KLIKLABUANBAJO.ID | Puncak Waringin Labuan Bajo kini menjadi salah satu sumber pendapatan daerah Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) melalui Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan (Disparekrafbud) yakni dari retribusi pengunjung.
Jumlah pendapatan dari retribusi pengunjung di spot Puncak Waringin yang saat ini dikelola oleh Disparekrafbud Mabar setiap harinya berbeda-beda tergantung jumlah pengunjung yang datang.
Jumlah pengunjung paling banyak terjadi pada Hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu.
Baca Juga: Hari Ketiga Pencarian Wisatawan China yang Hilang di Labuan Bajo, Fokus Penyisiran di Laut
"Ramainya pengunjung biasanya pada Hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Pada hari-hari itu jumlah pendapatan per hari rata-rata di atas satu juta," kata Kepala Disparekrafbud Mabar Pius Baut, Kamis (5/10/2023).
Sedangkan di hari-hari yang lain kata dia, jumlah pendapatan antara Rp500.000, hingga Rp1.000.000.
"Pengunjung paling banyak di sore hari dan umumnya untuk menikmati sunset. Pengunjung terbanyak wisatawan nusantara. Kalau pagi malah sepi pengunjung" kata Pius.
Baca Juga: Finish Setelah 58 Hari Jelajah Laut Keliling Flores, Tim DJN Disambut Hangat dalam Nuansa Budaya
Sebelumnya diberitakan, pengelolaan Puncak Waringin akan sama dengan Batu Cermin, antara lain untuk harga karcis masuk bagi wisatawan nusantara sebesar Rp20.000, sedangkan wisatawan mancanegara Rp50.000.
Salah satu anggota DPRD Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Ali Sehidun, menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mabar perlu menginformasikan ke pihak terkait, terutama UMKM dan pegiat pariwisata tentang pengelolaan Puncak Waringin Labuan Bajo.
Disampaikannya, pengelolaan Puncak Waringin harus memberi dampak positif bagi perekonomian warga, salah satunya melalui keterlibatan UMKM untuk memasarkan produknya di tempat itu.
Baca Juga: Persawahan Lembor Masih Belum Digarap, Harga Beras Terus Naik
"Diharapkan agar pemerintah mengundang stakeholders, UMKM, asosiasi yang bergelut di pariwisata dan asosiasi lainnya. Hal ini penting dilakukan agar khalayak, terutama tamu-tamu atau wisatawan mengetahui produk apa saja yang nantinya jual di sana, misalnya souvenir sehingga wisatawan yang ingin membeli souvenir akan berkunjung ke Puncak Waringin," kata Ali.***