KLIKLABUANBAJO.ID| Lahan ini berukuran sekitar 10 hektar namun keadaannya gersang dan dipenuhi batu, hanya ditumbuhi beberapa tanaman liar yang berduri tetapi tidak banyak.
Seseorang mulai merintis menanam pohon-pohon di lokasi itu bersama orang-orang di sekitarnya, mereka bekerja keras dan melewati proses tahap demi tahap yang cukup panjang, termasuk membuat lahan itu bisa subur.
Baca Juga: Unik dan Masih Misteri Bagi Masyarakat, Danau Asin Melebihi Air Laut di Pulau Sukun Flores NTT
Penanaman pohon di lokasi itu dimulai tahun 2000 silam. Hari demi hari dilakukan, bersamaan dengan perawatan yang intens setiap waktu agar pohon-pohon tersebut bisa tumbuh subur.
"Lahan itu dulu sangat gersang dan banyak sekali batu. Istilah saya, lahan itu dulu bukan tanah berbatu tetapi batu bertanah," kata pria pencinta lingkungan di Flores NTT ini.
Tekad yang kuat untuk menghidupkan pohon-pohon di lahan gersang itu didasari pada keprihatinan terhadap lingkungan hidup.
Baca Juga: Ritual Potong Kambing dan Ayam di Danau Semparong Sikka, Beri Makan Kepada Penunggu Telaga
"Berangkat dari keprihatinan karena saat itu banyak terjadi penggundulan hutan di beberapa tempat secara berjemaah, sementara di sisi lain tidak ada usaha untuk melakukan reboisasi," kata Pater Marsel Agot, SVD.
Pater Marsel pada Selasa 8 November 2022 ditemui di kediamannya di Prundi Labuan Bajo, dia ditanyai tentang usaha dan kerja kerasnya bersama keluarga besar Prundi dalam hal penghijauan di Solohana.
Baca Juga: Sungai Terbaik di NTT ini Terdapat 6 Air Terjun dengan Pesona yang Memanjakan Mata
Kepedulian terhadap lingkungan melalui penanaman pohon sudah mulai dia lakukan sejak tahun 1990-an, termasuk di STKIP Ruteng yang kini sudah menjadi Unika.
"Di Labuan Bajo yaitu di Solohana, saat itu yang pertama dilakukan yakni pembibitan diambil dari Situbondo. Selanjutnya tanam, tidak hanya tanam di Solohana tetapi juga saya bagikan ke sejumlah orang di Manggarai Raya sampai di Wukir Manggarai Timur," tutur Pater Marsel yang hobi berdiskusi ini.
Baca Juga: Berikut Beberapa Syarat yang Harus Dipenuhi Orang Katolik sebelum Menerima Komuni Pertama
Di lahan 10 hektar itu awalnya dia bersama keluarga besar Prundi menanam Pohon Mahoni.
"Pada awalnya saat itu kami kembangkan Pohon Mahoni karena saat itu yang penting ada pohon yang membawa kesejukan dan bisa tampung air. Lalu dikembangkan lagi kayu lokal, seperti Loi, Ngancar, Kawak, dan beberapa jenis yang lain," kata Pater Marsel.