Sebagai representasi kepemimpinan generasi muda, Pak Edi Endi memiliki komitmen kuat untuk memfasilitasi pengembangan potensi kaum muda Manggarai Barat baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun rintisan usaha ekonomi produktif. Dalam sektor kuliner, minimal setiap tahun ada 25 bahkan 50 anak muda baru yang difasilitasi untuk pengembangan ketrampilan mereka dan memfasilitasi infrastruktur dasar yang mereka butuhkan. Itu berarti, dalam kurun waktu 5 tahun setidaknya 125 bahkan ada 250 generasi muda baru yang dilahirkan yang bergelut dalam usaha kuliner di Manggarai Barat dan Labuan Bajo secara khusus. Demikian juga dalam usaha laundry. Setiap tahun, minimal 25 bahkan 50 anak muda baru yang difasilitasi usahanya. Itu berarti, dalam kurun waktu 5 tahun setidaknya 125 bahkan ada 250 generasi muda baru yang dilahirkan yang bergelut dalam usaha laundry. Hal yang sama juga dengan usaha pangkas rambut. Setiap tahun minimal ada 25 bahkan 50 anak muda baru yang difasilitasi usahanya. Itu berarti, dalam kurun waktu 5 tahun setidaknya 125 bahkan ada 250 generasi muda baru yang dilahirkan yang bergelut dalam usaha pangkas rambut. Itu berarti bahwa dalam satu tahun ada ratusan generasi muda yang lahir dan menjadi pelaku usaha baru di Manggarai Barat. Jika hal ini konsisten dilakukan, maka kelak generasi muda Manggarai Barat akan menjadi salah satu pelaku utama dalam sektor pembangunan di Manggarai Barat dalam berbagai sektor kehidupan. Dengan cara seperti itu kita turut ambil bagian dalam kita melahirkan generasi muda yang produktif dan konstruktif bagi generasi muda itu sendiri dan Manggarai Barat secara umum. Kita tentu tidak ingin generasi muda kita menjadi penonton bahkan terpinggirkan dalam deru pembangunan pariwisata di Manggarai Barat dan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata superpremium ke depan.*