In memoriam Mgr Hubertus Leteng : Menyatakan Kebenaran di dalam Kasih

photo author
- Minggu, 31 Juli 2022 | 13:28 WIB
Mgr Emeritus Hubertus Leteng (Screenshot video YouTube)
Mgr Emeritus Hubertus Leteng (Screenshot video YouTube)

Menyatakan Kebenaran di dalam Kasih

 

Mewartakan kebenaran tidak selalu menyenangkan, mengungkapkan kebenaran tidak selalu membuat orang senang gembira dan sukacita, mengapa? Karena kebenaran berarti apa adanya, apa yang nyata, apa yang terjadi, apa yang dilakukan oleh manusia.  

 Dalam bahasa Tuhan Yesus sendiri kebenaran berarti menyatakan ya kalau ya, menyatakan tidak, kalau tidak. Tidak ada poles-polesan, tidak ada tutup tutupan, tidak ada sembunyi-sembunyian.

Menyatakan ya kalau ya, atau menyatakan tidak kalau tidak, atau menyatakan apa yang sebenarnya tidak selalu membuat manusia senang dan gembira karena kebenaran itu tidak hanya berisi hal-hal yang baik, hal-hal yang indah-indah, hal-hal yang berkenan dan sedap didengar tetapi juga menyatakan hal-hal yang buruk, hal-hal yang jahat, hal-hal dosa dengan semestinya.

Dosa tidak selalu sedap didengar tetapi mesti dinyatakan dan ini amat tidak gampang. Berbicara tentang kebenaran sungguh tidak enak, sungguh tidak menyenangkan. Tetapi mesti diwartakan, mesti dinyatakan. Karena itu apa yang perlu dimiliki oleh imam atau diakon sebagai pewarta kebenaran?

 

Baca Juga : Gereja Keuskupan Ruteng Gelar Festival di Labuan Bajo NTT, Waterfront Marina Jadi Pusat Pameran Kerajinan

 

Pertama, pewarta kebenaran seperti imam atau siapa saja mesti memiliki keberanian iman, keberanian untuk dibenci dan ditolak, keberanian untuk didemo atau diusir, keberanian untuk tidak dianggap dan tidak dihiraukan atau tidak didengar dan tidak diterima. Ini untuk ditanggung oleh seorang pewarta kebenaran ketika dia menyampaikan apa adanya terutama menyangkut kejahatan, menyangkut dosa manusia.

Sebagai pewarta kebenaran, seorang imam atau diakon mesti berani untuk berkhotbah, berani untuk mewartakan kebenaran tetapi siap menanggung akibat penolakan dan kebencian karena pewartaannya. Dalam kondisi inilah kita Para Imam, Diakon mesti menyatu dengan Kristus. Kebenaran yang membebaskan yang menyelamatkan tetapi justru karena itu Ia dibenci dan ditolak oleh dunia. Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu.

Demi pembebasan, kemerdekaan dan keselamatan manusia, Tuhan menyatakan kebenaran tetapi justru karena itu Ia masih juga dihina, dibenci, tetap ditolak dan dipaku pada kayu salib. Seorang imam, seorang diakon, bisa saja mengalami kejadian seperti itu yaitu dibenci dan ditolak. Ingat kata-kata Yesus, karena kamu bukan dari dunia melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia sebab itulah dunia membenci kamu. ini resiko yang ditanggung oleh seorang pewarta kebenaran, seperti seorang imam.

 

Baca Juga : Tiket Masuk Taman Nasional Komodo Labuan Bajo Rp 3,7 Juta, Keuskupan Ruteng Nilai Saatnya Belum Tepat

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Robertus Endang S

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=6DPrfxWsZA8

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Menggali 'Emas' di Warloka Pesisir di HPN 2025

Minggu, 9 Februari 2025 | 15:02 WIB

Terpopuler

X