Enu Labuan Bajo ini Belajar Pertanian di Israel, Lalu Jalan-Jalan ke Palestina dan Ikut Pertemuan di Italia

photo author
- Jumat, 19 Juni 2020 | 08:30 WIB
Yen 01
Yen 01

Dengan wajah sumringah, pemilik kulit putih berambut lurus ini menuturkan kenapa dia bisa belajar pertanian di Israel dan sempat jalan-jalan ke Palestina, lalu pada kesempatan berikutnya dia pergi ke Roma Italia untuk menghadiri pertemuan tingkat internasional.
Perempuan muda berwajah cantik ini berdomisili di Padang SMIP, RT 09 RW 03 Desa Batu Cermin Kecamatan Komodo, Labuan Bajo.
Enu (sapaan akrab untuk perempuan atau gadis Manggarai) ini adalah Maria Yemato Yenjeli Asmat.
Enu Yen merupakan alumni Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
"Saya ke Israel karena mendapat beasiswa. Saya dan kawan-kawan saat itu berjumlah 42 orang, merupakan angkatan pertama beasiswa ke Israel tahun 2014. Kami dari berbagai jurusan, saya sendiri Jurusan Teknik Sipil," kata Enu Yen yang ditemui di kediamannya, Sabtu (13/6/2020).
Dia menuturkan, 42 orang seangkatannya itu terdiri dari perempuan 15 orang dan sisanya laki-laki.
"Awalnya setelah menyelesaikan kuliah di Undana, saya bekerja sebagai staf teknik di PT Batu Besi, perusahan kontraktor dan leveransir dan saat itu juga saya dipercayakan menjadi asisten dosen di Fakultas Teknik Pertanian Universitas Kristen Artawacana atau Unkris, mengajar mata kuliah Mekanika Teknik dan Mekanika Fluida, yaitu dari November tahun 2013 sampai Juli 2014. Lalu saya mengundurkan diri karena dapat beasiswa ke Israel," tutur Yen.
-
Sebelum ke Israel, mereka dibekali beberapa pengetahuan. Salah satunya Bahasa Inggris.
"Kami ke Israel Bulan Agustus 2014. Di Israel, seminggu sekali kami ke sekolah
di AICAT, singkatan dari Arava International Center for Agriculture Training yang berada di Sapir bagian Selatan Israel. Tempat ini merupakan pusat pendidikan. Sekali dalam seminggu dari pagi sampai sore kami belajar di sini. Dijemput jam 10  pagi dan pulang pukul 15.00 sore. Waktu itu kami tinggalnya di Idan. Ada juga teman-teman yang tinggal di Hatzeva," kata Yen.
Di pusat pendidikan itu mereka belajar berbagai hal tentang pertanian, antara lain irigasi tetes, pencegahan hama, kecanggihan tekhnologi dan banyak lagi.
Sedangkan enam hari lainnya setiap minggu, mereka bekerja di kebun percontohan.
"Ada lahan percontohoan. Selain belajar  teori di pusat pendidikan sehari dalam satu minggu, sisanya kami ke kebun. Di kebun itu, saya belajar khusus di pertanian paprika sekitar tiga bulan, lalu belajar tanaman bunga sekitar tiga bulan juga dan sisanya di perkebunan kurma," tutur Yen.
Saat di Israel, mereka berkesempatan untuk jalan-jalan ke Palestina pada Desember 2014.
"Ke Palestina kami berkunjung ke Betlehem, tepatnya di gua yang berada di bawah Gereja Kelahiran Yesus yang terdapat bintang perak segi 14 yang diyakini tempat Yesus lahir . Di situ kami bertemu dengan sejumlah orang dari berbagai negara, mereka juga sedang berkunjung ke tempat yang sama. Lalu saya dan kawan-kawan kembali ke Israel," kata Yen.
-
Setelah menyelesaikan pendidikan pertanian di Israel, Yen kembali ke Labuan Bajo dan sempat membudidaya beberapa tanaman yang dibawanya dari Israel.
"Saat pulang ke Labuan Bajo saya sempat budidaya paprika yang benihnya saya bawa langsung dari Israel. Saya panen paprika itu untuk konsumsi pribadi. Sebenarnya ingin melanjutkannya dengan menerapkan apa yang telah saya peroleh di Israel tetapi masih kendala dana karena butuh modal besar. Semoga suatu saat bisa," kata Yen.
Diakuinya, beberapa teman lain sampai saat ini tekun membudidaya beberapa tanaman dengan menggunakan pola yang mereka belajar di Israel.
Mereka tersebar di beberapa kabupaten di NTT.
Sedangkan Yen sendiri saat ini lebih fokus di bidang irigasi dan air minum, masih berkaitan dengan apa yang diperolehnya di Israel.
"Sekarang saya bekerja di dunia konsultan, yaitu di bidang irigasi dan air minum serta jalan. Kalau irigasi tentu masih ada kaitan dengan pertanian. Rencananya pingin lanjutkan pendidikan untuk belajar manajemen sumber daya air," kata Yen.
Selain sibuk di dunia konsultan, Yen sendiri aktif di pekerjaan sosial.
Dia saat ini menjadi penanggung jawab Sant'egidio Labuan Bajo, yaitu salah satu komunitas kristiani yang fokus mendampingi anak-anak difabel dan lansia.
Dia juga diundang ke Roma Italia beberapa waktu lalu berkaitan dengan pekerjaan pendampingannya itu.
"Setiap Hari Sabtu kami mendampingi anak-anak difabel di panti difabel MOP yang jumlahnya 18 orang. Selain itu setiap bulan juga kami bersama sahabat lansia di Panti Lansia Kottongnae. Untuk pendampingan terhadap anak-anak itu ada beberapa hal yang kami lakukan, seperti belajar menulis, membaca, mewarnai, olahraga, bernyanyi, hiburan musik dan kegiatan lainnya," kata Yen.
Dia menjelaskan, Sant'egidio merupakan komunitas awam Kristiani yang berpusat di Roma.
"Spritualitas komunitas ini adalah doa, orang miskin dan damai. Berdoa dan berkarya nyata untuk orang miskin serta berpartisipasi untuk kehidupan yang damai," kata Yen.
Terkait pertemuan yang diikutinya di Roma, dia menuturkan bahwa agendanya saat itu membahas perkembangan dan tantangan komunitas.
"Saya ke Roma Bulan Mei 2019 lalu. Berada di sana selama dua minggu, mengikuti international meeting Sant'egidio sedunia. Saat itu saya sangat berkesan dengan sharing seorang teman komunitas dari Mozambik. Di tengah kehidupan yang begitu keras mereka sangat aktif dan solid dalam menghidupi spiritualitas komunitas. Saya banyak belajar dari sharing teman-teman berbagai negara" tutur Yen.
Dia menambahkan selama di Roma mereka selalu bersatu dalam doa komunitas setiap malam di Gereja Santa Maria Transtevere dan juga melakukan kunjungan ke Panti Lansia, sahabat-sahabat difabel yang dilayani oleh komunitas Sant’egidio Roma.
Di Roma mereka mengunjungi Gereja Sant’egidio, Gereja Basilika Santo Petrus untuk mendengarkan sapaan Paus Fransiskus, mengunjungi makam Santu Yohanes Paulus dan makam para Paus lainnya. Mereka juga mengunjungi kota Asisi yang merupakan kota kelahiran Santu Fransiskus.(Van)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Redaksi

Rekomendasi

Terkini

Menggali 'Emas' di Warloka Pesisir di HPN 2025

Minggu, 9 Februari 2025 | 15:02 WIB

Terpopuler

X