Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 Momentum Perluas Penggunaan Mata Uang Lokal

photo author
- Jumat, 5 Mei 2023 | 15:04 WIB
Caption Foto: Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat konferensi pers B2B FMCG Indonesia Outlook 2023 di Jakarta, Kamis (19/1/2023)  ((ANTARA/Suci Nurhaliza))
Caption Foto: Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat konferensi pers B2B FMCG Indonesia Outlook 2023 di Jakarta, Kamis (19/1/2023) ((ANTARA/Suci Nurhaliza))

KLIKLABUANBAJO.ID -- Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 di Labuan Bajo NTT dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk memperluas kerja sama penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT).

“Saya pikir LCT adalah upaya yang cukup panjang dan Indonesia bisa memanfaatkan Keketuaan ASEAN 2023 untuk mendorong LCT bisa dipakai di banyak negara,” demikian dikatakan Bhima melalui siaran pers Kemenparekraf dilansir Kemenparekraf.go.id di Jakarta, Kamis (4/5/2023).

LCT dikatakan Bima dapat memberikan dampak positif yang bersifat jangka panjang terhadap stabilitas mata uang bila terimplementasikan dengan baik.

Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Jumat 5 Mei 2023

Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Kamis 4 Mei 2023

Sebab, ia berperan dalam mengurangi ketergantungan negara terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Artinya, negara-negara yang terlibat dalam kerja sama LCT bisa menghindari risiko dari fluktuasi dolar AS.

Bhima juga menilai inisiatif LCT merupakan opsi terbaik yang bisa dilakukan untuk memperkuat kerja sama keuangan di kawasan saat ini.

“Saya kira itu yang paling rasional sebelum menggagas mata uang bersama di ASEAN, misalnya. Jadi, lebih baik fokus dulu pada pemanfaatan mata uang lokal,” jelas Bhima.

Baca Juga: Pemda Mabar Malam Ini Buka KTT ASEAN dengan Ritual Adat Manggarai

Baca Juga: Kapolri Pimpin Tactical Floor Game untuk 8 Satgas Pengamanan KTT Asean ke 42

Dirinya pun merekomendasikan pemerintah untuk memberikan insentif kepada eksportir dan importir sebagai pelaku utama dalam transaksi perdagangan kawasan. Pasalnya, ia melihat penyerapan mata uang lokal di kalangan eksportir dan importir terbilang masih rendah.

Misalnya, dalam transaksi perdagangan antara Thailand dan Indonesia, porsi penyerapan penggunaan mata uang lokal masih berada di kisaran 4 persen.

Hal itu menunjukkan perdagangan logistik masih lebih banyak yang mengandalkan pembayaran dengan menggunakan mata uang non-lokal, seperti dolar dan euro. Padahal, potensi ekspor-impor antara Indonesia dengan Thailand cukup besar.

Baca Juga: Danau Teratai Terbesar Dunia di Flores NTT, Spot Wisata Alam di Sekitar Kampung Pata Manggarai Timur

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Feliks Janggu

Sumber: Kemenparekraf.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X