KLIKLABUANBAJO.ID | Detik-detik menegangkan terjadi pada saat 6 orang pedayung dari tim Dayung Jelajah Nusantara (DJN) Flores Sea Kayak Expedition, melintas di Tanjung Kepong Dei, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Mereka menghadapi gelombang tinggi 2,5 meter, bersamaan dengan itu angin kencang, langit gelap walaupun masih siang sekitar jam 12.00 Wita, di sisi kanan pantai hanya tebing-tebing, dan tim darat tidak bisa masuk ke wilayah itu karena tak ada akses.
Tidak ada signal untuk komunikasi lewat handphone, komunikasi radio juga tidak ada, hanya bisa mengandalkan telepon satelit tetapi membutuhkan waktu untuk set up atau menyiapkannya.
Saat mendayung di tempat itu, antara satu peserta DJN dengan peserta lainnya tidak bisa kelihatan karena terpeleh gelombang tinggi.
Tanjung Kepong Dei berada di pantai utara Flores dan merupakan tempat yang paling menegangkan bagi DJN saat berpetualang.
"Itu sekitar jam 12-an, dari jam 12.00 Wita sampai jam 1 (pukul 13.00 Wita, Red). Ngga ada yang bicara di antara kami, diam semua. Saat gelombang datang, antara yang satu dengan yang lain tidak kelihatan," kata Ketua Tim DJN Flores Sea Kayak Expedition Yoppy Rikson Saragih yang akrab disapa Kang Yoppy.
Baca Juga: Ikan Panggang dan Kuah Asam di 366 Lounge Labuan Bajo, Menikmatinya Bisa Sambil Karaoke
Dia menceritakan itu saat ditanya dalam perjalanan menggunakan mobil dari Labuan Bajo ke Kuwus Barat, Manggarai Barat, Minggu (8/10/2023).
Suasana saat mendayung di Tanjung Kepong Dei tidak hanya menegangkan tetapi juga seram, menurut Kang Yoppy.
Tim DJN memulai penjelajahannya dari Labuan Bajo, Senin(7/8/2023) melewati pantai utara Flores lalu ke pantai selatan dan finish kembali di Labuan Bajo, Kamis (5/10/2023).
Mereka telah menempuh penjelajahan laut sepanjang 1.057 kilometer mengelilingi Pulau Flores, selama hampir dua bulan.
Selain ketegangan di Tanjung Kepong Dei,
tingginya gelombang juga sangat terasa di
Pantai Rung, Kabupaten Sikka di pantai selatan Flores.
"Di Selatan itu, Pantai Rung namanya. Itu gelombang tinggi juga. Mungkin di antara kami berbeda-beda penilaian tetapi kalau untuk saya di Kepong Dei agak lebih seram karena kami pertama kali hadapin itu. Langit gelap, angin kencang. Itu yang membuat kesannya lebih dalam. Sedangkan di Rung ini kondisi ombaknya lebih kurang memang sama, tetapi karena kami sudah punya pengalaman di Kepong Dei sebelumnya maka secara mental lebih siap," kata Kang Yoppy.