KLIKLABUANBAJO.ID -- Setelah lulus seleksi rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) bulan Pebruari, bersama 250 teman seangkatan kami mendapatkan perintah untuk mulai melaksanakan tugas di satuan kerja masing-masing.
Sebelumnya memang ada tawaran dari Dinas Pendidikan Kota Kediri kepada CPNS formasi guru yang sudah mengajar untuk mengajukan permohonan agar kembali mengabdi ke sekolah asal.
Peluang tersebut tidak saya manfaatkan karena harus memberikan kesempatan kepada Pak Handoko yang sebelumnya menganggur untuk mengajar di SMA Katolik Santo Augustinus.
Baca Juga: Pantai Wairterang, Spot Wisata Foto Sunset Paling Populer di NTT
SMA Katolik Santo Augustinus adalah Sekolah Menengah Atas yang didirikan pada tahun 1954 di Kota Kediri, Jawa Timur. Sekolah ini milik Yayasan Yohanes Gabriel. Letaknya bersebelahan dengan SMA Negeri 1 Kediri dan Gereja Katolik St. Vincentius A Paulo.
Selama 6 tahun (2000 - 2006) saya mengabdikan diri sebagai Guru Agama Katolik di lembaga pendidikan yang memiliki motto "Bekerja tanpa perintah disiplin tanpa diawasi”.
Motivasi untuk tetap mengajar di SMA Negeri 3 dan tidak mengajukan permohonan untuk kembali ke SMAK St Augustinus lebih pada alasan kemanusiaan.
Baca Juga: Spot Wisata Perbukitan Gersang , Pesona Lain Pariwisata Alam Pulau Flores NTT
Kedua, sebagai calon abdi negara saya harus patuh pada regulasi untuk mengabdi di sekolah negeri dengan segala konsekwensinya terutama sebagai kelompok kecil diantara ribuan siswa dan tenaga pendidik serta karyawan yang beragama Islam dan keyakinan lainnya.
Tepat tanggal 31 Oktober 2006 saya bersama Pak Misbahul Ibad (Matematika), Pak Arif (Fisika), Bu Yuli Fitriatul (Fisika) dan Bu Denis Agustin (Biologi) menerima surat penghadapan CPNS yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah Kota Kediri, Bapak H.M Zaini.
Dua puluh satu hari kemudian di bulan November kami berempat mulai melaksanakan tugas sebagai guru di sekolah yang berada di Jalan Mauni Kecamatan Pesantren.
Baca Juga: Intip Lebih Dalam Keindahan Pantai Magepanda, Pesona Lain Tanjung Kajuwulu Maumere Flores NTT
Jalan sempit menuju moderasi beragama merupakan hasil perenungan inspiratif dari Injil Matius 7:14 yang berbunyi " karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya".
Ayat ini memberikan pesan yang kuat setelah melewati rangkaian pengalaman tentang berbagai cara hidup intoleransi yang saya terima.
Artikel Terkait
Renungan Inspirasi Harian Katolik Minggu 6 November 2022 Injil Lukas 20:27-38
Bacaan Inspirasi Harian Katolik Senin 7 November 2022 Injil Lukas 17:1-6 Beberapa Nasihat
Bacaan Inspirasi Harian Katolik Selasa 8 November 2022 Injil Lukas 17:7-10 Tuan dan Hamba
Bacaan Inspirasi Harian Katolik Rabu 9 November 2022 Injil Lukas 2:13-22 Yesus Menyucikan Bait Allah
Bacaan Inspirasi Harian Katolik Jumat 11 November 2022 Injil Lukas 17:26-37 Kedatangan Kerajaan Allah
Bacaan Inspirasi Harian Katolik Jumat 18 November 2022 Injil Lukas 19:45-48 Yesus Menyucikan Bait Allah
Bacaan Inspirasi Harian Katolik Sabtu 29 Oktober 2022 Pertanyaan Orang Saduki tentang Kebangkitan
Bacaan Inspirasi Harian Gerja Katolik Sabtu 3 Desember 2022 Injil Markus 16:15-20