Di Musim Hujan, Warga Satu Desa di Mabar ini Takut ke Labuan Bajo

photo author
- Minggu, 27 Maret 2022 | 14:44 WIB
1648395278158
1648395278158

KLIKLABUANBAJO.ID|LABUAN BAJO -- Musim penghujan bagai mimpi buruk bagi masyarakat Desa Golo Nobo, Kecamatan Boleng, Manggarai Barat (Mabar), NTT. Saat musim penghujan, mereka kesulitan datang ke Labuan Bajo. Warga khawatir menyeberangi sungai, karena tiap kali warga dibayangi terjangan banjir. Sebab untuk datang ke Labuan Bajo, warga harus melewati sungai. Jalan yang melintasi sungai, belum dilengkapi fasilitas jembatan. Kendaraan roda dua dan roda empat, jika terpaksa harus ke Labuan Bajo, mereka harus "berenang" menerjang arus sungai. Kesalahan sedikit pun bisa berakibat fatal, dengan kemungkinan risiko terhanyut banjir. Simon Sukur, Pius Juan,dua warga Rintung Minggu (27/3/2022) mengungkapkan kerisauan terbesar masyarakat Golo Nobo yakni tidak adanya jembatan penyeberangan. "Jembatan penyeberangan ini yang kami sangat butuhkan. Susah sekali kalau musim hujan, tidak bisa pergi ke Labuan Bajo," kata Simon dan Pius. Ketika arus sungai sama sekali tidak bisa diseberangi, warga menggunakan jembatan alami berupa sebuah batang kayu besar, bekas pohon yang tumbang. Pohon tua dan besar ini, berjarak sekitar 75 meter dari jalan utama. Ia tumbuh di sisi sungai, dan kemudian tumbang dengan ujungnya sampai di sisi lain sungai. Kayu itu jadi jembatan, tapi sangat berisiko ketika musim hujan, badan kayu berubah licin. Warga berpotensi jatuh dan terhanyut air. "Hanya laki-laki saja yang bisa lewat. Perempuan sangat sulit dan mereka takut," tutur warga ditemui di sungai itu. Ketika air surut, sungai itu berubah menjadi sumber mata pencaharian sebagian warga. Mereka mengambil batu dan pasir untuk dijual. Pada turunan selepas aspal di dua sisi sungai, masih jalan tanah. Kendaraan seringkali macet dan tertahan di tempat itu. Selain kebutuhan jembatan, warga juga masih kesulitan listrik. Terutama di Kampung Rintung, pusat berbagai aktivitas pemerintah desa, sekolah dan fasilitas kesehatan di Golo Nobo. Jaringan PLN yang masuk di desa itu tahun lalu, belum sampai di pusat aktivitas pemerintahan dan fasilitas pelayanan publik masyarakat. "Sebagai pengganti listrik, kami pakai pelita. Masih sama seperti dulu sebelum Indonesia merdeka," celetuk warga lain dan berharap segera mendapat perhatian PLN. (fei)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Redaksi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X