Akan tetapi ia tidak memiliki api, sehingga ia meminta api kepada si Lumpuh.
Tetapi masalahnya tidak mudah bagi si Lumpuh untuk membawa api kepada si Buta. Karena itu, ia mengikatkan api pada ekor seekor anjing.
Setelah mendapatkan api itu, si buta lalu menanak nasi. Namun karena si buta tidak bisa melihat, ia tidak tahu apakah nasinya kering atau bubur?
Tiba-tiba sebuah suara menanyainya, apakah ia menginginkan nasinya kering atau lembek? Dan si buta menjawab spontan Lembek?
Setelah menjawab itu, nasi yang ditanaknya tumpah ke tanah dan perkampungan tempat ia dan orang lumpuh tinggal tiba-tiba tenggelam.
Seluruh penduduk mengungsi. Si Buta dan Si Lumpuh bernasib malang. Keduanya kesulitan meninggalkan kampung.
Si buta tidak tahu jalan untuk kabur, dan si Lumpuh tidak mampu berjalan. Muncullah ide cerdas keduanya, si Buta menggendong si Lumpuh.
Si buta menggunakan kakinya untuk berjalan, dan dituntun mata si Lumpuh.
Sesampai di Ntangis, di mana keduanya merasa bencana sudah berlalu dan mereka sangat jauh dari kampung.
Timbulah keinginan si Lumpuh untuk menoleh ke belakang melihat kampungnya setelah bencana itu.
Namun seketika, si Lumpuh bersama si Buta yang menggendongnya berubah jadi batu. Si Lumpuh tampak menoleh ke belakang, si buta tetap berdiri.
Artikel Terkait
Legenda Istana Ular Desa Galang Manggarai Barat NTT
Legenda Seputar Munculnya Sano Nggoang, Danau Vulkanik Terdalam dan Terluas di Indonesia
Legenda tentang Watu Ata, Ada Bukti yang Masih Utuh Tersembunyi di Kota Komba Utara Matim NTT