Kerinduan umat, khususnya umat yang sedang sakit, adalah mendapatkan pelayanan dan kehadiran imam dalam saat-saat kritisnya, yakni bisa menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Dalam kondisi seperti itu, kehadiran dan sapaan seorang imam sungguh membuat umat bersukacita dan merasakan kehadiran Kristus sendiri.
Tentu ini membutuhkan seorang pelayan yang siap sedia untuk diutus sebagaimana yang diserukan dalam Injil hari ini.
Sebelum terangkat ke surga, Yesus memberikan wasiat kepada para murid-Nya untuk “pergi” ke seluruh dunia dan membaptis mereka.
Apa yang disampaikan Yesus kepada para murid-Nya tidak lain adalah tanggung jawab misi dan pelayanan bagi seluruh dunia untuk menguduskan dunia melalui karya dan pelayanan yang tulus dan ikhlas.
Perintah “pergi” bisa dimaknai keluar dari zona nyaman kehidupan kita untuk mendatangi umat, memberikan harapan, meneguhkan, menyembuhkan, dan melakukan karya pengudusan.
Ada beragam cara untuk mewujudkannya.
Panggilan pelayanan mewartakan Injil dalam kehidupan tampak juga dalam kehidupan Gereja Perdana.
Rasul Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kemegahannya ialah dia boleh mewartakan Injil tanpa upah.
Bagi Paulus, upah yang terbesar adalah boleh menjadi pewarta Injil. Baginya, mewartakan Injil tidak lain adalah menjadi solider, peduli, terlibat dan hadir dalam persoalan nyata dunia.
Apa yang dilakukan Paulus diteruskan oleh St. Fransiskus Xaverius yang kita rayakan pestanya hari ini.
Fransiskus Xaverius mengikuti apa yang dimandatkan Yesus kepada para murid-Nya: pergi dan mewartakan injil ke seluruh dunia serta membaptis semua orang dalam nama-Nya.