Seringkali, jelas Frans Mon, penyelesaian sebuah patung membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Baca Juga: Semarak Festival Golo Koe dari Puncak Waringin Labuan Bajo, Merdu Suara Gong dan Gendang
"Kalau pikiran terganggu sedikit, saya lepas. Kemudian saat hati tenang baru mulai dilanjutkan lagi," kata Frans Mon.
Frans mengungkapkan beberapa kesulitan yang dihadapinya selama menggarap patung batu kapur itu.
1. Kurang Peralatan
Frans Mon menciptakan Patung dengan peralatan sederhana berupa pahatan kayu dan pisau.
Baca Juga: Panitia Festival Golokoe Serahkan 100 Paket Sembako
Untuk memperhalus permukaan patung pada finishing, ia menggunakan kertas pasir. Tetapi ia bahkan pernah menggunakan daun yang permukaannya seperti kertas pasir.
"Saya pernah pakai Saung Racang. Hasilnya memuaskan," cerita Frans Mon.
Selain patung Bunda Maria, Frans Mon juga menciptakan patung domba, yang biasa ditempatkan di kandang natal.
Baca Juga: Kadis Pariwisata NTT Ungkap Alasan Tunda Pemberlakuan Tiket Rp 3,75 Juta ke TNK
2. Pemasaran Kerajinan
Satu di antara hal yang menghentikan kreativitas Frans Mon adalah bagaimana produk kerajinannya itu dipasarkan.
Berbagai patung hasil kerajinannya selama ini dibagikannya secara gratis kepada orang-orang yang dinilainya penting.
Oleh-oleh gratis itu menurut Frans Mon merupakan kado sangat berharga dari dirinya.
Baca Juga: 16 Tim Sepak Bola Antar Desa Meriahkan HUT RI di Sano Nggoang
"Saya tidak jual patungnya. Tetapi kalau dihargai dengan yang, harganya tentu mahal bisa sampai Rp 3 juta bahkan Rp 5 Juta," kata Frans Mon.
Artikel Terkait
Meriahkan HUT RI, Pertandingan Sepak Bola dan Voli Gelar di Sano Nggoang
Panitia Festival Golokoe Serahkan 100 Paket Sembako
Semarak Festival Golo Koe dari Puncak Waringin Labuan Bajo, Merdu Suara Gong dan Gendang
Waterfront City Labuan Bajo dari Puncak Waringin di Malam Hari