KLIKLABUANBAJO.ID -- Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus pada momentum Hari Orang Muda Sedunia Minggu 26 November 2023 memberikan pesan kepada orang muda sedunia. Berikut ini kutipan lengkapnya yang diambil dari terjemahan oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia atau KWI.
Orang-orang muda yang terkasih! Bulan Agustus yang lalu, saya berjumpa dengan ribuan orang muda seusia kalian, yang datang dari seluruh penjuru dunia, yang disatukan di Lisbon untuk merayakan Hari Orang Muda Sedunia. Pada masa pandemi, di tengah ketidakpastian, kita bermimpi tentang terselenggaranya perayaan besar, akan sebuah pertemuan dengan Kristus dan teman-teman muda yang lain, yang saat ini telah kita rayakan. Pengharapan itu telah terpenuhi dan banyak di antara kita yang hadir di sana – termasuk saya –, bahkan terlaksana melampaui apa yang dibayangkan. Sungguh, pertemuan di Lisbon adalah pertemuan yang indah; sebuah pengalaman transfigurasi yang nyata, dan sebuah pertemuan yang penuh cahaya dan ledakan sukacita.
Pada akhir Misa Penutup di “Ladang Rahmat” (Campo della Grazia), saya memilih untuk melanjutkan peziarahan kita di Seoul, Korea, pada tahun 2027. Akan tetapi, sebelumnya, saya ingin berjumpa dengan kalian, sahabat peziarahan dalam pengharapan, di Roma pada tahun 2025 untuk mengadakan perayaan Yubelium Orang Muda.
Baca Juga: Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Sabtu 25 November 2023
Baca Juga: Pornografi dan Pelecehan Seksual Terhadap Anak
Orang muda yang terkasih, Kalian merupakan harapan yang menyenangkan untuk Gereja dan kemanusiaan, yang selalu berjalan. Saya ingin ada di antara kalian, berjalan bersama dalam pengharapan. Saya ingin berbicara dengan kalian tentang sukacita dan harapan kita, tetapi juga tentang kesedihan dan ketakutan hati kita, serta tentang saudara-saudari kita yang sedang menderita (GS 1). Selama dua tahun dalam persiapan untuk Yubileum, mari kita merenungkan apa yang disampaikan Rasul Paulus, “Bersukacitalah dalam pengharapan” (Rm 12:12), untuk kita dapat mendalami nubuat nabi Yesaya, “Mereka berharap kepada Tuhan dan berjalan tanpa lelah” (Yes 40:31).
Dari mana kegembiraan itu datang?
“Bersukacitalah dalam pengharapan” (Rm 12:12) adalah sebuah seruan dari Santo Paulus kepada jemaat di Roma, yang ditulis pada masa penganiayaan. Nyatanya, seruan “sukacita dalam pengharapan” yang diwartakan oleh Rasul Paulus ini, merupakan refleksinya akan Misteri Paskah Yesus Kristus yang bangkit. Ungkapan ini bukan hasil dari usaha atau pemikiran manusia belaka, tetapi sukacita ini lahir karena sebuah pertemuan dengan Kristus. Sukacita kristiani adalah sukacita yang datang dari Tuhan, yang kita tahu begitu mencintai kita.
Benediktus XVI, merefleksikan pengalaman akan Hari Orang Muda Sedunia di Madrid tahun 2011, pernah bertanya: sukacita, “dari mana datangnya? Bagaimana cara menjelaskannya? Tentu saja ada banyak faktor yang dapat menjelaskannya. Akan tetapi, keputusannya adalah [...] kepastian akan datangnya iman: saya adalah pribadi yang diinginkan. Saya dibentuk dari dan membentuk sejarah. Saya diterima, saya dicintai”. Beliau melanjutkan, “Pada akhirnya kita membutuhkan rasa untuk menerima diri kita dengan tanpa syarat. Hanya jika Tuhan menerima saya dan saya meyakininya, saya sungguh yakin: saya bersyukur bahwa saya ada. [...] Adalah suatu hal yang patut disyukuri menjadi pribadi yang demikian, terutama pada masa-masa yang sulit. Iman menjadikan seseorang bersukacita dari dalam lubuk hatinya” (Pidato di hadapan Kuria Roma, 22 Desember 2011).
Baca Juga: Harapan Kades Golo Sepang Saverius Banskoan kepada Kampus Politeknik eLBajo Commodus Labuan Bajo NTT
Baca Juga: Temuan Mahasiswa Politeknik eLBajo Commodus terkait Potensi di Desa Wisata di Manggarai Barat
Di manakah pengharapan saya?
Masa muda adalah masa yang penuh dengan pengharapan dan impian. Masa muda adalah masa yang dipenuhi dengan realita-realita yang indah dan memperkaya kehidupan kita: kemegahan akan karya cipta, relasi dengan keluarga dan teman-teman kita, pengalaman dalam seni dan budaya, pengetahuan akan ilmu pengetahuan dan teknik, usahausaha kita untuk menegakkan kedamaian, keadilan dan persaudaraan, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, kita hidup di masa, di mana kebanyakan orang, termasuk orang-orang muda, mengalami sebuah kekosongan akan pengharapan. Sayangnya ada orang-orang muda seperti kalian, yang mana mereka hidup di tengah peperangan, kekerasan, penganiayaan, dan kegelisahan yang lain, mereka dilanda keputusasaan, ketakutan, dan depresi. Mereka merasa berada dikurung dalam sebuah penjara yang gelap yang tidak memiliki kemungkinan untuk melihat cahaya matahari. Hal ini secara dramatis ditandai dengan meningkatnya angka bunuh diri di kalangan orang muda di berbagai negara. Melihat situasi itu, bagaimana kita memiliki pengalaman sukacita dan pengharapan seperti yang diwartakan Santo Paulus? Sebaliknya, adanya keputusasaan yang berisiko mengambil alih tumbuhnya pengharapan, munculnya pemikiran bahwa berbuat baik itu tidak ada gunanya, karena tidak akan dihargai dan diakui oleh siapa pun, seperti yang kita baca dalam Kitab Ayub: “Kalau begitu, di manakah pengharapanku? Siapa yang akan melihat kebaikanku?” (Ayub 17:15).
Artikel Terkait
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Rabu 4 Oktober 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Kamis 5 Oktober 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Jumat 6 Oktober 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Selasa 24 Oktober 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Sabtu 18 November 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Senin 20 November 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Selasa 21 November 2023
Bacaan Injil dan Renungan Katolik Kamis 23 November 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Jumat 24 November 2023
Bacaan Kitab Suci dan Renungan Katolik Sabtu 25 November 2023