Misteri Keberadaan Compang dan Kuburan Tua di Hutan Cunca Wulang, Jejak Sejarah yang Hilang 

photo author
- Jumat, 2 September 2022 | 12:15 WIB
Ketua Dewan Stasi Warsawe Hendrikus Hasing bersama warga lain membakar lilin di kuburan hutan Cunca Wulang beberapa waktu lalu (Foto : Frans Mon)
Ketua Dewan Stasi Warsawe Hendrikus Hasing bersama warga lain membakar lilin di kuburan hutan Cunca Wulang beberapa waktu lalu (Foto : Frans Mon)

KLIKLABUANBAJO.ID -- Di sekitar spot wisata Air Terjun Cunca Wulang, Manggarai Barat NTT, terdapat sebuah compang (mesbah persembahan) dan kuburan tua. 

Keberadaan Compang dan Kuburan tua menandakan pernah hidup kelompok masyarakat di sekitar spot wisata Air Terjun Cunca Wulang. Terutama keberadaan Compang sebagai isyarat adanya kehidupan komunal masyarakat, mungkin sebuah perkampungan. 

 Baca Juga: Kisah Petani Sukses, Budidaya Rumput Pakchong dan Gama Umami di Lahan 9 Hektar. Hasilnya Fantastis

Namun jejak kisah keberadaan kampung itu masih misteri bagi masyarakat Kampung Warsawe yang kemudian mendiami wilayah itu. Tak satu pun tetua masyarakat Warsawe mengetahui kisah perkampungan itu. 

Kuburan dan Compang itu masih lestari, dalam bentuk onggokan bebatuan di kawasan Hutan Cunca Wulang. Warga Warsawe menyebut tempat itu dengan nama Bengki. 

Bengki diartikan sebagai Tembikar, wadah yang dipakai jaman dulu untuk menyimpan makanan dan juga air minum. Ada dua tembikar tua ditemukan warga berada di sekitar Compang dan Kuburan tua itu. 

Namun Tembikar yang tersisa di kampung di kawasan hutan itu sudah tidak ada lagi. Sekitar tahun 1970-an, ada warga yang mengambil tembikar itu dan menjualnya ke Labuan Bajo. 

Demikian yang diceritakan oleh Yoseph Bensuin, Kamis (1/9/2022). 

Baca Juga: Kunjung Labuan Bajo Sambil Nikmati Kopi, Ini Daftar Minuman Kopi di Komodo Coffee

Dikisahkan Yoseph, pernah suatu ketika kelompok pemuda mencurigai ada harta karun di dalam kuburan tua itu. Tetapi ketika digali, ternyata kosong sehingga ditinggalkan. 

Beberapa bulan lalu, Ketua Dewan Stasi Warsawe Hendrikus Hasing bersama Pater Hiro SVD membakar lilin di kuburan itu. 

Saat tiba di sana, mereka memberikan tuak (telur) kepada tuan rumah di hutan itu, lalu mendoakan bagi mereka.  

Pater Hiro menganjurkan agar tempat-tempat itu tetap dijaga dan dihormati keberadaannya. "Mereka baik, pasti ada di sana," kata Pater Hiro. ***

Baca Juga: Kuliner di Labuan Bajo, Daftar Menu Khas Bali di Kuliner Nusantara Ayu Bajo

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Robertus Endang S

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bajo Dance Festival 2025 Disambut Hangat Warga

Rabu, 22 Oktober 2025 | 17:01 WIB

1.731 Wisatawan Mancanegara Kunjung GBC Labuan Bajo

Jumat, 10 Oktober 2025 | 06:39 WIB

Wisatawan Peminat Burung Meningkat di Labuan Bajo

Sabtu, 4 Oktober 2025 | 16:17 WIB

1.345 Wisman Berkunjung ke GBC Labuan Bajo

Senin, 11 Agustus 2025 | 07:39 WIB

Terpopuler

X