Ibrahim menceritakan, sudah hal biasa di desanya berjalan kaki melaksanakan tugas. Apalagi pada musim penghujan, kendaraan roda dua tidak lagi bisa lewat di jalanan berbatu dan berlumpur.
Baca Juga: Anggota DPRD Terpilih di Mabar Apresiasi Rencana BRI Buka Kantor Unit Noa Pacar
Baca Juga: Parapuar Labuan Bajo dan 10 Kabupaten Menjadi Fokus Perhatian BPOLBF
Baca Juga: KTM Edisi V Berjalan Lancar, Perluas Pangsa Pasar Pariwisata Labuan Bajo ke Level Internasional
Pilihan satu-satunya adalah berjalan kaki berkilo-kilo meter, demi mencapai TPS-TPS yang ada di kampung-kampung yang berjauhan satu sama lain.
Meski demikian, Ibrahim mengakui sangat menikmati tugasnya itu. Dan sekali pun tidak pernah merasa kesulitan, padahal tantangan yang dihadapinya lumayan besar dibandingkan yang dihadapi PKD di 14 desa lain di Kecamatan Mbeliling.
Wae Jare memang menjadi desa paling sulit, dan terisolir di Mbeliling. Namun ada juga desa lain yang medannya sangat sulit, bertetangga dengan Wae Jare, yakni Golo Sembea.
Baca Juga: Sebastian Salang: Untuk Mempercepat Pembangunan di NTT Harus Mulai dari Birokrasinya
Baca Juga: Investasi di Golo Mori Labuan Bajo, Hasan: Investor Harus Jaga Kelestarian Lingkungan
Ada dua kampung yang agak jauh dari pusat desa di Golo Sembea, yakni Raut dan Wae Tana. Membutuhkan semangat ekstra PKD untuk dapat mengawasi titik-titik terpencil ini.
Untuk diketahui, Mbeliling pada Pemilihan Serentak 2024, terbagi ke dalam 45 TPS yang tersebar di 15 Desa. Tahapan yang tengah berlangsung saat ini, perekrutan Pantarlih oleh Panitia Pemungutan Suara di desa.
Pantarlih akan bertugas melakukan pemutakhiran data pemilih, dengan cara mencocokkan dan meneliti dokumen-dokumen wajib pilih, untuk disusun menjadi dokumen daftar pemilih yang akan menjadi dasr penggunaan hak pilih pada Pemilihan Serentak 2024.
Baca Juga: Tasya Homestay Labuan Bajo akan Diresmikan 7 Juni 2024, Mudah Dijangkau dan Strategis
Baca Juga: Richard T. Sontani Dikabarkan jadi Bakal Calon Wakil Bupati Mabar, Ini yang Disampaikannya