Karena merasa betah, lama kelamaan pondok di kebun itu menjadi rumah sederhana dihuni keluarga petani yang rajin bekerja.
Saat hujan angin disertai petir bertubi-tubi, seorang bayi di salah satu rumah itu menangis cukup lama.
Ibunya terus memeluk erat penuh kasih sambil memberikan ASI.
Sembari memeluk anak tersayang, ibu itu memperhatikan sang suami sibuk mengikat beberapa kerangka rumah yang nyaris roboh akibat ditiup angin kencang.
Beberapa kali sang isteri menyuruh suaminya itu untuk pergi meminta api di rumah tetangga karena sejak tadi tungku api mereka sudah padam.
Suami yang khawatir rumahnya tertiup angin, tak hiraukan permintaan sang isteri yang berparas cantik menawan.
Solusi terakhir, sang isteri memanggil salah satu peliharaan mereka, seekor anjing yang sangat setia, tidak hanya setia dengan pemiliknya tetapi juga setia dengan tetangga rumah pemiliknya.
Lalu, sang isteri memanggil tetangga mereka dan menyampaikan agar tetangganya itu memanggil anjing kesayangan tadi. Tujuan memanggil anjing itu juga disampaikan kepada tetangga.
Tetangga mengerti dengan penjelasan singkat yang diterima. Anjing setia itu langsung dipanggil oleh tetangga.
Baca Juga: Kisah Cinta Berujung Dendam, Itulah Alasan Mengapa Nelayan Kerap Pakai Bulu Ayam untuk Pancing Ikan
Tetangga yang baik hati itu mengambil sepotong kayu dari tungku api yang masih ada bara apinya, diikat pada ekor anjing tadi.
Selanjutnya seekor anjing itu diarahkan dengan cara diusir secara halus agar segera ke rumah pemiliknya.
Sebatang kayu pendek yang ada bara apinya, telah diikat pada ekor anjing. Anjing setia itu seakan mengerti, dia bergegas pergi kembali ke rumah pemiliknya.
Pada saat yang sama ada beberapa orang petani yang melintas di depan rumah, mereka kaget dan berteriak spontan cukup keras sambil mengusir anjing agar tidak mendekat.
Membuat anjing tadi terus berlari dan tidak masuk ke rumah pemiliknya tetapi ke arah kampung kecil di sebelah bukit.