Dengan merekrut 20 orang muda Desa Liang Ndara, Primus berharap warisan budaya setempat selalu diingat dan dihidupi oleh generasi muda Manggarai Barat.
Dikatakan Primus, Nipu Tae berkomitmen melestarikan Budaya Caci, menghidupinya dengan melatih generasi muda.
"Caci adalah tarian persahabatan. Semula, Caci itu sebuah arena latihan untuk perang. Tetapi dalam perkembangan ia merupakan tari persahabatan," jelasnya.
Karena itu, sejak dahulu kala Caci digelar pada momen penting di antaranya Penti, Pernikahan, dan pesta-pesta syukuran lainnya.
Sesuai dengan kebutuhan tamu wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo, jelas Primus, Nipu Tae juga menghidupkan kembali Tarian Rangkuk Alu dan Tarian Ako Mawo/Woja.
Primus mengatakan, ada tantangan besar bagi Sanggar Nipu Tae, bagaimana mengemas berbagai tarian warisan budaya menjadi sebuah hiburan.
"Bagi saya, Caci itu sebuah ritual bagaimana saya memuliakan Tuhan. Setiap kali orang membutuhkan saya, saya mengambil kesempatan itu untuk memuliakan Allah," tegasnya.
Karena itu, saat tampil di atas pentas, para penari perlu membersihkan diri dari segala masalah, sehingga dapat menghibur para tamu yang datang.