Watu Ata dan Tiwu Wokat Spot Berpotensi yang Tak Bisa Dianggap Sepele

photo author
- Jumat, 4 April 2025 | 14:17 WIB
Suasana di sekitar Kolam Tiwu Wokat Wae Kutung, Kamis (3/4/2025). (KLIKLABUANBAJO.ID)
Suasana di sekitar Kolam Tiwu Wokat Wae Kutung, Kamis (3/4/2025). (KLIKLABUANBAJO.ID)

Watu Ata di Desa Golo Lidi, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), kini telah menjadi cagar budaya yang didukung oleh kekayaan alam di sekitarnya, membuat tempat ini layak untuk dipromosikan dan ditata menjadi spot wisata yang menarik untuk dikunjungi.


KLIKLABUANBAJO.ID| Watu Ata yang memiliki narasi turun temurun sebagai tempat terjadinya perubahan wujud manusia menjadi batu dan hingga kini batu itu masih terpelihara dengan baik, ternyata juga ditopang oleh beberapa spot sekitar, salah satunya Wae Kutung.

Wae Kutung adalah sungai yang berjarak sekitar 1 km dari Watu Ata. Dari sungai itu kita bisa melihat langsung pegunungan dan rimbunnya hutan yang menjadi sumber air dari sungai tersebut.

Menu makan yang disiapkan saat rekreasi di Tiwu Wokat, Kamis (3/4/2025).
Menu makan yang disiapkan saat rekreasi di Tiwu Wokat, Kamis (3/4/2025). (Foto: Cino)

Ada beberapa kolam permandian di sungai itu, salah satunya Tiwu Wokat yang biasa digunakan oleh warga sekitar untuk mandi atau menjadi tempat rekreasi bersama teman-teman sambil makan siang bersama.

KLIKLABUANBAJO.ID berkesempatan untuk mengunjungi kolam Tiwu Wokat di Wae Kutung, Kamis (3/4/2025) pagi hingga petang.

Tempat itu mudah dijangkau dari ruas jalan umum. Kurang lebih 300 meter dari ruas jalan itu kita menyusuri sungai untuk tiba di Tiwu Wokat.

Sayur dicuci sebelum dimasak.
Sayur dicuci sebelum dimasak. (Foto: Kanjeng)

Bersama beberapa anak muda, kami menyusuri sungai sambil menikmati gemercik air dan bunyi burung-burung yang hinggap di pepohonan sekitar sungai itu.

Tiwu Wokat ternyata kerap menjadi tempat tujuan rekreasi warga setempat, terutama anak-anak muda untuk melepas penat dari kesibukan mereka sambil masak dan makan di tempat itu.

Biasanya mereka membawa bahan makanan untuk dimasak bersama di sekitar kolam itu, tak lupa menceburkan diri ke kolam, merayakan persahabatan yang selalu mereka jaga bersama, lalu membersihkan sampah-sampah sisa masakan sebelum kembali ke kampungnya.

Demikian pun di Kamis pagi itu. Bahan makanan disiapkan dari kampung, kecuali sayur. Sayurnya langsung dipetik di kebun tak jauh dari kolam itu. Warga setempat menyebutnya Bozel, sayur itu jarang jual di pasar-pasar. Salah satu jenis sayur peninggalan masa lalu yang kadang-kadang bisa ditemukan tumbuh liar di sejumlah tempat, menikmati sayur itu bisa membuat kita menambah lagi porsi makan.

Makan bersama saat rekreasi di Tiwu Wokat, Kamis (3/4/2025).
Makan bersama saat rekreasi di Tiwu Wokat, Kamis (3/4/2025).

Kamis itu makanan dimasak menggunakan bambu, tak semua orang bisa memasak makanan menggunakan bambu, hanya mereka yang sudah biasa karena membutuhkan keahlian tersendiri.

Beberapa yang bersama saya saat itu yakni Patris, Cino, Kanjeng dan salah satu tokoh muda setempat yang biasa disapa KaE Engki.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Servatinus Mammilianus

Tags

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X